Obat Tradisional TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat Tradisional

Obat tradisional sudah sejak lama digunakan secara luas di Indonesia. Dalam perkembangan kedokteran modern sekarang ini masih terasa kuat peranan obat tradisional sebagai pendamping obat modern. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 mendefinisikan obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional baik berupa jamu maupun tanaman obat keluarga masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam back to nature Katno, 2006: 1. Obat tradisional sebaiknya digunakan pada penyakit dengan kriteria prevalensi tinggi, insidens tinggi, tersebar pada area luas, pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang rendah serta mudah dikenal masyarakat. Beberapa jenis penyakit yang memenuhi kriteria tersebut di antaranya: demam, sakit gigi, sakit kepala, batuk, diare 6 , obstipasi 7 , mual, penyakit kulit, cacingan dan anemia 8 . Kriteria 6 Defekasi yang kerap dengan tinja yang lembek atau cair, Ramali, A dan Pamoentjak 1987: 75. 7 Tertahannya tinja karena gerak usus yang kurang atau lemah, ibid. 1987. hal: 56. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 obat tradisional yang digunakan sebaiknya mudah didapat, jika memungkinkan dari kebun sekitar rumah, dikenal oleh orang banyak, proses penyimpanannya sederhana, mudah digunakan dan tidak berbahaya dalam penggunaannya Agoes A dan Jakob T, 1999: 2. Penyakit-penyakit dan keluhan yang dapat diatasi dengan menggunakan tanaman obat tradisional antara lain: a. Penyakit yang diobati secara kausal seperti cacingan, malaria dan gigitan serangga. b. Gejala penyakit yang diobati secara simptomatik seperti batuk, sakit kepala, demam, pegal linu, mual, diare, sembelit, mulas, sariawan, wasir, gatal, luka baru, bisul, perut gembung, luka bakar ringan, mimisan dan sakit gigi. c. Keadaan yang diobati secara suportif seperti jerawat, ketombe, melancarkan air susu, menghilangkan bau badan, menghitamkan rambut, kurang nafsu makan, pemulih tenaga sehabis bersalin, kehamilan dan anemia. d. Penyakit yang sudah didiagnosis dokter seperti darah tinggi, kencing manis, batu ginjal, penyakit mata, batu empedu, keputihan dan sulit kencing Agoes A dan Jakob T, 1999: 2-3. Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM RI, 2005: 4-6, menyebut obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Jamu Empirical Based Herbal Medicine adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan 8 Berkurangnya jumlah sel darah merah, ibid. 1987. hal: 11. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 dalam bentuk serbuk seduhan, pil atau cairan, mengandung dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu, tetapi tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, cukup dengan bukti empiris. Kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu sediaan jamu adalah: aman, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu. 2. Obat herbal terstandar Standarized Based Herbal Medicine merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses pembuatan obat herbal terstandar membutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan lebih mahal dari jamu. Pembuktian ilmiah merupakan penunjang obat herbal berstandar berupa penelitian praklinis yang meliputi standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higienis serta uji toksisitas maupun kronis. 3. Fitofarmaka Clinical Based Herbal Medicine merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatan fitofarmaka telah terstandarisasi yang didukung oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 Menurut Suharmiati dan Handayani 2006: 2-3, obat tradisional yang ada di masyarakat dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Obat Tradisional Buatan Sendiri Obat tradisional yang dibuat sendiri menjadi akar obat tradisional di Indonesia saat ini, selanjutnya oleh pemerintah dikembangkan dalam Program Tanaman Obat Keluarga TOGA. Sumber tanaman bisa disediakan oleh masyarakat sendiri baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Program TOGA juga mengajarkan tentang cara penyajian secara sederhana, tetapi tetap aman dikonsumsi, dan dalam pelaksanaannya diharapkan peran aktif seluruh anggota masyarakat dengan bimbingan dan binaan Puskesmas setempat. 2. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu Herbalis a. Jamu Gendong, jamu yang disediakan dalam bentuk minuman dan sangat digemari masyarakat, secara umum dijual dengan nama kunyit asam, mengkudu, pahitan, beras kencur, juga tersedia jamu yang disediakan khusus sesuai pesanan, misalnya jamu bersalin dan jamu untuk mengobati keputihan. b. Peracik jamu, bentuk jamu menyerupai jamu gendong, tetapi kegunaannya lebih khusus untuk keluhan kesehatan tertentu, misalnya untuk kesegaran, menghilangkan pegal dan linu, serta batuk. Peracik jamu tradisional saat ini sudah semakin berkurang, diperkirakan karena kalah bersaing dengan industri obat tradisional skala besar yang mampu menyediakan jamu bentuk yang lebih praktis. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 3. Obat Tradisional dari Tabib Saat ini jumlahnya tidak banyak tetapi tabib masih bisa dijumpai, pada praktek pengobatannya, tabib menyediakan ramuan yang berasal dari bahan alam lokal. Selain memberi ramuan, para tabib juga mengkombinasikan dengan teknik lain seperti metode spiritual atau supranatural. 4. Obat Tradisional dari Shinse Pengobat sinshe berasal dari negara Cina yang mengobati pasien dengan menggunakan obat tradisional. Bahan-bahan obat tradisional yang digunakan berasal dari Cina, dan ada juga yang dicampur dengan bahan lokal sejenis dengan yang ditemukan di Cina. Penyediaan obat tradisional Cina mudah diperoleh di toko-toko obat Cina dalam bentuk sediaan jadi, pengobatan sinshe biasanya mengkombinasikan ramuan dengan teknik pijatan, akupresur, atau akupuntur. 5. Obat Tradisional Buatan Industri Departemen Kesehatan membagi industri obat tradisional dalam dua kelompok, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional IKOT dan Industri Obat Tradisional IOT. Obat tradisional industri diproduksi dalam bentuk sediaan modern berupa herbal terstandar atau fitofarmaka seperti tablet dan kapsul, juga bentuk sediaan lebih sederhana seperti serbuk, pil, kapsul dan sirup. Bentuk sediaan obat tradisional seperti serbuk, pil, kapsul dan sirup harus menjamin mutu yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB. Tata cara pembuatan ramuan obat tradisional yang sesuai dengan pedoman tersebut dapat dibuat sendiri dengan cara sederhana. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 ‘Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani’BPOM RI, 2005: 15. Menurut Sembiring, B 2007: 2-5 dan Agro Media 2008: 26-27 pembuatan ramuan obat tradisional 9 dapat dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman obat yang dapat dibudidayakan, meliputi: 1. Bahan baku Bahan baku yang digunakan adalah bagian tanaman yaitu: biji, buah, daun, rimpang, bunga, kayu, dan herba. Pada waktu penenpengambilan bahan, peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Penempatan dalam wadah seperti keranjang dan karung tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. 2. Penyortiran Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen, dimaksudkan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dan muda atau ukurannya lebih besar atau kecil. 3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mikroba yang melekat pada bahan. Air yang digunakan untuk mencuci bahan dan peralatan yang 10. Lihat Suharmiati dan Handayani, L., Cara Benar Meracik Obat Tradisional 2006: 28-40 dan Handayani, L, Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Kesehatan Usila 2007: 2-4. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 digunakan adalah air bersih. Pada saat pencucian bahan, perlu diperhatikan air cucian dan air bilasan, jika masih terlihat kotor pencucian dan pembilasan harus di ulang. Pencucian dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan tanaman obat. 4. Pengeringan Setelah bahan obat di cuci, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4-6 hari. Setelah proses pengeringan selesai, dilakukan kembali penyortiran. 5. Peralatan Peralatan yang digunakan dapat berupa peralatan memasak yang ada di dapur seperti pisau, talenan, panci, parut dan lain-lain. Semua peralatan yang digunakan untuk pembuatan ramuan obat tradisional sebelum dan sesudah digunakan harus dicuci bersih, sehingga tidak tercampur dengan bahan masakan, khususnya yang berasal dari hewan. Panci yang dilapisi email atau kualiperiuk dari tanah liat dapat digunakan, sedang peralatan panci yang terbuat dari kuningan atau besi harus dihindari untuk mencegah timbulnya endapan, timbulnya racun, atau efek samping lain akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. 6. Meramu Sebelum meramu, tangan dicuci sampai bersih, bahan disiapkan dan diletakkan pada wadah yang bersih. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 7. Penggunaan Cara penggunaan ramuan obat tradisional harus diketahui sebelum digunakan, baik dengan cara diminum atau digunakan sebagai obat luar. 8. Aturan minum dan jangka waktu pemakaian Aturan minum obat tradisional disesuaikan dengan peraturan yang sudah ada sesuai petunjuk formularium obat tradisional. Obat tradisional biasanya diminum sebelum makan kecuali bila dalam ramuan tersebut terdapat bahan yang dapat merangsang lambung. Jangka waktu pemakaian untuk ramuan yang tidak dimasak hingga mendidih harus digunakan segera dalam waktu 12 jam, sedangkan ramuan yang direbus dapat digunakan dalam jangka waktu 24 jam. Menurut Handayani L, 2006: 2-3 tata cara merebus ramuan obat tradisional yang baik dapat dilakukan sebagai berikut: a. Bahan yang terlalu tebal seperti rimpang, batang dipotong-potong tipis terlebih dahulu. b. Bahan ramuan obat tradisional dimasukkan ke dalam wadah dan air yang bersih dimasukkan sesuai dengan takaran dan api yang digunakan untuk memasak dapat kecil atau besar sesuai kebutuhan. Obat yang bersifat tonik direbus dengan api kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Obat yang bersifat mengeluarkan keringat, misalnya ramuan untuk influensa, digunakan api besar sehingga dapat mendidih dengan cepat, agar penguapan dari bahan aktif yang mudah menguap dapat dicegah. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 c. Bila tidak ada ketentuan lain maka perebusan dianggap selesai bila air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula. d. Ramuan yang terdiri dari bahan yang keras seperti batang, biji, perebusan dianggap selesai bila air tersisa sepertiganya. Dalam perkembangan sebagai obat tradisional sering dijumpai ketidaktepatan penggunaan obat tradisional karena kesalahan informasi maupun anggapan keliru terhadap obat tradisional dan cara penggunaannya. Dari segi efek samping diakui bahwa obat tradisionalobat alam memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat modern, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin Katno, 2006: 3. Obat tradisional jamu yang banyak digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga harus digunakan secara cermat Katno, 2006: 3-9, di mana kelebihannya adalah memiliki efek samping relatif lebih kecil apabila digunakan secara benar dan tepat. Penggunaan secara benar dan tepat tersebut meliputi takaran, waktu, dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuaian dengan indikasi penyakit tertentu, dan ketepatan takarandosis. Obat tradisional jamu selain memiliki kelebihan, juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional, termasuk dalam upaya bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal. Beberapa kelemahan obat tradisional jamu antara lain: efek farmakologinya yang lemah, bahan Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 baku belum terstandar, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Hal lain yang menjadi kelemahan obat tradisional jamu yaitu asal-usul bahan, juga kelengkapan data yang mendukung atas bahan yang digunakan, seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman cuaca, jenis tanah, curah hujan, dan lain-lain belum memenuhi standarisasi obat tradisional. Penanganan pasca panen yang tidak benar dan kurang tepat meliputi cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta penyimpanan juga merupakan kelemahan obat tradisional Katno, 2008: 7-8. Pengetahuan akan cara pembuatan obat tradisional yang baik seperti yang telah dijelaskan di atas, bagi pengobat tradisional sangat dibutuhkan untuk pemanfaatan dan keamanan obat tradisional sehingga menjamin produk jamu yang digunakan dan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

2.2. Pengobatan Tradisional