BAB II KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UMKM DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI
C. Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung Usaha Mikro Kecil Dan Menengah.
1. Kedudukan UMKM Dalam Perspektif Hukum Ekonomi. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi
dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah. Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro kecil dan
menengah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil dan makmur sesuai dengan amanat
konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Dalam pelaksanaannya, rencana strategis Kementerian Koperasi dan UMKM ini disusun atas dasar landasan idiologi Pancasila
dan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Ketetapan MPR-RI, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Undang-undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Undang-Undang Nomor 252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta berbagai undang-
undang, peraturan pemerintah, Inpres dan Keppres lainnya yang terkait
71
.
71
Dirjen Bina Pengusaha Kecil dan Menengah, Departemen Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Nomor 22SK1998, tentang Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Kemitraan dalam rangka
Penanaman Modal. Jakarta:1998
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menegaskan bahwa pemerintah bertugas
72
: 1.
Menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi.
2. Memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi.
3. Memberikan perlindungan kepada koperasi. Pembinaan koperasi dilakukan dengan
memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan UMKM dan koperasi, Pemerintah
berkewajiban untuk
73
: 1. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi dan UMKM
74
2. Meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang berkualitas, tangguh dan mandiri.
3. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara
72
Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi, Pada BAB IV “Landasan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM” secara konkrit menyatakan bahwa Kelompok usaha mikro kecil, menengah dan
koperasi merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Keberadaan kelompok ini tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nsional. Kelompok usaha mikro kecil,
menengah dan koperasi mampu menyerap lebih dari 64 juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 58,2 dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, dengan demikian sudah
seyogianya pemerintah turut serta dalam upaya mengembangkan dan melindungi pelaku UMKM. Disampaikan oleh Pratomo M, pada Seminar “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah”,
Departemen Koperasi dan UMKM, Jakarta, Nopember 2005
73
Lihat Pasal 61 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
74
Menteri Negara Koperasi dan UMKM Suryadharma Ali mengatakan bahwa untuk mendukung promosi dan pemasaran Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah LLP-
KUMKM harus dapat membuka jaringan dengan lembaga jaringan internasional. Sebagai langkah konkrit yang ada saat ini, adalah dengan memberikan secara gratis galeri pameran terhadap produk
UMKM agar para pengunjung dapat langsung melihat produk unggulan UMKM.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
koperasi dengan badan usaha lainnya. 4. Membudayakan koperasi dalam masyarakat.
Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi, Maka Pemerintah berkewajiban untuk
75
: 1. Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
anggotanya. 2. Mendorong, mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan dan penelitian perkoperasian. 3. Memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta
mengembangkan lembaga keuangan koperasi. 4. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang saling
menguntungkan antar koperasi. 5. Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh koperasi dengan tetap memperhatikan anggaran dasar dan prinsip koperasi.
Dalam rangka pemberian perlindungan kepada koperasi dan UMKM, Pemerintah mengatur mekanisme untuk
76
: 1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh
Koperasi dan UMKM. 2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil
75
Ibid
76
Pasal 63 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Disamping itu, khusus bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah,
pemerintah membuat pengaturan tersendiri dalam kerangka memberikan klasifikasi sebagai koridor hukum yang jelas dalam upaya pemberdayaan sektor UMKM tersebut
yang secara konkrit, diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2008. Adapun tujuan dari pemberdayaan UMKM tersebut adalah
77
: 1. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah, 2. Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta
memperkokoh struktur perekonomian nasional. Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan UMKM tersebut, maka
pemerintah bertugas dan berperan dalam
78
: 1. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi usaha kecil melalui penetapan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha dan perlindungan
79
.
77
Lihat UU Nomor 9 tahun 1995 Pasal 4.
78
Disampaikan oleh Pratomo M pada seminar Departemen Koperasi dan UMKM, “Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi”, Jakarta, Nopember 2006
79
Permasalahan pemberdayaan UMKM yang ada khususnya di daerah saat ini adalah: 1.
Implementasi Inpres Nomor 6 tahun 2007 tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
2. Pelayaan one stop service perizinan UMKM yang masih berbelit-belit dan membutuhkan waktu
yang lama dalam pengurusannya. 3.
Pertumbuhan pasar modern yang cepat sehingga semakin menghimpit pelaku UMKM.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
2. Melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil bersama-sama dunia usaha dan masyarakat terutama dalam bidang: produksi dan pengolahan, pemasaran,
sumberdaya manusia dan teknologi. 3. Menyediakan pembiayaan bagi pemberdayaan usaha kecil bersama-sama dunia usaha
dan masyarakat, berupa kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari penyisihan sebagian laba BUMN, hibah dan jenis
pembiayaan lainnya 4. Memfasilitasi kemitraan usaha mikro kecil dengan usaha menengah dan besar
melalui pola: inti-plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk kemitraan lainnya.
5. Menugaskan menteri yang membidangi usaha kecil untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan pemberdayaan usaha kecil.
6 .
Melaksanakan sanksi pidana dan administratif kepada usaha menengah dan besar yang merugikan pemberdayaan usaha kecil.
Dari gambaran tersebut, pada dasarnya pelaku UMKM dan Koperasi mendapat porsi perhatian yang lebih dari pemerintah untuk dapat diberdayakan menjadi ekonomi
kerakyatan yang memberikan sumbangan besar pada pemerintah dalam pembangunan
80
.
4. UMKM masih terbelit pada banyaknya perda yang bertentangan dengan upaya pengembangan
UMKM terbukti dari pungutan liar yang berkedok pajak dan retribusi daerah. Muhri Fauzi Hafiz, Analisa, Mei 2008.
80
Presiden dalam laporan pidatonya memperingati hari Koperasi ke-61 mengatakan bahwa koperasi tidak hanya sekedar memberi manfaat ekonomi, tetapi juga kebaikan secara sosial dan
mendatangkan keadilan. Hal senada juga dikatakan Suryadharma Ali selaku menegkop dan UMKM, yang mengajak masyarakat mengubah cara pandang terhadap koperasi yang selalu dipersepsikan
girem,lemah dan terbelakang.Koperasi saat ini sebagai kampium lembaga ekonomi kerakyatan yang sukses membangun inisiatif anggota dengan memikili kepentingan yang sama. Kunci sukses terdapat pada
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Pada perjalanannya koperasi mengalami berbagai fase perubahan. Koperasi saat ini dihadapkan pada persaingan global, sehingga pemerintah, masyarakat ataupun gerakan
koperasi yang ada perlu bersama sama dalam membangun lembaga ekonomi kerakyatan ini dengan baik dan membersihkan dari stereotip atau citra buruk yang
selama ini melekat dengan kepentingan politiknya.
2 Kedudukan UMKM Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM
Dalam Rencana pembangunan Jangka Menengah Periode Tahun 2004 – 2009, Koperasi dan UMKM menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan
struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, koperasi diharapkan berperan
dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif
yang ditimbulkannya
81
. Sementara itu UMKM berperan dalam memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan pemerataan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya daya saing dan daya tahan ekonomi nasional
82
.
pengelolaannya yang professional dengan tidak mencampuradukkan dengan masalah politik dan jauh dari pengurus yang bersifat benalu. Bisnis Indonesia, 15 Juli 2008.
81
Ibid
82
Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia yang telah meruntuhkan banyak usaha besar sebagian besar UMKM tetap bertahan, dan bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat perhatian pada
UMKM menjadi lebih besar, kuatnya daya tahan UMKM juga didukung oleh struktur permodalannya yang lebih banyak tergantung pada dana sendiri 73, 4 bank swasta, 11 bank pemerintah, dan 3
supplier Azis, 2001. Demikian juga kemampuannya menyerap tenaga kerja juga semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, tahun 1990, dan 1993 angka ini meningkat menjadi sekitar 45 juta dan 71
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Dengan perspektif peran seperti itu, sasaran umum pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam lima tahun mendatang yang diharapkan adalah
83
: 1. Meningkatnya produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju
pertumbuhan produktivitas nasional. 2. Meningkatnya proporsi usaha mikro dan kecil formal.
3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha mikro kecil dan menengah dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya.
4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jati diri koperasi.
Koperasi tergolong pada lembaga keuangan formal yang mempunyai peluang besar untuk dapat dikembangkan. Hal ini terlihat dari rata-rata tumbuhnya sekitar 3,38
tahun 2007 yang diikuti dengan pertumbuhan modal sebesar 33,69. Peluang ini masih
juta data BPS, dan pada tahun 2001 menjadi 74,5 juta. Jumlah UMKM yang ada meningkat dengan pesat, dari sekitar 7 ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001. Sementara itu total
volume usaha, usaha kecil dengan modal di bawah Rp. 1 miliar yang merupakan 99,85 dari total unit usaha, mampu menyerap 88,59 dari total tenaga kerja pada tahun yang sama. Demikian juga usaha skala
menengah 0,14 dari total usaha dengan nilai modal antara Rp. 1 miliar sampai Rp. 50 miliar hanya mampu menyerap 10,83 tenaga kerja. Sedangkan usaha skala besar 0,01 dengan modal di atas Rp.
54 miliar hanya mampu menyerap 0,56 tenaga kerja. Melihat sumbangannya pada perekonomian yang semakin penting, UMKM seharusnya mendapat perhatian yang semakin besar dari para pengambil
kebijakan. Khususnya lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas perkembangan UMKM. Pengembangan UMKM diIndonesia selama ini dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kementerian Negera KUMKM. Selain Kementrian Negara KUMKM, instansi yang lain seperti Depperindag, Depkeu, dan BI juga melaksanakan fungsi pengembangan UMKM
sesuai dengan wewenang masing-masing. Sri Adiningsih, Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia.
83
Ibid
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
dapat terus ditingkatkan jika didukung oleh peraturan yang memadai dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait dan berkepentingan untuk dapat
dilaksanakan
84
. Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan koperasi dan UMKM akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut
85
: 1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah UMKM yang diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pemberdayaan usaha skala
mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik good governance dan berwawasan gender terutama untuk:
a memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;
b memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan;
c memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi.
3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru
berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja terutama dengan :
84
Agus Septoyadi, “Landasan Pengembangan Koperasi dan UMKM”, Warta UMKMK Usaha Mikro,Kecil,Menengah, dan Koperasi, Koperasi Karyawan madani, Jakarta, Vol 20 Maret 2008.
85
Pramono M. Op cit hlm 11
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
a Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan
adopsi penerapan teknologi. b
Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif.
c Meningkatkan peran UMKM dalam proses industrialisasi, perkuatan keterkaitan
industri, percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. d
Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap
daerah. 4.
Meningkatkan peran UMKM sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak. 5.
Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk: i Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di
tingkat makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang
menjamin terlindunginya koperasi danatau anggotanya dari praktek-praktek persaingan usaha yang tidak sehat.
ii Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan stakeholders kepada koperasi.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
iii Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi. Sementara itu, program pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam RPJM ke depan
diarahkan pada 5 program pokok, yaitu
86
: 1.
Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM. Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan
usaha yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan non- diskriminatif bagi kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha UMKM,
sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha maupun meningkatkan rata-rata skala usaha, mutu layanan
perijinanpendirian usaha, dan partisipasi stakeholders dalam pengembangan kebijakan UMKM.
2. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM.
Tujuan program ini adalah mempermudah, memperlancar dan memperluas akses UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan
yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui
pengembangan lembaga pendukung penyedia jasa pengembangan usaha yang terjangkau, semakin tersebar dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM
terhadap pasar dan sumber daya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar.
86
Ibid
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
3. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif teknologi,
dan informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi intermediasi lembaga- lembaga keuangan bagi UMKM.
Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing UMKM sehingga pengetahuan
serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas meningkat, wirausaha baru berbasis pengetahuan dan teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam
produk-produk unggulan UMKM semakin berkembang. 4.
Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang
bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka
memperoleh pendapatan yang tetap, melalui upaya peningkatan kapasitas usaha sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk
tumbuh dan bersaing. Program ini akan memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan keterampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong
adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan usaha. 5.
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan
organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya
untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
baik. Dengan demikian diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat primer dan sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik, infrastruktur
pendukung pengembangan koperasi. D.
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Pada Sektor UMKM. Bank Indonesia sebagai alat perekonomian dari pemerintah bertugas mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal ini, pembinaan dan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menegah senantiasa menjadi salah satu tugas Bank Indonesia yang pelaksanaannya diwujudkan dalam paket kebijakan moneter.
Bukti peran pemerintah saat itu adalah dengan meluncurkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat dari tahun 1975-1990 melalui kredit kepada usaha
kecil dengan jenis KUK Kredit Usaha Kecil, KMKP Kredit Modal Kerja Permanen, KIK Kredit Investasi Kecil
87
. Proyek ini dinilai gagal karena program tersebut dinilai salah sasaran yang justru berdampak pada munculnya inflasi, sehingga pada akhirnya
dihapuskan karena berpengaruh pada memburuknya kondisi ekonomi makro
88
. Dalam perkembangannya saat ini, berdasarkan data Bank Indonesia per September 2007 posisi
kredit UMKM mencapai Rp 472,99 triliyun atau 51,7 dari total kredit nasional yang
87
Menurut Krisna Wijaya bahwa skema pembiayaan KIKKMKP yang diawali tahun 1975 tersebut mendapat subsidi kredit dari Bank Indonesia BI dan juga dijamin oleh PT Askrindo. Pada
perjalanannya program tersebut kurang berhasil, khususnya dari sisi penjaminan kredit karena PT Askrindo sendiri mengalami kesulitan keuangan akibat tingginya klaim dari bank pelaksana KIKKMKP.
Kompas, 5 Nopember 2007.
88
Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001 hlm 119.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
mencapai Rp 913,95 triliyun. Porsi kredit UMKM tahun 2007 tersebut lebih kecil dibandingkan kondisi September 2006 yang mencapai 52,75 dari total kredit
89
. Oleh karena itu, untuk lebih mengoptimalkan peran sektor UMKM dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi maka dipandang perlu adanya upaya khusus terkait pada mekanisme pengembangan sektor UMKM agar lebih berkembang melalui peran
pemerintah dan perbankan dalam pendanaan kredit investasi, konsumsi maupun peluang ekspor terhadap produk UMKM tersebut
90
. Pemerintah dalam hal ini tetap konsisten dengan rencana dan program kerjanya dalam pengembangan UMKM. Hal ini dibuktikan
dengan kebijakan dan pengembangan industriusaha kecil oleh pemerintah melalui konsep
91
: 1.
Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha. 2.
Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi. 3.
Mewajibkan Badan Usaha Milik Negara BUMN menyisihkan dana pembinaan sebesar 1-5 dari keuntungan bersih
4. Menugaskan lembaga perbankan mengalokasikan dana kredit untuk usaha
kecil dan koperasi sebanyak 20 dari fortofolio kredit yang disalurkan KUK.
5. Persediaan Kredit Likuiditas dari bank Indonesia ke bank-bank untuk
membiayai sebagaian besar dari kebutuhan dana kredit untuk anggota koperasi primer.
89
Kompas, 26 Nopember 2007.
90
Menurut Suryadharma terdapat dua faktor yang menyebabkan lemahnya penyerapan kredit oleh UMKM. Penyebab tersebut antara lain karena, Pertama, mengindikasikan turunnya daya saing
produk UMKM di Indonesia dibandingkan dengan produk impor. Hal tersebut terlihat dari segi kuantitas produksi UMKM yang menurun di pasar karena pelaku usaha masih banyak yang menggunakan mesin
lama untuk berproduksi. Hal ini tentu berpengaruh pada ketakutan pelaku UMKM terhadap kredit macet jika tidak sanggup bayar karena barang produksi tidak laku.. Hal yang kedua adalah Perbankan sengaja
memperlambat penyaluran kredit karena menunggu pelaksanaan program penjaminan kredit yang akan digulirkan pemeritah, “Kinerja UMKM Masih Lemah”, Kompas 26 Nopember 2007.
91
Harimurti, Op cit hlm 120
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Secara konkrit, kebijakan bagi perbankanpun mengalami sedikit perubahan. Beberapa paket kebijakan kredit dengan adanya peraturan Bank Indonesia PBI No
96PBI2007 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum merupakan upaya BI dalam percepatan fungsi intermediasi perbankan untuk penyaluran kredit dengan tetap
mengacu pada prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko bank
92
. Kecenderungan kreditor bersikap hati-hati karena didasari pada itikad baik dalam pengucuran kredit
untuk masyarakat, berujung pada kondisi yang menyulitkan pihak perbankan sebagai pemberi kredit. Masih lemahnya aturan hukum dalam lingkup hukum perbankan karena
masih memegang prinsip lama yang tidak mengikuti perkembangan sosial yuridis dan perkembangan sosial ekonomi.
93
Dari perkembangannya, kondisi sektor UMKM saat ini masih menujukkan posisi yang kurang menggembirakan dalam setiap pertumbuhannya. Salah satu indikator yang
menyebabkan hal ini adalah selain masih tinggginya BI rate juga masih tingginya inflasi dan risiko bisnis yang menyebabkan perbankan lebih berhati hati dalam
pemberian kredit
94
.
1. Kontribusi Perbankan Dalam Pembiayaan Kredit Sektor UMKM
92
Ferry N Idroes dan Sugiarto, op cit, hlm 79
93
Ryan Kiryanto, mengatakan bahwa pencairan kredit yang masih rendah. Sektor riil tidak bergairah yang disebabkan tidak adanya insentif fiskal, reformasi birokrasi, kepastian hukum yang
membuat palaku sektor riil dan perbankan takut dalam realisasi kredit dan perbedaan persepsi illegal transaction. Media Indonesia, 13 Agustus 2007, hlm 23
94
Harian Analisa, 25 Januari 2008 hlm 8.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Bank Indonesia berperan penting dalam memberikan arah kebijakan bagi perbankan untuk mau membuka akses kredit sektor UMKM. Untuk itulah, Bank
Indonesia BI telah mengeluarkan ketentuan baru agar mendorong intermediasi perbankan pada usaha miro kecil dan menengah UMKM, serta untuk mendorong
penguatan manajemen risiko perbankan
95
. Sebagai implementasi dari kebijakan
tersebut, dilakukan beberapa perubahan terhadap pengaturan penilaian kualitas aktiva bank umum dalam rangka memfasilitasi percepatan pembiayaan, yang tetap
memperhatikan faktor penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko pada bank. Hal ini terkait dengan upaya rangsangan terhadap perbankan agar menyalurkan
dana bank dalam bentuk kredit, khususnya kepada sektor UMKM. Kebijakan ini dimaksudkan agar mengurangi penyaluran dana bank ke aktiva yang terjadi selama ini,
dimana bank lebih banyak menyimpan dana seperti dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI. Untuk itu, BI mengeluarkan kebijakan dengan menurunkan bobot
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk beberapa jenis aktiva produktif
96
.
95
BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 96PBI2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Perubahan Kedua Peraturan Bank Indonesia Nomor 82PBI2006 tentang Perubahan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Peraturan ini lebih menekankan pada penilaian bobot resiko bank dalam memberikan kredit. Antara, “Bank Indonesia
Keluarkan Paket Kebijakan Perbankan”,http:www.bi.go.id, diakses tangal 5 Juni 2008.
96
Risiko kredit dalam aktiva produktif bank adalah alokasi dana bank yang ditempatkan pada pihak lawan transaksi atau peminjam atau debitur counterparty or borrower dimana peminjam
berkewajiban untuk mengembalikannya kembali pada waktu yang disepakati. Pengembalian dana dari peminjam adalah berupa pokok pinjaman dan bunga atau bentuk hasil investasi lain. Aktiva produktif
bank terdiri dari tiga kelompok yaitu: -
Cadangan sekunder secondary reserves berupa penempatan dana bank pada lembaga keuangan lainnya. Penempatan berupa pembelian surat berharga. Jangka waktu dibawah satu tahun.
- Kredit berupa penempatan bank pada nasabah peminjam atau debitur.
- Investasi berupa penempatan bank pada perusahaan lain berupa penyertaan modal. Hasil yang
diperoleh berupadeviden dan selisih nilai saham. Jangka waktu biasanya diatas satu tahun. Ferry N Idroes dan Sugiarto, op cit, hl 80
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Salah satu bentuk dari kebijakan tersebut adalah untuk program Kredit Usaha Rakyat KUR yang turun dari bobot 85 menjadi 20
97
. Hal ini menandakan bahwa risiko bank pada penempatan dana kredit program KUR makin kecil. Satu hal yang paling
penting, dengan kebijakan penurunan ATMR ini adalah sebagai faktor pembagi dalam perhitungan rasio kecukupan modal alias capital adequanty rasio CAR perbankan.
Bank dengan bobot ATMR yang besar akan dipastikan akan memiliki CAR yang lebih rendah sebaliknya jika ATMR bank rendah, maka CAR bank akan naik
Perhitungan ATMR berasal dari nilai total masing masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing masing bobot risiko aktiva tersebut, dimana aktiva yang tidak
berisiko seperti Sertifikat Bank Indonesia SBI dengan 0 . Dengan demikian, ATMR ini menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah
yang besar. Dengan adanya kelonggaran bobot risiko ini, bagi bank akan semakin leluasa untuk menyalurkan dananya, khususnya pada program KUR karena dinilai
memiliki kolateral atau jaminan yang likuid. Melihat perkembangan saat ini, dimana pemerintah bersama bank BUMN
sedang menggalakkan program Kredit Usaha Rakyat KUR kepada masyarakat menengah ke bawah dengan pola penjaminan dari perusahaan milik pemerintah
maupun swasta
98
. Dalam aturan KUR yang baru ini, BI mengaitkan bobot risiko dengan perusahaan yang memberikan jaminan antara 20 sd 75, tergantung kepada
97
Kontan, 25 April 2008 hlm 11
98
Program KUR diperuntukkan bagi pengusaha mikro dan kecil yang tidak memiliki agunan tetapi memiliki usaha yang layak untuk dibiayai bank. Pemerintah menyubsidi KUR dengan tujuan
memberdayakan pengusaha mikro dan kecil dengan suku bunga 16 per tahun. Kompas, 2008.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
peringkat dari perusahaan penjamin tersebut. BI sendiri mempunyai penilaian tersendiri bagi lembaga pemeringkat jaminan kredit yang didasarkan pada penilaian eligibility
criteria yakni indepedensi, obyektivitas, keterbukaan alias transparansi, pengungkapan public disclosures dan kredibilitas.
Di saat kondisi perekonomian makro Indonesia yang saat ini masih belum stabil, mengakibatkan perbankan lebih bersikap hati-hati dalam membidik sasaran segmentasi
kreditnya. Dari trend selama empat tahun terakhir berdasarkan data tahun 2004 sd 2007 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan terhadap realisasi kredit
UMKM
99
. Terlebih lagi untuk sektor mikro yang notabene masih di dominasi oleh sekror riil bagi masyarakat yang memiliki usaha sangat mikro dan kecil. Dengan adanya
kelonggaran bobot risiko ini setidaknya bank akan kembali bersemangat dalam menyalurkan kredit kecil dan tidak lagi menyimpan dananya di aktiva yang berisiko 0
seperti Sertifikat Bank Indonesia SBI sehingga tidak akan mengurangi rasio kecukupan modal bank
100
. Tabel 1. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Terhadap UMKM
101
Nom dalam Triliun Rp
U R A I A N 2004
2005 2006
2007 UMKM MENURUT GOLONGAN
a. Mikro 0.52
0.57 0.65
1.03 b. Kecil
3.76 4.66
5.67 7.77
c. UMK a+b 4.28
5.23 6.32
8.81 Pangsa UMK terhadap total kredit
16.14 14.79
15.28 16.25
99
Kompas, 20 Mei 2008
100
Kontan, 25 April 2008
101
http:www.data perbankan sumut.com di akses tanggal 31-05-2008
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Sambungan Tabel 1 d. Menengah
7.93 10.45
11.91 13.62
e.Total UMKM 12.21
15.68 18.23
22.43 Pangsa UMKM terhadap total kredit
46.07 44.33
44.06 43.05
• MIKRO 0.52 0.57
0.65 1.03
• KECIL 3.51 4.43
5.41 7.46
• MENENGAH 7.93 10.45
11.91 13.62
TOTAL UMKM 11.96
15.45 18.23
22.43 Modal Kerja
6.72 8.73
10.27 12.21
- Pangsa 56,20
56,50 56,30
54,40 Investasi 1,43
1,74 2,16
2,34 - Pangsa
12,00 11,30
11,90 10,40
Konsumsi 3,8 4,98
5,8 7,88
- Pangsa 31,80
32,20 31,80
35,10 UKM MENURUT SEKTOR
2004 2005
2006 2007
1 Pertanian 0,74
0,82 0,94
1,17 2 Pertambangan
0,01 0,01
0,01 0,01
3 Industri Pengolahan 1,50
1,90 2,90
2,16 4 Listrik Gas dan Air
0,01 0,00
0,00 0,00
5 Konstruksi 0,55
0,68 0,90
1,00 6 Perdag., Rest. dan Hotel
3,98 5,32
6,17 7,59
7 Pengangkutan, Pergud Kom. 0,41
0,51 0,51
0,48 8 Jasa Dunia Usaha
0,81 1,00
1,23 1,52
9 Jasa Sosial Masyarakat 0,18
0,25 0,33
0,33 10 Lainnya
3,78 4,96
6,04 8,18
Total 11,96 15,45 18,23 22,43
NPL SEKTOR UKM 1.61
2.20 3,99
4,88 Outstanding 0,31
0,61 0,91
0,87 Sumber: Data Perbankan , 2007
Dari data perkembangan kredit UMKM pada Tabel 2.1, diatas tampak bahwa setiap tahunnya kredit sektor UMKM cenderung stagnasi. Angka ini justru terlihat
masih sangat kecil, baik secara jumlah nominalnya dibandingkan dengan total pangsa kredit yang diberikan bank. Angka ini mengindikasikan bahwa pemberian kredit
UMKM masih belum serius untuk ditangani oleh bank yang berarti bahwa masih banyak UMKM yang belum dapat mengakses kredit perbankan. Kecenderungan kredit secara
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
agregat terhadap total realisasi kredit yang sedikit meningkat, diikuti pula oleh peningkatan terhadap resiko kredit bermasalah NPL perbankan yang meningkat juga
sebesar 4,88. Hal inilah yang justru membuat perbankan kurang serius memberikan kredit pada sektor UMKM
2. Perkembangan Keuangan Mikro Internasional
Pengelolaan sektor UMKM di setiap negara memang berbeda-beda. Hal yang mendasar dalam perbedaan tersebut terkait pada pendekatan manajemen pengelolaan
yang didasarkan pada nilai kuantitatif. Hal ini terlihat dari kriteria yang digunakan dalam pengklasifikasian dan pendefenisian UMKM itu sendiri yang cenderung
tergantung pada kondisi negara masing-masing. Semakin maju perekonomiannya, maka hasil penjualan dan asset UMKM itupun akan semakin tinggi. Secara internasional,
beberapa pendekatan yang dilakukan oleh lembaga internasional dalam mendefenisikan UMKM adalah sbb
102
: A.
World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu: 1. Medium enterprise, dengan kriteria:
a jumlah karyawan maksimal 300 orang, b pendapatan setahun hingga sejumlah 15 juta.
c jumlah aset hingga sejumlah 15 juta. 2. Small enterprise, dengan kriteria:
102
Sri Adiningsih, “Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia,’ http:www.sme-center.com diakses tanggal 08 April 2008.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
a jumlah karyawan kurang dari 30 orang, b pendapatan setahun tidak melebihi 3 juta.
c jumlah aset tidak melebihi 3 juta. 3.
伊Micro enterprise, dengan kriteria: a jumlah karyawan kurang dari 10 orang,
b pendapatan setahun tidak melebihi 100 ribu. c jumlah aset tidak melebihi 100 ribu.
B. Europa Commission, membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Medium-sized enterprise, dengan kriteria:
a jumlah karyawan kurang dari 250 orang, b pendapatan setahun tidak melebihi 50 juta sebanding dengan 58,5 juta
c jumlah aset tidak melebihi 43 juta sebanding dengan 50.3 juta. 2.
7Small-sized enterprise, dengan kriteria: a jumlah karyawan kurang dari 50 orang,
b pendapatan setahun tidak melebihi 10 juta sebanding dengan 11,7 juta. c jumlah aset tidak melebihi 13 juta sebanding dengan 15,2 juta.
3. Micro-sized enterprise, dengan kriteria: a jumlah karyawan kurang dari 10 orang,
b pendapatan setahun tidak melebihi 2 juta sebanding dengan 2,3 juta c jumlah aset tidak melebihi 2 juta.
Melihat berbagai macam definisi UKM dari berbagai negara dan lembaga internasional tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan negara dan lembaga
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
internasional masih menganut ukuran kuantitatif dalam menentukan kriteria UKM. Berdasarkan kondisi perekonomian yang ada di masing-masing negara, definisinya pun
berbeda jauh. Semakin maju perekonomian negara, batas kriterianya misalnya hasil penjualan dan asetpun semakin tinggi. Namun, setidaknya berbagai definisi UKM di
atas dapat dijadikan referensi untuk menentukan definisi UKM yang sebenarnya. a.
Kondisi UMKM di Malaysia Saat ini, jumlah UKM di Malaysia adalah lebih dari 80 jumlah total
perusahaan. Dari sejumlah tersebut, 88 di antaranya masuk dalam kategori small-scale industry dan 12 kategori medium-scale industry. Sebagian besar UKM masih
berkonsentrasi pada sektor tradisional makanan dan minimum, produk metal, dan kayu serta produk kayu. UKM yang mengekspor produknya adalah 20 dari total UKM di
Malaysia. Sementara itu, UKM di Malaysia menghadapi masalah yang kurang lebih sama dengan UKM di negara lain, mulai dari teknologi yang tertinggal seperti
kurangnya sumber daya serta kemampuan yang dimiliki. Masalah lain yang dihadapi adalah perbedaan definisi UKM antar lembaga pemerintahan
103
. Malaysia mendefenisikan UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yang bekerja
penuh full time worker kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M 2,5 juta sebanding dengan US 6,6 juta.
103
Dari 18 kementerian dan 60 lembaga pemerintahan yang turut mengurusi perkembangan UKM, sebagian besar memiliki kriteria yang berbeda-beda, namun definisi ini pada umumnya memiliki
kesamaan, yaitu hanya berdasarkan kriteria kuantitatif. Definisi ini masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
- Small Industry SI, dengan kriteria jumlah karyawan antara 5 - 50 orang atau jumlah modal saham
sampai sejumlah M 500 ribu atau sebanding dengan US 132 ribu.
-
Medium industry MT, dengan kriteria jumlah karyawan antara 50 - 75 orang atau jumlah modal saham antara M 500 ribu - M 2,5 juta
.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
b. Kondisi UMKM di Bangladesh
Hal yang sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan kiprah Grameen Bank di Bangladesh yang diinspirasi oleh Muhammad Yunus hingga memperoleh
Penghargaan Nobel 2006. Akses jutaan orang miskin di Bangladesh ke perbankan yang selama ini tidak bisa menjadi debitur karena tidak memiliki harta untuk dijadikan
agunan atau jaminan collateral, sehingga tidak layak diberikan kredit yang dalam istilah perbankan disebut tidak bankable
104
. Dengan alasan tersebut, oleh Muhammad Yunus berupaya melawan pemikiran
dan tindakan konservatif tentang pemberian kredit kepada nasabah dengan membuka akses kepada kaum miskin untuk menjadi debitur. Tindakan tersebut tetap dengan
mengedepankan prinsip kehati-hatian perbankan prudential banking. Kredit mikro yang digulirkan tersebut membuahkan hasil dengan mampu menyalurkan kredit
puluhan juta dollar amerika kepada 6,6 juta orang miskin. Kini bank ini memiliki 2.226 cabang di 71.371 desa dan 94 modal Grameen Bank dimiliki oleh masyarakat
miskin.
105
Sama halnya dengan di Bangladesh, Ghana yang berada di daratan Afrika juga memiliki kebijakan tersendiri dalam mengatasi kredit kecil micro finance. Legal
hukum bagi UMKM tersebut telah diatur sejak tahun 1983, sedangkan lembaga keuangan non bank diatur sejak 1993. Di Ghana sendiri, focus pelayanannya konsisten
pada pengembangan Bank desa rurul banks yang tetap mendapat pengawasan dari
104
Rahmad,“ Kiprah Muhammad Yunus”, Impresario BRI No X Tahun, 2007 hlm 28.
105
Ibid.
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
Bank of Ghana. Demikian juga halnya dengan negara yang pada penduduknya, India. India memiliki satu institusi kredit kecil yang merupakan gabungan dari 46 SHGs Self
Hep Groups dengan jumlah 20 anggota yang telah berdiri sejak 1949. Konsep ini diawali oleh kebersamaan dan kepercayaan. Secara luas, program keuangan mikro ini
terafliasi secara sistem dengan menggunakan kerjasama dengan perbankan dan beberapa NGOs non governance organizations sebagai intermediasinya promosinya kepada
masyarakat ekonomi kecil
106
.
106
Jhingan, M.L, Background Paper On Microfinance Policy, Promotion of Small Financial Institutions –ProFI. Vicas: Publising House Ltd,New Delhi, 2001 hlm 35
Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008
USU Repository © 2008
BAB III MEKANISME PENYELESAIAN KREDIT