PENDAHULUAN Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) (Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam)

BAB I PENDAHULUAN

8. Latar Belakang Fungsi dan keberadaan bank sangat penting dalam mendukung upaya pertumbuhan ekonomi suatu negara 1 . Fungsi bank diharapkan mampu menjadi intermediasi bagi masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat yang kekurangan dana. Bank merupakan lembaga kepercayaan dengan maksud dan tujuan serta dasar dan sifat utama dari lembaga perbankan tersebut. Pentingnya pemahaman ini agar tidak terdapat pemahaman yang keliru terhadap lembaga ini dalam setiap usahanya dan akan memegang teguh kepercayaan yang diberikan kepada bank itu sendiri. Fungsi ini perlu mendapat pemahaman karena dapat mengancam eksistensi lembaga perbankan itu sendiri, padahal bank dituntut untuk profesional dalam pengelolaan dananya 2 . Sebagai lembaga perbankan, dalam perkembangannya saat ini bank dituntut untuk selalu dapat berinovasi terhadap setiap produk layanan perbankannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan setiap masyarakat. Agar hal ini dapat berjalan secara baik, tentu saja hal yang harus menjadi panduan penting bagi perbankan sendiri adalah dengan menciptakan berbagai produk dengan layanan prima tetapi tetap pada koridor sistem hukum yang benar. Hal ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang akan 1 Dalam UU No 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagai mana diubah dengan UU No 10 Tahun 1998 Selanjutnya disebut UU Perbankan Pasal 1 ayat 2 menyatakan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. 2 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia,2006 hlm 7. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 diambil tepat sesuai dengan prinsip manajemen risiko 3 , sekaligus sebagai usaha untuk melakukan tindakan dan kebijakan berdasar pada prinsip kehati-hatian prudential banking. Dalam aktivitasnya, bank wajib mempertimbangkan berbagai permasalahan hukum yang menyertai suatu transaksi perbankan agar tetap mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perbankan yang ada dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 terdapat sejumlah norma hukum, yang berfungsi sebagai dasar dalam membuat, mengatur dan menetapkan kebijakan dan ketentuan hukum perbankan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter dan perbankan. Hal ini penting untuk tetap menjaga agar kondisi perbankan tersebut tetap dalam kondisi sehat 4 . Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak baik 3 Menurut Gallati Tahun 2003 h.7, resiko di defenisikan sebagai “ a condition in which there exist an exposure to adversity”. Lebih lanjut berdasarkan Wookbook level 1 Global Association of risk Professionals-Badan Sertifikat Manajemen Resiko 2005:A,4 risiko didefenisikan sebagai Change of a bad outcome”. Maksudnya adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dkelola semestinya. Resiko dapat diartikan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Risiko dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikola dengan semestinya. Sebaliknya risiko dapat dikelola dengan baik akan memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar. Bank sebagai lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam menjalankan kegiatan usaha guna mendapatkan hasil usaha return selalu di hadapkan pada resiko. Resiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bank jika tidak di deteksi serta tidak di kelola dengan baik. Untuk itu bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam melaksanakan kegiatan usaha serta mengambil tindakan yang tepat jika risiko timbul. Ferry N.Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 hal 6. 4 Dalam Pasal 29 ayat 2 dan ayat 5 Undang Undang Perbankan yang telah diubah menentukan bahwa Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan tingkat kesehatan bank, dengan memperhatikan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas solvabilitas dan aspek – aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 pemerintah, pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan, maupun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank Jika ditinjau dari perkembangan sejarah perbankan di Indonesia, tampak jelas bahwa fungsi hukum dalam perbankan pada masa lalu dijadikan sebagai alat politik untuk melegitimasi kebijakan pemerintah. Salah satu akibatnya, pengaturan bisnis perbankan nasional dilakukan dengan cara memodifikasi kebijakan deregulasi yang telah diambil pemerintah untuk disesuaikan dengan tuntutan pembangunan ekonomi nasional dan tujuan politik yang dijalankan pemerintah. Terlebih lagi bisnis perbankan nasional cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan- kepentingan yang bersifat politis dan ekonomis 5 , yang pada akhirnya menyengsarakan kehidupan rakyat. Krisis ekonomi yang timbul diawal tahun 1998 pada saat itu bermula dari kehancuran bisnis perbankan di Indonesia dimana angka menunjukkan lebih dari 42,48 triliun, atau 60,4 adalah dengan status kredit yang tergolong non performance loan 6 . Padahal, jika saja bank independen dalam setiap produk perbankan yang dipasarkannya tersebut dan telah sesuai dengan aturan hukum tanpa adanya intervensi dari pihak luar, maka bank mungkin mampu meminimalisasi risiko hukum sebagai bagian dari usaha penciptaan Good Corporate Governance GCG 7 dan fiduciary 5 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003 hlm 15. 6 Rahmad S, “Penghapusan Piutang Bank BUMN”, http:www.bumn-ri.comnews diakses tanggal 26 Mei 2008 7 Pelaksanaan tata kelola perusahaan corporate governance merupakan kata kunci untuk menciptakan industri perbankan yang sehat. Akan tetapi, penerapannya membutuhkan upaya yang tidak mudah. Bahkan mendefenisikan corporate governance merupakan hal yang sulit. Satu hal yang penting untuk dapat menerapkan corporate governance adalah setiap orang yang terbukti melakukan bank fraud harus dihukum. Dalam kaitan penghukuman ini perlu diperhatikan bahwa apabila bank melakukan Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 relationship. Hal ini penting bagi lembaga perbankan yang wajib mempertanggungjawabkannya secara hukum kepada shareholder dan stakeholder. Faktor inilah sebagai modal usaha perbankan yang mengutamakan kepercayaan tinggi dari masyarakat dalam mengelola dana masyarakat itu sendiri. Perlu di ketahui bahwa prinsip fiduciary duty dikaitkan dengan Pasal 82 Undang Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Pertanggungjawaban direksi dalam dalam pengelolaan perseroan harus didasarkan kepada prinsip fiduciary duty 8 yang standarnya didasarkan pada duty of care dan duty of loyality. Teori ini lebih mengedepankan atas prinsip kepercayaan trust and confidence yang meliputi aspek ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, keterusterangan candor. Fasilitas kredit sebagai aktivitas utama lembaga perbankan pada dasarnya memiliki ciri yang sama sejak dulu. Namun dalam perkembangannya saat ini mengarah pada variasi dan pola-pola yang menggabungkan perkembangan teknologi dengan segmen pasar dan regulasi yang menyertainya. Jika dilihat dari segi pola dan penggolongan kreditnya, maka salah satu produk perbankan dalam memberikan pelanggaran ketentuan perbankan maka jangan hanya bank yang dihukum, namun juga pelaku dikenakan denda oleh pengawas. Para pelaku tersebut tidak hanya dipenjarakan tetapi juga seluruh harta kekayaan disita agar menimbulkan efek jera. Zulkarnaen Sitompul , Problematika Perbankan, Bandung:Terrace Library, 2005 hlm 25. 8 Disampaikan oleh Bismar Nasution pada Seminar Nasional Sehari dalam rangka menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT Persero BUMN, “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT Persero Di lingkungan BUMN ditinjau dari Aspek Hukum dan Transparansi” di selenggarakan oleh Inti Sarana Informatika Hotel Borobudur Jakarta, 8 Maret 2007. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 kreditnya kepada masyarakat tersebut adalah melalui kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah selanjutnya disingkat UMKM 9 . UMKM dalam tatanan pembangunan nasional adalah bagian integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang kedudukan, potensi, dan perannya yang strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah untuk tetap memberdayakan dan melindunginya. Dalam Pasal 1 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa 10 : 1. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang undang ini. 2. Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dari hasil penjualan tahunan usaha kecil Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 1 dijelaskan bahwa “usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, danatau berkaitan dengan seni dan budaya”. Kegiatan ekonomi rakyat 9 Pemerintah dan Komisi VI DPR menyepakati Rancangan Undang-Undang RUU tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM untuk kemudian diperkenalkan sebagai istilah baru pengganti UKM yang telah ada selama ini. RUU tersebut kemudian disahkan menjadi UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM. Adanya UU ini memberikan kepastian hukum bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya.Undang-undang ini diciptakan untuk meningkatkan kesempatan dan perlindungan kepada UMKM agar mampu memperluas lapangan kerja dan pelayanan ekonomi luas kepada masyarakat. Karena itu, UMKM harus memperoleh kesempatan, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha. Ini adalah wujud keberpihakan kepada usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan BUMN. Inti dari UU ini adalah memberikan kepastian hukum, mengatur kemitraan usaha antara pengusaha besar dan kecil, ketentuan tentang UMKM, lembaga perizinan usaha, sarana informasi usaha, aspek promosi dagang dan fasilitasi pengembangan usaha dari pemerintah, pembiayaan, kriteria UMKM, dan penciptaan iklim usaha. Sri Adiningsih, “Revitalisasi UMKM”, ,http:www.niriah.com diakses tanggal 10 Juli 2008. 10 Lihat Undang Undang RI Nomor 9 Tahun 1995. Tentang Usaha Kecil. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 yang berskala kecil yang dimiliki dan menghidupi sebagian rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha menegah dan usaha besar meliputi usaha nasional milik negara atau swasta usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 11 Namun dalam perubahan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara tegas telah adanya pendefenisian pemisahaan klasifikasi usaha. Dalam Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2008 tersebut menyebutkan bahwa 12 : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang undang ini. 3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sediri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Dalam perkembangannya saat ini, khususnya penyaluran kredit pada usaha mikro, kecil dan menengah memperlihatkan kecenderungan kurang signifikan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah 13 . Satu hal yang perlu dicermati dalam sejarah krisis monoter yang terjadi di 11 Ibid hal 25 12 Lihat Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tetang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 13 Fakta dari Bank Indonesia BI memperkirakan sekitar 30 juta pelaku usaha kelompok usaha mikro kecil dan menengah UMKM hingga saat ini belum terjangkau kredit bank. Sekarang ini nasabah Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 Indonesia tahun 1997 menunjukkan bahwa terbukti sektor UMKM mampu bertahan kuat dari krisis moneter dibandingkan dengan sektor korporasi. Unit usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia diperkirakan mencapai 40 juta unit. Tingkat penyediaan tenaga kerjanya hampir sekitar 99,9 persen dan kontribusi terhadap GDB Gross Domestik Bruto mencapai 60 persen 14 . Ini disebabkan karena UMKM pada umumnya berbasis pada potensi sumber daya lokal dan tidak bergantung pada bahan baku import. Hal inilah yang menyebabkan sektor ini tetap ada dan mampu bertahan serta menyerap tenaga kerja secara maksimal karena lebih bersifat padat karya. Kemampuan usaha kecil selama ini menyerap tenaga kerja, mewujudkan pemerataan serta menghasilkan devisa, juga posisinya yang strategis, mendorong pemerintah untuk ikut mendukung serta mengembangkan sektor usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Indonesia 15 . Namun kondisi dan peluang ini tidak serta merta membuat sektor UMKM berjalan dengan optimal. Sektor ini tetap saja dikesampingkan oleh perbankan dalam hal UMKM yang memiliki rekening di bank hanya sekitar 19 juta nasabah, padahal jumlah UMKM mencapai sekitar 48 juta, jadi diperkirakan ada sekitar 30 juta UMKM yang tidak memiliki akses ke bank, kata Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah di Gedung DPRMPR Jakarta 39. Menurutnya, di lapangan banyak ditemui usaha kecil dan mikro yang sebenarnya layak mendapat kredit dari bank hanya saja memang mereka tidak bankable sehingga perlu dibantu dengan adanya penjaminan kredit. Guna membuka akses UMKM kepada kredit perbankan, maka pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas lembaga penjaminan kredit sehingga sekitar 30 juta pelaku UMKM dapat diserap oleh perbankan. Masih cukup luasnya potensi sektor UMKM di Indonesia juga tercermin dari pangsa kredit UMKM yang mencapai 52,5 persen dari total outstanding kredit nasional. Ukay Kariadi,”BI:30 Juta Pelaku Usaha Kecil Mikro Tidak Terjangkau Bank”, http:www.ukm-center.com, diakses tanggal 08 April 2008. 14 Aswandi S, “Kiprah UMKM di Tengah Krisis Ekonomi - Perannya Besar, Minim Perhatian Pemerintah”, http:www.sme-center.com,2007, diakses tanggal 02 April 2008. 15 Menjadi sangat beralasan pemerintah serius dalam memikirkan dan memprioritaskan pengembangan UMKM. Menurut angka BPS tahun 2003 bahwa jumlah usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM sekitar 41,36 juta atau 99,85 dari total pengusaha di Indonesia. Dengan jumlah tersebut UMKM mampu memberikan kontribusi yaitu menyerap tenaga kerja 76,54 juta pekerja atau 99,45 dari total lapangan kerja, Sumbangan terhadap GDB mencapai 54,74, sebesar 19 persen terhadap total ekspor dan sekitar 2-4 persen pada pertumbuhan ekonomi nasional. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 kebutuhan fasilitas kredit modal kerja danatau investasi. Perbankan masih setengah hati dalam mendukung kredit tambahan modal bagi sektor UMKM. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya dana perbankan yang parkir dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI sebesar Rp 230 triliyun 16 . Prinsip kehati-hatian dan risiko bisnis yang masih tinggi menjadi alasan perbankan untuk tidak maksimal mengalokasikan kredit perbankan pada sektor ini, ditambah lagi dengan kepastian hukum yang belum jelas terhadap kejahatan illegal transaction perbankan. Menjadi suatu fenomena yang tidak rasional saat ini, dimana angka menunjukkan bahwa di satu sisi penurunan BI rate yang kini mencapai 8,25 yang diharapkan mampu menjadi stimulan positif dalam penyaluran kredit perbankan namun pada kenyataannya penyerapan terhadap sektor UMKM hanya mencapai 13,89 . 17 Presiden Direktur Pusat Pengembangan UMKM Kamar Dagang Indonesia, Ida Bagus Putu Sarga dalam diskusi serangkaian dengan Musda HIPMI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bali mengelompokkan persoalan UMKM tidak dapat berkembang karena 18 : 16 Seputar Indonesia, 3 Februari 2008 hl 11. 17 Media Indonesia,13 Agustus 2007 hal 13 18 Secara umum dari segi financial ini dapat disebabkan oleh: a. kurangnya kesesuain antara dana yang tersedia yang dapat diakses oleh UMKM b. tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM. c. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang dikucurkan kecil d. kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai. e. bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi f. banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan finansial Sementara itu dari segi non financial dapat disebabkan oleh: Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Menyangkut kekurangan modal sebagai kendala sektor UMKM untuk maju. Terdapat beberapa faktor yang mendasar yang menyebabkan kurangnya daya serap UMKM terhadap ketersediaan kredit lunak yang disiapkan perbankan, antara lain tidak tersedianya dana untuk pemenuhan persyaratan pengajuan kredit ke perbankan. Selain itu minimnya pengetahuan dalam penulisan proposal bisnis juga menghambat penyerapan kredit lunak yang disediakan perbankan. Pengusaha masih sulit untuk mendapatkan modal kerja karena tidak memiliki agunan yang cukup. 2. Metode produksi yang masih tradisional dianggap melemahkan sektor UMKM untuk bersaing. Memasuki AFTA dan APEC, sektor UMKM akan menghadapi tantangan yang semakin besar bila tidak segera mencari jalan keluar terhadap persoalan produksi. Terlebih hampir sebagian besar UMKM tidak memiliki sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk bisa mengakses pasar internasional. Umumnya UMKM bergantung pada perusahaan trading yang sekaligus berfungsi sebagai pedagang pengumpul dan meraup laba sebanyak-banyaknya dari selisih harga. Belum lagi lemahnya dasar hukum UMKM di Indonesia. Jika ada UMKM yang berbadan hukum, seperti usaha dagang, CV, dan PT, tetapi tidak didukung dengan corporate governance yang baik. Dari fenomena ini dapat menunjukkan bahwa perlunya kajian secara komprehensif terhadap penyebab stagnasinya daya serap sektor riil dalam pelayanan kredit. Disamping itu, salah satu aspek lain dari segi perbankan yang menjadi perhatian adalah pengaruh kepastian hukum yang lebih dari sekedar penegakan hukum yang membuat pelaku sektor riil dan perbankan lebih berhati-hati sebagai dampak dari pemberantasan illegal transaction. Hal ini berdampak pada kekhawatiran perbankan untuk mengantisipasi jika terjadi kredit macet, khususnya kredit usaha mikro dan kecil a. kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan b. kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk penyediaan akan produk jasa yang sesuai dengan keinginan pasar c. keterbatasan sumber daya manusia SDM http:www.sme-center.com diakses tanggal 08 April 2008 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 yang notabene dilaksanakan tanpa didukung oleh adanya agunan yang cukup sebagai jaminan kredit. Kurang jelasnya fungsi hukum sebagai landasan kerja bagi banker dalam mengatasi kredit macet di kemudian hari. Sejauh ini memang pemerintah setidaknya telah memberikan jalan keluar terhadap permasalahan ini, namun banker, khususnya bank BUMN belum berani menerapkan Peraturan Pemerintah PP No 33 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Perusahaan NegaraDaerah. Hal ini disebabkan oleh karena belum adanya kesepahaman antara penegak hukum yang masih menyamakan piutang negara dan piutang BUMN. Walaupun PP ini sebenarnya sudah memberikan kewenangan bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi kredit secara korporasi, para banker belum berani mengambil keputusan penyelesaian karena terkait pada perbedaan persepsi akan adanya pelanggaran hukum 19 . Di samping itu, timbulnya permasalahan kredit UMKM selama ini perlu di inventarisasi sebagai masalah kredit macet UMKM, untuk dapat dicarikan solusi pemecahannya dengan jalan terbaik. Dalam perkembangannya saat ini menunjukkan bahwa, terdapat hal pokok yang belum tercipta secara ideal. Paket kebijakan pemerintah yang dituang dalam Peraturan Bank Indonesia, sebagai fasilitator ternyata belum mampu meyakinkan perbankan untuk lebih pro dalam realisasi kredit sektor UMKM. Turunnya BI rate untuk merangsang banker lebih memihak pada pelaku UMKM ternyata belum mampu di realisasikan secara optimal. Di samping itu sulitnya pelaku UMKM untuk menembus akses permohonan kredit pada bank juga sangat sulit yang terbentur dengan banyaknya ketentuan dan prasyarat yang harus dipenuhi pelaku 19 Seputar Indonesia, 5 November 2007 hal 11 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 UMKM. Dalam masa perkembangannya, memang sektor UMKM ini keberadaannya perlu mendapat perhatian khusus. Pola kemitraan dalam pembinaan usaha UMKM yang telah ada perlu untuk dikembangkan, sebagai bentuk konkrit dan jaminan bagi perbankan dalam membantu pengembangan sektor UMKM. Agar identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat ditemukan, maka perlu dibuat suatu pertanyaan yang menjadi masalah dalam penelitian 20 un tuk dikaji lebih lanjut. Hal ini diperlukan untuk dapat menemukan inti permasalahan yang telah diidentifikasi. Beberapa identifikasi masalah awal yang dapat diinventaris terkait dengan kondisi dari aspek UMKM dan Perbankan adalah 21 : 1. Dari Aspek Usaha Kecil Small Scale Enterprise, meliputi : a Keterbatasan perluasan pemasaran produk UMKM. b Keterbatasan Modal usaha yang tergantung pada kredit perbankan dan subsidi pemerintah. c Keterbatasan penguasaan teknologi produksi UMKM d Pengelolaan manajemen SDM yang belum memadai. e Kesulitan mendapatkan akses kredit dari perbankan karena tidak dapat menyediakan agunan bank lack of collatoral 2. Dari Aspek Perbankan, meliputi : 20 Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang mempersoalkan keberadaan suatu variabel atau mempersoalkan hubungan antara variabel pada suatu fenomena.Variabel merupakan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya. Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: PPM, 2003 hlm 35 21 Sulistia,Teguh, “Perlindungan Hukum Dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil Dalam Ekonomi Pasar Bebas”, Hukum Bisnis Volume 27 No 1 Tahun 2008. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 a Masih tingginya resiko bisnis akibat stagnasi prospek pasar UMKMusaha tidak kompetitif. b Kecenderungan Non Performing Loan NPL sektor UMKM yang terus meningkat akibat inflasi yang terus meningkat. c Pengaturan Bank Indonesia terhadap bobot risiko kredit khususnya sektor UMKM yang tidak mendukung. d Kurang jelasnya fungsi hukum terhadap persepsi penyelesaian Kredit bermasalah 22 pada sektor UMKM. e Jaminanagunan yang tidak mencukupi maksimal pinjaman jika terjadi wanprestasi kredit UMKM. Melihat kondisi yang saling kontra tersebut, hal yang penting dikaji sebagai bahan perumusan masalah adalah adanya ketidak sinergisan antara perbankan dengan pelaku UMKM yang tidak berjalan secara bersama-sama. Dengan tidak sinergisnya kedua hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian terhadap permasalahan yang timbul sebagai question research yakni mengapa belum tercipta secara ideal dan optimal terhadap pertumbuhan sektor riil dalam hal pelayanan kredit UMKM oleh perbankan. 22 Suatu kredit digolongkan sebagai kredit bermasalah adalah kredit yang tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Istilan kredit bermasalah telah digunakan oleh perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem loan yang merupakan istilah yang sudah lazim di gunakan di dunia internasional. Istilah lain yang digunakan dalam kredit bermasalah juga disebut non- performing loan. Sutan Remy S, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993 hal 3 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 9. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan kodisi pada latar belakang tersebut, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sbb: 1. Bagaimana kedudukan dan perkembangan pembiayaan untuk sektor UMKM dalam perspektif hukum ekonomi? 2. Bagaimana mekanisme penyelesaian kredit UMKM bermasalah sesuai dengan peraturan hukum perbankan? 3. Bagaimana peranan Bank Rakyat Indonesia dalam pemberdayaan sektor UMKM ? 10. Tujuan Penelitian. Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: 1. Untuk mengetahui kedudukan dan perkembangan pembiayaan pada sektor UMKM dalam perspektif hukum ekonomi? 2. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian kredit UMKM bermasalah sesuai dengan hukum perbankan. 3. Untuk mengetahui peranan BRI khususnya Kantor Cabang Lubuk Pakam dalam mendukung kredit bagi sektor UMKM. 11. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini nantinya bermanfaat untuk mengkaji terhadap produk perundang undangan UMKM yang telah ada dalam hal ini fungsinya sebagai fasilitator dan pendorong pertumbuhan kedit UMKM oleh perbankan. Kajian meliputi Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 kesesuaian tuntutan perkembangan zaman terhadap nilai normatif yang ada dalam produk hukum sebagai rule of law bagi perbankan dalam mendorong pertumbuhan kenaikan kredit UMKM. Secara praktis, output yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pelayanan dan pemberdayaan bagi kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM dengan melihat permasalahan yang menyebabkan kurang optimalnya peran perbankan dalam memfasilitasi permodalan UMKM. Di samping itu, secara praktis hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan arahan yang jelas sekaligus perlindungan bagi kreditur dalam merealisasikan kredit UMKM melalui program kemitraan. 12. Kerangka Teori dan Landasan Konseptual. 1. Kerangka Teori Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metode, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial juga ditentukan oleh teori 23 . Menurut Kerlinger, teori adalah : “a set of interralated constructs concepts defenitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relation among variables, with the purpose of expalining and predicting the phenomena”. 24 Fungsi teori dalam penelitian dimaksudkan untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati untuk dikaji sesuai dengan 23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,1982 hlm 6. 24 Maria SW.Sumarjodjono, Applications of Case Study Research New Delhi: Sage Publications International Educational and Profesional Publisher Newbury Park,1993 hlm 4 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 norma hukum 25 . Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechtgerehtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit, dan kepastian hukum rechtszekerheid 26 . Hukum perbankan berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di bidang hukum perbankan, dengan perkembangan pola kredit UMKM, sehingga keduanya harus berjalan secara sinergis dan teratur. Hal ini dimaksudkan agar kedua variabel ini sejalan secara harmonis sesuai perkembangan norma hukum yang ada. Menjadi kewajiban setiap pelaku bisnis perbankan untuk menaati norma hukum perbankan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan landasan prevensi bagi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya sehingga kepentingan masyarakat maupun kelangsungan hidup bisnis perbankan nasional dapat terlindungi. Masih relatif terbatasnya akses UMKM kepada lembaga keuangan, khususnya perbankan, telah menghadirkan kesenjangan gap antara mekanisme kehati-hatian prudential mechanism yang dijalankan lembaga keuanganperbankan dan kondisi usaha UMKM yang belum bankable 27 . Dengan kata lain, belum terjadi titik temu ekonomis yang optimal antara pelaku di sektor moneter dan pelaku sektor riil. 25 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: PT Alumni, 2004 hal 17 26 Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: PT Agung, 2002. hlm 35 27 Soetanto Hadinoto, Micro Credit Challence Cara efektif Mengatasi Kemiskinan dan Penganguran di Indonesia , Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006.hlm 267. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM. Dalam Undang Nomor 9 Tahun 1995, tentang Usaha Kecil dan Menengah, menyebutkan bahwa secara rinci kriteria dan karakteristik usaha kecil dapat dicirikan sbb 28 : 1. Usaha produktif milik warga negara indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. 2. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan usaha menengah atau besar 3. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Sedangkan menurut Keputusan menteri keuangan Kemenkeu Nomor 571KMK 032003 mendefenisikan bahwa pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak danatau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tak lebih dari 600 juta. Dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pada Bab 8 “Pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi” pada Pasal 13 menyebutkan bahwa : 28 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan 29 untuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat hasil kerjasama dengan UMKM dan si dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya. Usaha Menengah menurut Intruksi Presiden Inpres Nomor 10 Tahun 1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah di defenisikan sbb: k berbadan hukum, atau tau berafiliasi, baik langsung maupun usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Sementara itu, sebagaimana telah diubah dalam Pasal 6 UU No 20 Tahun 2008, tentang UMKM menyebutkan secara terperinci mengenai kriteria UMKM, yakni 32 : 1 K a. puluh b. jualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga Koperasi. 2. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan UMKM dan Koperasi melalui program kemitraan 30 , peningkatan daya saing, pemberian dorongan inova 1. Usaha produktif 31 milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tida badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. 2. Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai a tidak langsung, dengan usaha besar. 3. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat riteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil pen ratus juta rupiah. 29 Yang dimaksud dengan usaha yang “dicadangkan” menurut penjelasan Pasal 13 UU No 252007 tersebut adalah bidang usaha yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi agar mampu dan sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya. 30 Kemitraan di defenisikan sebagai kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperharikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.Lihat UU No 5 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil Pasal 1 ayat 8 31 Usaha Produktif Menurut Keputusan Menkeu Nomor 40KMK 062003 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil adalah usaha pada semua sektor ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha. 32 Lihat UU No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 2 K a. ratus juta b. paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua 3 K a. luh b. ngan paling banyak 4 gan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden. Kegiatan ekonomi rakyat yang merupakan bagian integral dunia usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang dan pemerataan pembangunan berdasarkan demokrasi ekonomi. Sektor usaha mikro kecil dan menengah menjadi fokus pemerintah untuk lebih diberdayakan dan dikembangkan secara optimal karena dipandang bahwa sektor ini mampu bertahan dari pada pengusaha besar pada saat krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997. Di samping itu, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja karena lebih cenderung padat karya. Penelitian menyebutkan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 1 berarti telah mengurangi jumlah penganguran sebesar 400.000 orang 33 . Hal ini sejalan dengan apa riteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan milyar lima ratus juta rupiah. riteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepu milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai de Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, huruf b, dan ayat 2 huruf a, huruf b, serta ayat 3 huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai den 33 Soetanto Hadinoto, Op.cit, hal 272. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 yang telah digariskan oleh pemerintah dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa pemberdayaan usaha kecil bertujuan untuk 34 : a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Keadaan ini memihak pada konsep demokrasi ekonomi kerakyatan yang sejalan dengan trilogi pembagunan nasional yang mengutamakan aspek pemerataan. Perlindungan usaha mikro dan kecil dan menengah mempunyai nilai yang strategis yang dapat dilihat dari beberapa manfaatnya yaitu 35 : 1. Menciptakan dan menyediakan pekerjaan melalui usaha padat tenaga kerja labour intensive. Adanya investasi dalam bentuk industri akan semakin memperbesar jumlah penyerapan tenaga kerja. Teori klasik menyebutkan bahwa tenaga kerja dapat digunakan secara penuh melalui mekanisme pasar tenaga kerja. Dengan demikian jika terjadi pengangguran berarti penawaran tenaga kerja akan lebih besar daripada permintaan tenaga kerja sehingga tingkat upah akan diturunkan karena banyaknya 34 Lihat Pasal 4 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995. 35 Nurul Widyaningrum,et.al, Pola Pola Eksploitasi Terhadap Usaha Kecil, Bandung: Yayasan Akatiga, 2003 hlm 50. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 tenaga kerja yang mau bekerja. Dengan demikian, biaya produksi akan menurun, sehingga dapat diperoleh keuntungan yang dapat digunakan untuk memperluas kegiatan ekonomi serta menampung tenaga kerja yang menganggur. Dikaitkan dengan tenaga kerja tersebut, menurut Keynes, bahwa Pengangguran dapat diatasi dengan dua cara pendekatan yakni dengan memperluas penyerapan tenaga kerja atau menurunkan jumlah angkatan kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan penanaman modal investasi dengan menambah kegiatan ekonomi baru melalui bantuan pinjaman modal kredit dari bank ataupun non bank. 36 2. Sebagai alat distribusi pendapatan melalui kesempatan berusaha. 3. Mencengah urbanisasi melalui penyediaan lapangan kerja di pedesaan dan pat pada pendekatan pembangunan ekonomi yang me membu menimbulkan persoalan baru di perkotaan. 4. Mengoreksi kelemahan yang terda nekankan pada pertumbuhan. Perlindungan terhadap usaha kecil dan menengah telah diatur pemerintah dengan lahirnya Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang undang ini merupakan landasan utama dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil di Indonesia. Namun, undang undang ini belum mampu ka lebar tehadap kemapanan dan pertumbuhan usaha mikro,kecil dan menengah. Sampai saat ini perhatian terhadap pertumbuhan UMKM masih dilayani belum maksimal. Panjangnya birokrasi dan sulitnya akses perbankan menjadi kendala besar 36 M.Tohar, Membuka Usaha Kecil, Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1999 hlm 13 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 bagi UMKM dalam hal permodalan, padahal UMKM salah satu sektor usaha yang terbukti menyerap tenaga kerja karena bersifat padat karya. Dalam Pasal 2 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro,kecil dan menengah dinyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil diselenggarakan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Hal ini berarti bahwa kondisi usaha kecil merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, swasta dan masyarakat. Dari segi pendanaan, pemerintah ng undangan dan kebijakan untuk 37 : . . mem tegi penetapan harga, strategi romos ki kelebihan dan kelemahan tersendiri alam tatanan struktur perekonomian Indonesia. telah menetapkan peraturan perunda 1. memperluas sumber pendanaan. 2. meningkatkan akses pada sumber pendanaan 3 berikan kemudahan dalam pendanaan. Dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 316KMK.0161994 disebutkan bahwa pembinaan usaha mikro kecil dan menengah dapat dilakukan dengan sumber dana bagian dari laba keuntungan yang diperoleh Badan Usaha Milik Negera BUMN. Pada dasarnya, kewirausahaan pelaku UMKM jika diatur dan di kelola dengan baik akan dapat tumbuh menjadi usaha besar. Beberapa upaya pemasaran usaha kecil yang harus di atur adalah menyangkut strategi produk, stra p i perusahaan, dan saluran distribusi yang tepat. 38 . Usaha Mikro Kecil dan Menengah memili d 37 Sulaiman Sukandar, “Koperasi Menuju Otomisasi Dan Berdaya Saing” Disampaikan dalam seminar dalam rangka penerbitan media INFOKOP “ Jakarta, 2007. 38 Justin G.Longenecker , Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil, Jakarta: Salemba Empat, 2000 hlm 339. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Kele berapa nilai strategis UMKM oleh industri erataaan konsentrasi dari kekuatan kekuatan ekonomi dalam UMKM terkadang adalah KM yang ak bihan UMKM. Usaha kecil yang pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi. Tanpa subsidi maupun proteksi beberapa pelaku usaha kecil mampu menambah nilai devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai penyangga dalam perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Be bagi perkembangan perekonomian negara adalah 39 : 1. Adanya indikasi yang menunjukkan bahwa banyak produk tertentu yang dikerjakan oleh sektor riil yang justru hasilnya tersebut digunakan menengah dan besar dengan alasan margin yang lebih ekonomis. 2. Merupakan pem masyarakat. 3. Prosedur hukum UMKM sangat sederhana dalam proses pendiriannya. 4. Umumnya mampu untuk survive karena dalam usaha perintisan produk baru yang belum ada pesaingnya. 5. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu karena pasar UM masih luas sehingga dapat digali melalui kreatifitas pelaku UMKM. 6. Relatif tidak membutuhkan investasi terlalu besar, tenaga kerja tid berpendidikan tinggi dan sarana produksi lainnya relatif tidak terlalu mahal. 39 M.Tohar, Op. cit hlm 29 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 7. Memberikan peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah eliputi: n pengelolaan terhadap emiliki program pengendalian dalam memulai usaha. memiliki studi kelayakan,penelitian pasar dan analisis perputaran sesuai dengan yang diperjanjikan”. Ini berarti “jaminan kredit” yang dimaksud dengan demi berkembangnya usaha kecil. 2. Kelemahan Pengelolaan UMKM 40 . Kelemahan dan hambatan dalam pengelolaan usaha kecil berkaitan dengan faktor ekstern dan intern yakni m 1. Tidak mengetahui secara tepat kebutuhan modal kerja karena tidak memiliki perencanaan kas yang baik. 2. Sering terjadi kesalahan manajemen dan ketidakpedulia prinsip- prinsip manajerial. 3. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik. 4. Tidak m 5. Tidak pernah uang. 2 Tinjauan kredit. Pasal 8 dan penjelasannya membedakan antara pengertian “agunan” dan “jaminan”. Dalam Undang Undang Perbankan Tahun 1967 tidak dikenal istilah agunan, namun yang ada istilah jaminan. Arti “jaminan” menurut undang - undang yang lama diberi istilah “agunan”, sedangkan “jaminan” menurut undang- undang yang telah diubah diberi arti sebagai “keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud 40 Ibid . hlm 30 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 Undang Undang Perbankan yang diubah bukanlah kredit yang selama ini dikenal dengan sebutan collateral sebagai bagian dari 5 C’s. Istilah Collateral oleh Undang Undan ri kata “Credere” yang berarti am untuk melunasi uangnya setelah jangka wak aitu 45 : yang harus hak kreditur. Prestasi yang dimaksud dalam Pasal 1234 KUH Perdata g Perbankan yang diubah diartikan dengan “agunan” 41 Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debiturnya 42 , sedangkan istilah kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin “creditus” yang merupakan past participle da “to trust”. Kata “Trust” itu sendiri berarti kepercayaan. 43 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminj tu tertentu dengan pemberian bunga 44 . Dari pengertian di atas dapat dilihat adanya unsur - unsur pemberian kredit y 1. Sejumlah uang ataupun yang dapat dipersamakan nilainya dengan uang. 2. Berdasarkan kesepakatan dua atau lebih sebagai salah satu syarat dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata. 3. Adanya unsur pemenuhan prestasi yang harus dipenuhi baik oleh pihak debitur maupun pi meliputi: 41 Rachmadi Usman, Op.cit. hal 283 42 Tan Kamelo, Op.cit hal 33 43 Hadi widjaja dkk, Analisis Kredit, Bandung: CV Pionir Jaya hlm 4 44 Pasal 1 11 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998. 45 Ibid hal 17 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 a. Untuk memberikan sesuatu. antara pemberian kredit dengan balan dalam bentuk lainnya bagi dipenuhi faktor-faktor yang a. embuat suatu perikatan 47 . memilih perjajian kredit dalam bentuk tertulis mengharuskan perjanjian kredit dibuat dengan akta otentik. Biasanya perjanjian kredit b. Untuk berbuat sesuatu. c. Tidak berbuat sesuatu. 4. Adanya unsur jangka waktu tertentu pengembalian kredit. 5. Adanya unsur risiko dalam pemberian kredit. 6. Adanya balas jasa berupa bunga maupun im kreditur. Dalam pengikatan suatu perjanjian senantiasa merupakan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu 46 : 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diriny 2. Kecakapan untuk m 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Kesepakatan pemberian kredit dapat dibuat dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan dibawah tangan maupun dengan akta notariel. Sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap kreditur, biasanya kreditur yang disebut dengan “Perjanjian kredit”. Perjanjian kredit tidak ada diatur dalam ketentuan perundang undangan yang 46 Lihat Pasal 1320 KUH Perdata Bagian kedua tentang syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian. 47 Lihat Pasal 1330 KUH Perdata. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 yang melibatkan jumlah yang sangat besar yang dibuatkan akta otentik notariel. Ketentuan ini diberlakukan sesuai dengan ketentuan dalam masing masing bank. Perjanjian kredit dipandang sebagai perjanjian khusus, dimana yang berlaku dalam perjanjian kredit adalah ketentuan – ketentuan umum yang terdapat dalam KUH Perdata. Disamping klausul-klausul yang disepakati kedua belah pihak. Jika perjanjian kredit dipandang sebagai perjanjian pinjam pakai habis, maka disamping berlaku ketentuan umum dalam perjanjian KUH Perdata juga berlaku ketentuan perjanjian pinjam pakai habis. Berdasarkan tipe atau macamnya, kredit dapat dilihat dari beberapa segi yakni 48 : 1. Kredit menurut tujuan penggunaannya. Dilihat dari segi penggunaanya,kredit ini dibagi menurut dua hal yakni kredit produktif khususnya kredit investasi dan kredit modal kerja yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Disamping itu ada kredit investasi yang diperlukan untuk kredit perluasan perusahaan, rehabilitasi, modernisasi perusahaan. 2. Kredit dalam pengalihan hal materinya, dibagi atas dua hal yakni kredit dalam bentuk uang dan kredit dalam bentuk bukan uang. Berdasarkan plafondnya kredit segementasinya, maka dapat digolongkan menjadi: 1. Kredit Usaha Mikro : Rp 100 Juta. 2. Kredit Kecil : Rp 100 juta sd Rp 500 juta 3. Kredit Menengah : Rp 500 juta sd Rp 5 Milyar 4. Kredit Usaha BesarCorporate : Rp 5 Milyar. 48 Hadiwidjaja, Rivai W, Op cit hal 16 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 3. Kredit menurut cara penggunaannya yakni tunai dan tidak tunai. Kredit bukan tunai yaitu kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian pinjaman dibuat seperti garansi bankjaminan bank dan Letter of Credit LC 4. Kredit menurut jangka waktunya dibagi menurut kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, kredit jangka panjang. 5. Kredit menurut cara penarikannya dan pembayarannya kembali. 6. Kredit dilihat dari sektor ekonominya. 7. Kredit dilihat dari segi jaminannya. Setiap kredit yang diberikan harus jelas jaminan pengembalian. Adapun jaminan- jaminan tersebut terdapat berbagai macam yakni jaminan perorangan,jaminan kebendaan secara fisik, jaminan kebendaan non fisik. 8. Kredit tanpa jaminan. Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan sama sekali, artinya kredit tersebut diberikan semata mata atas kepercayaan belaka, sehingga tidak ada pengamanannya sama sekali. 9. Kredit menurut pemberianya. 10. Kredit dari segi alat buktinya. 11. Kredit menurut sumber dananya. Beberapa pinsip dalam penilaian permohonan kredit dapat ditinjau dari dari beberapa hal yakni 49 : 49 Ibid, hal 34 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Prinsip 5 C yang meliputi : character watakkepribadian, capacity kemampuan, capital modal, condition of economy, collateral agunan atas kredit. 2. Prinsip 5 P yang meliputi : party golongan dari calon peminjam sesuai dengan pinsip 5 C, purpose tujuan penggunaan kredit menurut calon debitur, payment sumber pembayaran, profitability kemampuan memperoleh laba calon debitur, protection perlindungan atas perusahaan yang diberikan oleh calon kreditur dan yang aman bagi kreditur. 3. Prinsip 3 R yang meliputi returnreturning hasil yang dicapai, repayment pembayaran kembali dan risk bearing ability kemampuan untuk menanggung risiko. Prinsip pemberian kredit yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian sesungguhnya dilakukan sebagai upaya perbankan agar terhindar seminimal mungkin dari peluang munculnya kredit bermasalah dikemudian hari. Berbicara mengenai kredit bermasalah sesungguhnya berbicara mengenai risiko yang ada dalam kredit itu sendiri. Kredit bermasalah merupakan penyebab kesulitan pada bank sendiri yang menyangkut terhadap tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib meminimalkan potensi timbulnya kredit bermasalah. Dalam kebijakan penanganan kredit bermasalah, hal-hal yang diperhatikan adalah masalah administrasi kredit, kredit yang dinilai layak mendapat perhatian khusus, perlakuan terhadap kredit yang tunggakan bunganya dikapitalisasi kredit plafondering, prosedur penyelesaian kredit bermasalah, dan prosedur penghapusan Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 kredit macet, serta tata cara pelaporan kredit macet dan tata cara penyelesaian kredit bermasalah atas barang yang dijadikan agunan kredit yang telah dikuasai bank yang diperoleh dari hasil penyelesaian kredit 50 . 2 Landasan Konseptual. Konsepsi adalah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan antara teori yang ada dengan kegiatan observasi dalam penelitian, dan juga antara abstraksi dan realitas 51 . Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus 52 , yang disebut dengan operasional. Pentingnya suatu defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran dari suatu istilah yang dipakai, selain itu dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan beberapa defenisi operasional tersebut yakni : 1. Bank adalah badan usaha yang nenghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak 53 . 50 R.Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Jakarta:Pradnya Paramita, 1994 hlm 153 51 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES,1989 hlm 34. 52 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998 hlm 3. 53 Lihat UU RI Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 2. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 54 3. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang undang 55 . 4. Usaha Menegah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil 56 . 5. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga 57 . 6. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri 58 . 54 Ibid. 55 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995. 56 Ibid 57 Lihat Pasal 1 angka 11 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 58 Lihat Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 7. Kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang undang 59 . 8. Debitur adalah orang atau badan usaha yang memiliki hutang kepada bank atau lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang undang 60 . 9. Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara nasabah debitur dengan kreditur yang terjadi di lingkungan perbankan dan notaris dalam bentuk tertulis 61 . 10. Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur 62 . 11. Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum 63 12. Penjamin adalah Perusahaan yang kegiatan usahanya memberikan penjaminan kredit kepada usaha mikro, kecil dan koperasi. Perusahaan yang memberikan penjaminan adalah PT. Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha SPU 64 . 13. Kredit Usaha Rakyat adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksplosure sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro perorangan yang memiliki usaha produktif dan dimintakan 59 Riduan Tobink dan Bill Nikholaus, Kamus Istilah Perbankan, Jakarta : Atalya Rileni Sudeco,2003 hal 118. 60 Ibid 61 Surat Edaran Nose S.36-DIRADK112007 Tentang Kredit Usaha Mikro,Kecil dan Koperasi dengan Pola Penjaminan KUMKP. 62 Ibid 63 Tan Kamelo, Op cit, hlm 31 64 Surat Edaran Nose S.8-DIRADK022008 tanggal 20-02-2008 Tentang Kredit Usaha Rakyat KUR Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 penjaminan kepada penjamin. Kredit Usaha Rakyat KUR untuk pertama sekali dilaksanakan pada November 2007 yang mendapat dukungan subsidi dari pemerintah 65 . F. Metode Penelitian 1. Sifat Dan Jenis Penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan hukum normatif. Untuk mendukung hasil analisis tersebut, digunakan juga pendekatan hukum secara empiris yang memaparkan kondisi riil dilapangan perihal pemberian fasilitas kredit bagi sektor UMKM di wilayah kerja BRI Kanca Lubuk Pakam sebagai lokasi studi kasus.. Penelitian hukum normatif dilakukan melalui pendekatan studi perpustakaan library research berdasarkan data sekunder yang bersumber dari produk hukum yang mengatur kebijakan terhadap pelaku UMKM baik dari hukum perbankan maupun peraturan pemerintah yang mengaturnya. 2. Populasi dan sampel penelitian. Dalam pengambilan sampel penelitian, maka sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Adapun pertimbangan dalam menggunakan teknik ini adalah karena 66 : 1. Studi ini merupakan studi eksploratif dekriptif. 65 Ibid 66 Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta,1996 hlm 91. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 2. Jumlah populasinya yang sangat besar. 3. Populasi penelitian bersifat homogen yakni jumlah nasabah UMKM dalam perbankan. Sampel yang dipilih berdasarkan jenis sampel bukan acak non random sampling dengan mengunggunakan teknik purposive sampling yakni dengan pertimbanganpenelitian subyektif dari peneliti 67 . Dalam hal ini peneliti menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi 68 . Untuk mendukung data sekunder yang akan dikumpulkan selanjutnya dilakukan wawancara kepada responden yang dianggap berkompeten di dalamnnya. Agar tercapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti mengambil sampel penelitian dengan menggali sumber informasi tersebut kepada: 1. Pemimpin Cabang BRI Lubuk Pakam. 2. Asisten Manajer Bisnis Mikro 3. Account Oficer AO Kantor Cabang. 4.Petugas Kredit Lini PKL Unit yang terdiri atas Manajer unit dan Mantri Unit. 5. Nasabah UMKM dengan Maks Plafond Rp 500 Juta. 6. Staf Pihak Penjamin KreditAskrindo Medan. 67 J.Supranto M.A, Teknik Sampling Untuk Survei Dan Eksprimen, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 hlm 204 68 Ibid, hlm 92. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 3. Sumber data. Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sebagai sumber utamanya yang diperoleh dari studi kepustakaan. Untuk memperoleh data tersebut sebagai pembanding sesuai dengan kebutuhan untuk analisis tersebut yang dibutuhkan adalah: 1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang megikat dan merupakan landasan utama untuk dipakai dalam rangka penelitian. Peraturan yang berkaitan dengan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah, UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, peraturan pemerintah yang terkait dengan upaya percepatan kredit UMKM dan pedoman hukum dari Bank Indonesia. 2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian, karya ilmiah dari kalangan hukum dan penelitian lain yang relevan sebagai penunjang proses analisis data. 3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum penunjang berupa jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan data lainnya sebagai penunjang proses penelitian. 4. Alat Pengumpulan Data. Penelitian ini mengambil sampel jumlah UMKM yang dilayani oleh Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Lubuk Pakam selama tahun 2006 - 2007. Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah: Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 1. Untuk analisis data sekunder dipergunakan studi kepustakaan yang mempelajari peraturan perundang undangan yang berlaku dan berhubungan dengan teori mengenai UMKM. Studi dokumen kepustakaan, yakni dengan mencari dokumen yang ada, dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi bahan penelitan. Hal ini dilakukan dengan mengelompokkan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan yakni bahan hukum primer produk hukum dan perundang undangan, bahan hukum sekunder literatur buku, artikel, majalah, dan bahan hukum tertier. 2. Pedoman wawancara dari informasi yang dilakukan dengan secara langsung ke lapangan field research untuk wawancara kepada narasumber terkait yakni komite kredit analis dan debitur UMKM sendiri. Penelitian dengan wawancara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan dari responden sebagai input bagi bahan penelitian. Adapun teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara berpatokan 69 , yakni dengan mempersiapkan materi wawancara yang telah disusun sebelumnya untuk kemudian dicatat dalam lembar hasil wawancara. 70 G. Analisis data Metode analisis data yang dilakukan menggunakan data sekunder melalui pengolahan data sebagai prosedur penelitian yang bersifat deskriftif. Sedangkan hasil 69 ibid, hal 205 70 Burhan Ashsofa, op.cit hal 97 Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008 pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara pelayanan UMKM akan ditabulasi untuk kemudian diuraikan dan dianalisis melalui teori yang ada untuk kepentingan analisis kuantitatif dan analisis isi content analysis. Pendekatan terhadap sudut pandang regulasi hukum terhadap UMKM dan perbankan yang dikaji melalui perbandingan antara keduanya. Penarikan kesimpulan dalam penelitian menggunakan metode induktif dan deduktif. Delman Prengki : Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Umkm Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam, 2008 USU Repository © 2008

BAB II KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN

Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Pengaruh Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Dan Kecil Di Kota Bukittinggi (Studi Pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi)

24 429 116

Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil Di PT BPR Tridana Percut Medan

0 32 88

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Analisis Pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kabupaten Samosir

2 71 121

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Pengaruh Kebijakan Kredit Usaha Kecil dan Menengah terhadap Peningkatan Pendapatan Debitur pada PT. Bank Bukopin Cabang Medan

0 26 90