27
agregat haluspasir alam. Penggunaannya diharapkan dapat memanfaatkan limbah dari hasil samping industri untuk komponen industri konstruksi dan untuk
mengatasi kekurangan pasir alam yang tersedia. Berdasarkan ASTM C289-87 dilakukan tes kimia dan tes kereaktifan agregat didapat bahwa bubuk kaca masih
layak digunakan sebagai agregat walaupun memiliki sifat merugikan karena mengandung silika reaktif yang dapat bereaksi dengan alkali semen, sehingga
mengakibatkan terjadinya ekspansi beton Noor, 1995 dalam Wibowo, 2013. Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako adalah serbuk
kaca dari berbagai jenis botol minuman bekas yang termasuk pada golongan kaca soda gamping.
2.3 Pengujian Batako
Hasil produksi batako sebelum dipasarkan harus menjalani pengujian mutu yang meliputi :
2.3.1 Pengujian Ukuran dan Tampak Luar
Pengujian ukuran dilakukan untuk melihat dan mengamati apakah batako sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, karena apabila belum sesuai dapat
menpengaruhi nilai kekuatan pada bangunan. Sedangkan pengujian tampak luar dilakukan agar tidak mengurangi nilai jual. Apabila batako tampak dari segi fisik
sudah bagus, maka nilai jualnya akan baik. Sebaliknya, apabila secara fisik sudah tampak tidak kuat maka batako tersebut tidak akan laku dipasaran.
Untuk mengetahui ukuran benda rata-rata batako, dipakai 10 buah benda uji yang utuh. Sebagai alat pengukur dipakai mistar sorong yang dapat mengukur
teliti sampai 1 mm atau bisa juga digunakan alat ukur yang biasa dipakai dengan
Universitas Sumatera Utara
28
satuan cm. Setiap pengukuran panjang, lebar, tinggi atau tebal dinding batako berlubang, dilakukan paling sedikit tiga kali pada tempat yang berbeda-beda,
kemudian dihitung harga rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut. Harga pengukuran dari 10 buah benda uji, dilaporkan mengenai ukuran rata-rata serta
besar penyimpangan ukuran batako dari syarat mutu yang telah ditetapkan pada SNI 03 0349 1989.
Dalam pembuatan batako terdapat tiga macam ukuran yaitu seperti yang terdapat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4 Persyaratan Ukuran dan Toleransi PUBI hal. 28
Jenis batako Ukuran nominal ± toleransi mm
Panjang Lebar
Tebal Besar
400±3 200±3
100±2 Sedang
300±3 150±3
100±2 Kecil
200±3 100±2
80±2 Keterangan : Ukuran nominal = ukuran bata ditambah 10 mm tebal siar.
2.3.2 Pengujian Daya Serap
Persentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air disebut serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut
kadar air. Besar kecilnya penyerapan air sangat dipengaruhi pori atau rongga yang terdapat pada beton. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton maka
akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga pori yang terdapat pada beton terjadi karena kurang tepatnya kualitas
dan komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian
Universitas Sumatera Utara
29
menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton batako, persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 25
Untuk pengukuran penyerapan air batako, mengacu pada standar SNI 03- 0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:
2.2 Dimana:
Wa = Water Absorption
Mk = Massa benda kering gr
Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh gr
2.3.3 Pengujian Kuat Tekan