Definisi Operasional Kontribusi Sektor Transportasi terhadap PDRB Kota Medan

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Sb i = Simpangan baku dari variabel independen ke-i H ditolak H diterima H ditolak Gambar 3.1 Kurva Normal

7. Definisi Operasional

a. Pengeluaran pemerintah di sektor transportasi adalah realisasi pengeluaran pemerintah untuk pembangunan pada sektor transportasi yang dinyatakan dalam jutaan rupiah per tahun. b. Pertumbuhan sektor transportasi diukur dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB kota Medan pada lapangan usaha transportasi yang dinyatakan dalam jutaan rupiah per tahun. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 c. Selain itu juga, penulis melakukan penelitian khusus transportasi darat di kota medan, di mana: • Peran pemerintah yang berupa pengeluaran pemerintah diukur dari panjang jalan yang ditanggung Pemerintahan Kota PEMKO Medan, • Yang akan diteliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan sektor transportasi yang diukur dari jumlah kendaraan bermotor di kota Medan. d. Untuk penelitian Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor transportasi terhadap PDRB sektor transportasi menggunakan kurun waktu 20 tahun 1988 – 2007, dikarenakan kebijakan pemerintah dalam penyesuaian pembukuan realisasi pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sektor hanya berlaku dalam kurun waktu 1988 - 2003 maka tahun 2004 – 2007 dilakukan dengan prediksi. e. Sedangkan untuk penelitian khusus transportasi darat yaitu pengaruh panjang jalan yang ditanggung PEMKO Medan terhadap jumlah kendaraan di kota Medan menggunakan kurun waktu 20 tahun 1988 – 2007. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kota Medan 1.1 Kondisi Geografis Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota- kota negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain- lain. Di mana kota Medan terletak antara 2º.27 - 2º.47 Lintang Utara dan 98º.35 - 98º.44 Bujur Timur, yang berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

1.2 Kondisi iklim dan Topografi

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6ºC - 33,1ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,6ºC - 24,4ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,2ºC - 32,5ºC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78 - 82 . Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 msec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 211,67 mm.

1.3 Kondisi Demografi

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Tabel 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007 Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Luas Wilayah KM² Kepadatan Penduduk JiwaKM² [1] [2] [3] [4] [5] 2001 1.926.520 1,17 265,10 7.267 2002 1.963.882 1,94 265,10 7.408 2003 1.993.602 1,51 265,10 7.520 2004 2.006.142 0,63 265,10 7.567 2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681 2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798 2007 2.083.156 0,77 265,10 7.858 Sumber: BPS Kota Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 0,09 1,17 1,51 0,63 1,5 1,53 0,77 1,94 0,5 1 1,5 2 2,5 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P e rt u m b u h a n Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Melalui data tabel di atas diketahui, jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005 meningkat menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi 0,77 persen pada tahun 2007.

1.4 Kota Medan dalam Dimensi Sejarah

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan ekspor-impor sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga telah mendorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara. 2. Gambaran Perekonomian Kota Medan 2.1 Kondisi Perekonomian Kota Medan Sebagai Ibukota Sumatera Utara Struktur ekonomi daerah kotakabupaten di propinsi Sumatera Utara, umumnya didominasi oleh sektor primer, namun berbeda dengan kota Medan, di mana sektor primer memiliki pengaruh kecil bagi perekonomian kota Medan. Basis kegiatan ekonomi kota Medan berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 merupakan kontributor utama sektor tersier, masing-masing 25,44, 19,02 dan 14,13. Sedangkan untuk sektor sekunder, yaitu sektor industri menyumbang 16,28, listrik, gas dan air 1,88 dan bangunan 9,77. Demikian juga perkembangan sektor tersiernya tidak terlepas dari gerakan kegiatan ekonomi dari propinsi di sekitarnya yang menggunakan pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia sebagai jalur masuk dan keluar ekspor dan impor barang- barang. Berbagai indikator ekonomi memperlihatkan kota Medan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, baik dalam lingkup Sumatera Utara maupun Sumbagut Sumatera Bagian Utara. Hal ini menunjukkan kota Medan memegang peranan penting dalam mendorong perkembangan ekonomi regional bahkan secara nasional. Dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Sumatra Utara, kota Medan menyumbang tidak kurang Rp. 29,35 Triliun 29,4 dari total nilai produksi barang dan jasa yang ada pada tahun 2007. Kota Medan juga berfungsi sebagai pintu gerbang ekspor dan impor Sumatera Utara. 80 komoditi ekspor dan impor Sumatera Utara melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Bandara Polonia Medan. Perkembangan industri Pariwisata bagi daerah lainnya, khususnya Parapat dan Brastagi juga tidak terlepas dari dukungan kota Medan sebagai pintu masuk, dan daerah transit. Keberadaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan di kota Medan yang relatif baik seperti perhotelanrestoran, hiburan, transportasi, komunikasi, turut mendorong perkembangan pariwisata daerah lainnya. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Peran regional ekonomi kota Medan, juga ditunjang oleh adanya kerja sama kota Medan dengan beberapa kota di Asia, seperti dengan kota Penang di Malaysia, Ichikawa di Jepang, dan Gwangju di Korea. Kerja sama yang diberi nama Kota Bersaudara ini meliputi bidang kebudayaan, pariwisata, ekonomi, perdagangan dan olahraga. Dalam konteks kerja sama IMT-GT Indonesia Malaysia, Thailand Growth Triangle kota Medan juga berperan aktif di berbagai bidang kerja sama yang diselenggarakan. Adanya kerja sama antar kota tersebut telah mampu meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa baik dari dan ke masing-masing negara kota yang ada. Tabel 4.2 Gambaran Perekonomian Kota Medan 2005 – 2007 No. INDIKATOR TAHUN 2005 2006 2007 [1] [2] [3] [4] [5] 1 PDRB ADH berlaku Milyar Rp 42.792,45 48.849,95 55.455,58 2 PDRB ADH konstan Milyar Rp 25.257,42 27.234,45 29.352,92 3 PDRB Perkapita ADHB Jutaan Rp 20,91 26,63 26,62 4 PDRB Perkapita ADHK Jutaan Rp 12,35 13,17 14,09 Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 5 Pertumbuhan Ekonomi Persen 6,98 7,76 7,78 6 Inflasi Persen 22,91 5,97 3,78 7 Eksport FOB Milyar US 3,86 4,52 5,50 8 Impor CIF Milyar US 1,00 1,77 1,50 9 Surplus Perdagangan Milyar US 2,86 3,35 4,10 10 Investasi Milyar Rp 9.867,31 8.177,63 9.049,71 Sumber: www.pemkomedan.go.id Dari gambaran di atas dapat kita lihat PDRB perkapita mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Hal ini terlihat baik pada PDRB perkapita atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini juga berlaku pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,98. Kemudian naik pada tahun selanjutnya sebesar 7,76, dan kembali meningkat pada tahun 2007 sebesar 7,78. Hal ini menandakan perekonomian kota medan membaik tiap tahunnya. Selain itu, kita juga dapat melihat tingkat inflasi yang menurun dari tahun 2005-2007. Terutama pada tahun 2005, di mana tingkat inflasi mencapai 22,91. Tingkat inflasi yang tinggi ini mungkin disebabkan oleh dampak bencana alam Tsunami yang terjadi di akhir Desember tahun 2004 yang terjadi di Aceh dan Nias yang berdampak pada menurunnya pasokan komoditi-komoditi dari Aceh akibat Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 lumpuhnya perekonomian di Aceh dan beban sosial yang berefek pada masyarakat kota Medan. Dan terjadinya kenaikan harga BBM pada tahun 2005 yang berdampak pada tingkat harga barang dan jasa yang ikut melonjak juga. Namun pada tahun 2006 dan tahun 2007, inflasi mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 5,97 pada tahun 2006 dan 3,78 pada tahun 2007. Bila dilihat dari perdagangan internasional, ekspor kota Medan mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini juga dibarengi dengan tingkat impor yang tidak menunjukkan peningkatan yang tinggi. Atau dengan kata lain tidak melebihi peningkatan ekspor. Sehingga dapat kita lihat dari surplus perdagangan kota Medan yang mengalami peningkatan tiap tahunnya.

2.2 Perkembangan PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha

Seperti yang dapat kita lihat sebelumnya di tabel 4.2, PDRB kota Medan mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan kota Medan tiap tahunnya selalu meningkat. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 20819,429 22017,76 23623,14 25272,42 27234,45 29352,92 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P DRB Gambar 4.2 Perkembangan PDRB kota Medan Atas Harga Konstan dalam Milyar Rupiah Dilihat dari kontribusinya, lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 25,44 pada tahun 2007. Sedangkan sektor kedua adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,02. Sektor ketiga adalah sektor Industri yang menyumbang sebesar 16,28. Hal ini menunjukkan ketiga sektor tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kontribusinya PDRB kota Medan. Kita dapat melihat besarnya kontribusi tiap-tiap sektor lapangan usaha mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, baik atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan dari tabel di bawah ini. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.3 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku 2005-2007 dalam Jutaan Rupiah No. Lapangan Usaha TAHUN 2005 2006 2007 [1] [2] [3] [4] [5] 1 Pertanian 1.306.921,44 1.427.430,11 1.580.644,71 2 Penggalian 2.596,57 3.283,61 3.089,43 3 Industri Pengolahan 7.094.919,38 7.960.595,91 9.029.327,78 4 Listrik, Gas dan Air Minum 917.530,98 1.102.658,52 1.040.734,65 5 Bangunan 3.502.798,64 4.795.785,16 5.420.082,16 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11.271.818,27 12.692.841,73 14.106.440,58 7 Pengangkutan dan Komunikasi 7.979.778,29 9.164.618,54 10.548.090,28 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 6.063.875,99 6.550.498,59 7.833.875,96 9 Jasa-jasa 4.652.210,64 5.152.234,71 5.893.299,08 PDRB 42.792.450,19 48.849.946,89 55.455.584,62 Sumber: BPS Sumatera Utara Tabel 4.4 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2005-2007 dalam Jutaan Rupiah No. Lapangan Usaha TAHUN Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 2005 2006 2007 [1] [2] [3] [4] [5] 1 Pertanian 670.580,00 675.088,47 707.705,64 2 Penggalian 775,55 730,80 655,56 3 Industri Pengolahan 3.842.146,29 4.095.426,84 4.344.558,30 4 Listrik, Gas dan Air Minum 413.360,40 435.638,97 423.392,62 5 Bangunan 2.712.629,71 3.011.370,27 3.205.063,07 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.850.435,34 7.271.814,08 7.703.590,39 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.637.201,51 5.255.762,61 5.813.393,38 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 3.507.537,27 3.685.672,29 4.158.053,58 9 Jasa-jasa 2.637.749,44 2.804.949,69 2.996.511,16 PDRB 25.272.416,52 27.234.454,02 29.352.923,70 Sumber: BPS Sumatera Utara 3. Pengeluaran Pemerintah 3.1 Pendataan Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Pengeluaran daerah terdiri dari dua jenis, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, dan belanja lain-lain, angsuran pinjaman hutang dan bunga, ganjaransubsidisumbangan kepada daerah, pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak tersangka. Sementara pengeluaran pembangunan terdiri dari 1 sektor industri, 2 sektor pertanian dan kehutanan, 3 sektor sumber daya air dan irigasi, 4 sektor tenaga kerja, 5 sektor perdagangan, pengembangan usaha daerah, keuangan daerah dan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 koperasi, 6 sektor transportasi, 7 sektor pertambangan dan energi, 8 sektor pariwisata dan telekomunikasi daerah, 9 sektor pembangunan daerah dan pemukiman, 10 sektor lingkungan hidup dan tata ruang, 11 sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olahraga, 12 sektor kependudukan dan keluarga sejahtera, 13 sektor kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita, anak dan remaja, 14 sektor perumahan dan pemukiman, 15 sektor agama, 16 sektor ilmu pengetahuan dan teknologi, 17 sektor hukum, 18 sektor aparatur pemerintah dan pengawasan, 19 sektor politik, penerangan, komunikasi media massa, 20 sektor keamanan dan ketertiban umum. Namun pada tahun 2003 hingga sekarang, pendataan pengeluaran pemerintah tidak lagi dibagi atas dasar pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Namun dibagi atas belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, belanja tidak disangka, dan lain-lain. Pengeluaran pembangunan telah dibagi atau dimasukkan dalam belanja tiap dinas sesuai dengan sektornya.

3.2 Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi

Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sektor transportasi tertuju pada penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan dan jembatan, pelayanan publik terminal, pelayanan trafficrambu-rambu, pembangunan rel, pelayanan publik stasiun, pelayanan publik pelabuhan, pelayanan publik bandara Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 dan lain-lain. Tidak hanya dalam bentuk pembangunan, namun juga dalam bentuk perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana tersebut. Tabel 4.5 Realisasi Belanja Pembangunan Sektor Transportasi 1988-2003 dalam jutaan rupiah Tahun Pengeluaran Pemerintah Peningkatan 1988 6.473,937 - 1989 6.751,735 4,29 1990 11.036,415 63,46 1991 20.953,757 89,86 1992 21.422,361 2,24 1993 22.024,748 2,81 1994 19.356,253 -12,12 1995 21.825,941 12,76 1996 23.597,712 8,12 1997 25.581,637 8,41 1998 21.128,843 -17,41 1999 28.110,534 33,04 2000 27.917,458 -0,69 2001 42.923,845 53,75 2002 25.000,298 -41,76 2003 42.826,274 71,30 Sumber: BPS Kota Medan Dari tabel di atas kita dapat melihat besaran pengeluaran pemerintah dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2003. Terlihat tiap tahunnya terjadi peningkatan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 pengeluaran pemerintah, meskipun seperti tahun 1994, 1997, 2000, dan 2003 terjadi penurunan pengeluaran pemerintah. Hal ini menunjukkan pemerintah terus berupaya melakukan pembangunan pada sektor transportasi. 4. Perkembangan Transportasi di Kota Medan 4.1 Transportasi Darat Transportasi darat yang menyangkut angkutan motor dan jalan raya serta kereta api di kota Medan berkembang pesat. Yang dimaksud dengan angkutan motor dan jalan raya adalah pengangkutan yang menggunakan kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor di jalan raya. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan yang berjalan di atas jalan raya. Tabel 4.6 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004-2007 Tahun Mobil Penumpang Mobil Gerobak Bus Sepeda Motor Total 2004 149.302 104.776 12.108 756.569 1.022.755 2005 164.314 112.001 12.406 883.406 1.172.128 2006 175.198 116.184 12.619 985.745 1.289.746 2007 189.157 120.328 12.751 1.103.707 1.425.943 Sumber: BPS Kota Medan Kendaraan bermotor yang mendominasi di kota Medan adalah sepeda motor. Hal ini ditunjukkan dari besarnya jumlah sepeda motor di kota Medan. Masyarakat Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 lebih memilih menggunakan kendaraan sepeda motor dikarenakan harga kendaraan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat kelas menengah bawah, hemat bahan bakar, dan ongkos pemeliharaan yang rendah dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Tabel 4.7 Perkembangan Kendaraan bermotor di Kota Medan 1988-2007 Tahun Jumlah Kendaraan Pertumbuhan 1988 338.867 1989 357.062 5,37 1990 360.610 0,99 1991 416.034 15,37 1992 445.705 7,13 1993 469.151 5,26 1994 479.806 2,27 1995 413.460 -13,83 1996 556.032 34,48 1997 603.138 8,47 1998 613.726 1,76 1999 627.669 2,27 2000 663.322 5,68 2001 792.531 19,48 2002 792.531 2003 906.918 14,43 2004 1.022.755 12,77 2005 1.176.128 15,00 2006 1.289.746 9,66 2007 1.425.943 10,56 Sumber: BPS Kota Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 4.3 Laju Pertumbuhan Kendaraan Bermotor 1989-2007 Terlihat pada tabel 4.7 bagaimana perkembangan kendaraan bermotor di kota Medan dari tahun 1989-2007, terjadi peningkatan kendaraan yang cukup tinggi. Mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor di atas 10. Hal ini menunjukkan perkembangan kendaraan bermotor cukup pesat. Namun perkembangan kendaraan bermotor tidak dapat terpenuhi dengan perkembangan prasarana transportasi tersebut, yaitu jalan raya. Panjang jalan di kota Medan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 tidak mengalami perubahan yaitu 3.078,94 km. Perbandingan antara jumlah kendaraan dan panjang jalan yaitu 463 5,37 0,99 15,37 7,13 5,26 2,27 -13,83 34,48 8,47 1,76 2,27 5,68 19,48 0,00 14,43 12,77 15,00 9,66 10,56 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 kendaraan tiap kilometernya pada tahun 2007. Kepadatan ini yang tiap tahun makin meningkat dapat mengakibatkan permasalahan transportasi, yaitu kemacetan, resiko kecelakaan lalu lintas, polusi udara dan polusi bunyi. Namun dapat kita ketahui perkembangan jalan di kota Medan hanya dapat sebatas perbaikan dan pelebaran jalan. Karena lokasi pembangunan dan tata kota yang sudah penuh akibat tidak adanya lagi wilayah atau area kosong. Selain kendaraan bermotor, sarana transportasi darat lainnya adalah kereta api. Sarana transportasi kereta api menjadi sarana perhubungan antar kotakabupaten. Di kota Medan terdapat satu stasiun kereta api yang terletak dekat balai kota. Tabel 4.8 Jumlah Penumpang dan Barang Yang Diangkut Kereta Api melalui Stasiun Medan 2004-2007 Tahun Penumpang orang Barang ton 2004 796.901 230.485 2005 796.901 208.718 2006 1.901.331 752.755 2007 1.766.578 915.759 Sumber: BPS Kota Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.9 Kiriman Barang Yang Diangkut Kereta Api Melalui Stasiun Medan 2004-2007 dalam ton Jenis Barang Tahun 2004 2005 2006 2007 Minyak Sawit 180.973 181.147 158.415 591.769 Karet - - 532.414 13.224 BBM 45.553 25.358 25.515 181.822 Pupuk - - - 18.945 BHP - - - 5.430 Lainnya 3.959 2.213 36.411 92.366 Total 230.485 208.718 752.755 915.759 Sumber: BPS Kota Medan Penggunaan jasa kereta api mengalami peningkatan tiap tahunnya, terlihat pada tabel 4.8 jumlah penumpang terutama pada tahun 2005 ke tahun 2006 yang meningkat mencapai 138 dari 796.901 penumpang menjadi 1.901.331 penumpang. Begitu juga pada jumlah barang yang dikirim melalui stasiun kereta api Medan pada tahun 2005 ke tahun 2006 meningkat mencapai 261 dari 208.718 ton menjadi 752.755 ton.

4.2 Transportasi laut

Perkembangan transportasi laut di kota Medan tidak terlalu menonjol, bahkan terlihat menurun. Penggunaan jasa transportasi laut mengalami penurunan tiap tahunnya, dilihat dari jumlah penumpang dan bongkar muat barang yang menurun. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Hanya bongkar muat untuk perdagangan internasional ekspor impor yang masih menunjukkan peningkatan. Untuk lebih jelas dapat kita lihat dari tabel di bawah. Tabel 4.10 Jumlah Penumpang NaikTurun Melalui Pelabuhan Belawan 2004-2007 Tahun Internasional Domestik Naik Turun Naik Turun 2004 71.208 69.467 83.763 76.817 2005 54.208 46.329 86.025 75.586 2006 29.721 28.368 72.757 72.123 2007 31.894 29.298 60.068 67.343 Sumber: BPS Kota Medan Tabel 4.11 Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Belawan 2004-2007 dalam ton Tahun Bongkar Muat Impor Antar Pulau Ekspor Antar Pulau 2004 1.331.878 6.791.896 4.486.128 626.855 2005 2.152.679 7.250.491 4.250.577 840.095 2006 2.191.452 6.680.041 4.505.600 1.191.452 2007 2.348.842 6.526.424 3.814.954 750.807 Sumber: BPS Kota Medan Dari tahun 2004 sampai tahun 2007, jumlah penumpang di pelabuhan Belawan terus mengalami penurunan tiap tahunnya, baik penumpang domestik maupun penumpang Internasional. Penurunan terbesar terjadi pada penumpang Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 internasional yang berangkat naik maupun tiba turun dari pelabuhan Belawan mencapai 20 tiap tahunnya. Hal ini disebabkan turunnya harga tiket transportasi udara yang mengakibatkan beralihnya pengguna jasa transportasi laut ke transportasi udara. Selain harga tiket yang turun, waktu yang lebih pendek yang ditawarkan oleh jasa transportasi udara untuk sampai ke tempat tujuan menjadi pertimbangan bagi pengguna jasa. Tentu hal ini dapat merugikan pelayanan jasa transportasi laut. Besarnya bongkar barang di pelabuhan Belawan menunjukkan besarnya barang yang masuk ke kota Medan. Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi Sumatera Utara akan barang luar wilayah Sumatera Utara cukup besar. Karena pelabuhan Belawan sebagai pusat pelabuhan Sumatera Utara. Namun, bila dibandingkan dengan muat barang di Pelabuhan Belawan, ternyata produksi barang yang dihasilkan Sumatera Utara untuk wilayah luar Sumatera Utara lebih rendah dibandingkan barang yang masuk ke Sumatera Utara, ceteris paribus. Namun, bila dilihat dari perbandingan tingkat ekspor dan impor dari bongkar muat barang di pelabuhan Belawan, ternyata ekspor lebih besar hingga dua kali lipat dibanding impor. Sedangkan barang bongkar dari antar pulau lebih besar hingga enam kali lipat dibanding barang muat untuk antar pulau. Hal ini dapat kita tarik kesimpulan, produksi barang-barang dari industri-industri di Sumatera Utara lebih ditujukan untuk barang-barang ekspor, ceteris paribus. Khususnya barang-barang yang akan dikonsumsi untuk wilayah luar Sumatera Utara. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

4.3 Transportasi Udara

Transportasi udara tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi pesawat terbang. Jasa penerbangan menunjukkan kelebihan dari jasa transportasi lainnya dalam kecepatan dan keluwesan penggunanya. Pesawat udara dapat mengatasi hambatan alam, kecuali cuaca dan bisa mencapai lokasi yang tidak dapat ditembus oleh kendaraan bermotorkereta api asalkan memiliki landasan tempat pesawat melakukan landing. Bandara Polonia yang merupakan bandara yang terletak di Kota Medan, bukan hanya menjadi prasarana transportasi udara untuk kota Medan tetapi juga untuk Sumatera Utara. Bandara Polonia merupakan Bandara Internasional dengan luas lahan 144 Hektar, landasan pacu sepanjang 2.900 x 45 m, luas terminal domestik 7.526 m2 dan terminal internasional 5.570 m2. Pada tahun 2004 jumlah penerbangan domestik baru mencapai 35.906 penerbangan lebih dengan jumlah penumpang sebanyak 3,0 juta lebih penumpang. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 46.034. penerbangan dengan jumlah penumpang menjadi 3,1 juta lebih penumpang. Mengingat frekuensi penerbangan dan jumlah penumpang yang terus mengalami peningkatan serta letak Bandara yang dekat dengan permukiman penduduk dan berada di tengah kota Medan, maka telah direncanakan pembangunan Bandara Kuala Namu yang berjarak sekitar 25 km dari Kota Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.12 Jumlah Penerbangan Internasional dan Domestik Melalui Bandara Polonia 2004-2007 Tahun Internasional Domestik Datang Berangkat Datang Berangkat 2004 4.139 4.127 17.973 17.933 2005 4.821 4.808 23.041 22.993 2006 4.420 4.425 20.875 20.874 2007 4.170 4.162 22.899 22.926 Sumber: BPS Kota Medan

5. Kontribusi Sektor Transportasi terhadap PDRB Kota Medan

Tabel 4.13 Kontribusi Sektor Transportasi Terhadap PDRB kota Medan 2001-2007 Tahun PDRB Kota Medan dalam jutaan Rupiah PDRB Sektor Transportasi dalam jutaan Rupiah Pertumbuhan Sektor Transportasi Kontribusi 2001 2.860.509,02 22.187.958,65 - 12,89 2002 3.682.089,50 25.222.514,30 28,72 14,60 2003 4.185.406,99 28.670.902,72 13,67 14,60 2004 4.856.690,66 33.115.347,06 16,04 14,67 2005 6.765.053,57 42.792.450,19 39,29 15,81 2006 7.816.460,47 48.849.946,89 15,54 16,00 2007 8.934.036,94 55.455.584,62 14,30 16,11 Sumber: BPS Kota Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Dapat kita lihat besarnya kontribusi sektor transportasi terhadap PDRB di kota Medan selalu di atas 10, hal ini menandakan cukup berpengaruhnya kontribusi sektor transportasi terhadap PDRB. Kita juga dapat melihat dari tabel 4.13 bahwa kontribusi sektor transportasi meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2004 kontribusinya sebesar 12,89, dan pada tahun 2007 telah meningkat mencapai 16,11. Hal ini menandakan tiap tahunnya kontribusi sektor transportasi selalu meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara yang menjadi titik penghubung antara Sumatera Utara dengan propinsi lainnya, hal ini diperkuat dengan transportasi laut dan udara utama yang ada di kota Medan Pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia. Selain itu, kota Medan juga sebagai salah satu pintu gerbang internasional Indonesia, yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara Malaysia, Singapura, Thailand. Sehingga sektor transportasi sangat penting dikembangkan, karena sangat berpengaruh kontribusi terhadap PDRB di kota Medan dan juga berpengaruh terhadap sektor-sektor lainnya industri, perdagangan, pariwisata, dan lain-lain.

6. Interpretasi Model Untuk dapat melihat pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan