Kota Medan dalam Dimensi Sejarah

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 0,09 1,17 1,51 0,63 1,5 1,53 0,77 1,94 0,5 1 1,5 2 2,5 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P e rt u m b u h a n Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Melalui data tabel di atas diketahui, jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005 meningkat menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi 0,77 persen pada tahun 2007.

1.4 Kota Medan dalam Dimensi Sejarah

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan ekspor-impor sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga telah mendorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara. 2. Gambaran Perekonomian Kota Medan 2.1 Kondisi Perekonomian Kota Medan Sebagai Ibukota Sumatera Utara Struktur ekonomi daerah kotakabupaten di propinsi Sumatera Utara, umumnya didominasi oleh sektor primer, namun berbeda dengan kota Medan, di mana sektor primer memiliki pengaruh kecil bagi perekonomian kota Medan. Basis kegiatan ekonomi kota Medan berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 merupakan kontributor utama sektor tersier, masing-masing 25,44, 19,02 dan 14,13. Sedangkan untuk sektor sekunder, yaitu sektor industri menyumbang 16,28, listrik, gas dan air 1,88 dan bangunan 9,77. Demikian juga perkembangan sektor tersiernya tidak terlepas dari gerakan kegiatan ekonomi dari propinsi di sekitarnya yang menggunakan pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia sebagai jalur masuk dan keluar ekspor dan impor barang- barang. Berbagai indikator ekonomi memperlihatkan kota Medan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, baik dalam lingkup Sumatera Utara maupun Sumbagut Sumatera Bagian Utara. Hal ini menunjukkan kota Medan memegang peranan penting dalam mendorong perkembangan ekonomi regional bahkan secara nasional. Dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Sumatra Utara, kota Medan menyumbang tidak kurang Rp. 29,35 Triliun 29,4 dari total nilai produksi barang dan jasa yang ada pada tahun 2007. Kota Medan juga berfungsi sebagai pintu gerbang ekspor dan impor Sumatera Utara. 80 komoditi ekspor dan impor Sumatera Utara melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Bandara Polonia Medan. Perkembangan industri Pariwisata bagi daerah lainnya, khususnya Parapat dan Brastagi juga tidak terlepas dari dukungan kota Medan sebagai pintu masuk, dan daerah transit. Keberadaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan di kota Medan yang relatif baik seperti perhotelanrestoran, hiburan, transportasi, komunikasi, turut mendorong perkembangan pariwisata daerah lainnya. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Peran regional ekonomi kota Medan, juga ditunjang oleh adanya kerja sama kota Medan dengan beberapa kota di Asia, seperti dengan kota Penang di Malaysia, Ichikawa di Jepang, dan Gwangju di Korea. Kerja sama yang diberi nama Kota Bersaudara ini meliputi bidang kebudayaan, pariwisata, ekonomi, perdagangan dan olahraga. Dalam konteks kerja sama IMT-GT Indonesia Malaysia, Thailand Growth Triangle kota Medan juga berperan aktif di berbagai bidang kerja sama yang diselenggarakan. Adanya kerja sama antar kota tersebut telah mampu meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa baik dari dan ke masing-masing negara kota yang ada. Tabel 4.2 Gambaran Perekonomian Kota Medan 2005 – 2007 No. INDIKATOR TAHUN 2005 2006 2007 [1] [2] [3] [4] [5] 1 PDRB ADH berlaku Milyar Rp 42.792,45 48.849,95 55.455,58 2 PDRB ADH konstan Milyar Rp 25.257,42 27.234,45 29.352,92 3 PDRB Perkapita ADHB Jutaan Rp 20,91 26,63 26,62 4 PDRB Perkapita ADHK Jutaan Rp 12,35 13,17 14,09 Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 5 Pertumbuhan Ekonomi Persen 6,98 7,76 7,78 6 Inflasi Persen 22,91 5,97 3,78 7 Eksport FOB Milyar US 3,86 4,52 5,50 8 Impor CIF Milyar US 1,00 1,77 1,50 9 Surplus Perdagangan Milyar US 2,86 3,35 4,10 10 Investasi Milyar Rp 9.867,31 8.177,63 9.049,71 Sumber: www.pemkomedan.go.id Dari gambaran di atas dapat kita lihat PDRB perkapita mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Hal ini terlihat baik pada PDRB perkapita atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini juga berlaku pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,98. Kemudian naik pada tahun selanjutnya sebesar 7,76, dan kembali meningkat pada tahun 2007 sebesar 7,78. Hal ini menandakan perekonomian kota medan membaik tiap tahunnya. Selain itu, kita juga dapat melihat tingkat inflasi yang menurun dari tahun 2005-2007. Terutama pada tahun 2005, di mana tingkat inflasi mencapai 22,91. Tingkat inflasi yang tinggi ini mungkin disebabkan oleh dampak bencana alam Tsunami yang terjadi di akhir Desember tahun 2004 yang terjadi di Aceh dan Nias yang berdampak pada menurunnya pasokan komoditi-komoditi dari Aceh akibat Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 lumpuhnya perekonomian di Aceh dan beban sosial yang berefek pada masyarakat kota Medan. Dan terjadinya kenaikan harga BBM pada tahun 2005 yang berdampak pada tingkat harga barang dan jasa yang ikut melonjak juga. Namun pada tahun 2006 dan tahun 2007, inflasi mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 5,97 pada tahun 2006 dan 3,78 pada tahun 2007. Bila dilihat dari perdagangan internasional, ekspor kota Medan mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini juga dibarengi dengan tingkat impor yang tidak menunjukkan peningkatan yang tinggi. Atau dengan kata lain tidak melebihi peningkatan ekspor. Sehingga dapat kita lihat dari surplus perdagangan kota Medan yang mengalami peningkatan tiap tahunnya.

2.2 Perkembangan PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha