Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dihadapi oleh kota besar di Indonesia sama yakni kemacetan, kesemrawutan, kecelakaan lalu lintas dan pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan.
Permasalahan transportasi timbul sebagai akibat tidak sinkronnya mekanisme dan penataan elemen-elemen yang menunjang sistem transportasi kota dan antar kota.
Kondisi elemen-elemen tersebut di Indonesia secara umum sebagai berikut:
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan berkaitan dengan penetapan tata ruang, penyusunan dan penetapan kebijakan tata ruang kota dan penyangga. Penataan berbagai
pusat kegiatan, pemukiman dan kepentingan masyarakat kota secara tepat dan baik, akan membantu mempermudah perencanaan dan pengaturan transportasi
perkotaan secara baik. Konsistensi terhadap ketentuan tata ruang yang telah ditetapkan secara
baik tersebut perlu dijaga dan ditegakkan, karena setiap perubahan tata ruang secara tidak terencana dengan baik, akan mengakibatkan rusaknya sistem
perencanaan dan pengaturan transportasi yang pada gilirannya dapat menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks. Oleh karena itu,
penyusunan tata ruang suatu wilayah perkotaan hendaknya mengikutsertakan seluruh pihak terkait, baik sektor swasta, masyarakat maupun pemerintah.
Dengan demikian diharapkan tercipta suatu tata ruang yang benar-benar memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat perkotaan.
b. Penyebaran Pusat Kegiatan
Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Penyebaran pusat kegiatan ke berbagai lokasi di wilayah perkotaan dapat membantu menghindarkan terjadinya pemusatan beban jalan pada suatu
jaringan jalan kota. Namun demikian penyebaran pusat kegiatan hendaknya disesuaikan dengan pola tata ruang yang telah ditetapkan.
Penyebaran pusat kegiatan akan dapat mendorong menurunnya panjang perjalanan harian rata-rata perkapita, sehingga kebutuhan penyediaan
jasa transportasi akan menurun pula. Penyebaran pusat kegiatan juga memungkinkan terjadinya beban jalan yang relatif merata pada seluruh
jaringan jalan yang ada, sehingga dalam perkembangannya dapat dikaitkan dengan rencana pengembangan sistem jaringan transportasi kota.
c. Interaksi Antara Tata Guna Lahan dan Sistem Transportasi
Prakiraan pola dan intensitas lalu lintas akibat dari perubahan tata guna lahan belum terjawab secara optimal, karena perubahan struktur tata
guna lahan belum menjelaskan akibat perubahan prasarana transportasi dan sebaliknya. Banyak teori yang menjelaskan hubungan antara pola dan
intensitas pergerakan dengan karakteristik, pola dan intensitas tata guna lahan. Teori yang umum digunakan adalah four step model yakni: bangkitan
perjalanan, distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan. Beberapa rumusan yang menggambarkan hubungan antara tingkat
aksesibilitas dengan karakteristik, pola dan intensitas tata guna lahan, namun sebagaimana diketahui hasilnya masih belum memuaskan. Hubungan antara
Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
tata guna lahan dengan transportasi sangat rumit, bahwa pola dan intensitas tata guna lahan mempengaruhi dan menentukan pola dan intensitas
pergerakan, yang pada gilirannya pergerakan akan menggunakan prasarana transportasi. Kemudahan dalam mendapatkan alat transportasi tingkat
aksesibilitas berbeda untuk daerah satu dengan daerah yang lain, sehingga adakalanya daerah tertentu mudah dijangkau dan daerah lain sulit dijangkau.
Tingkat aksesibilitas ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan daerah perubahan pola dan intensitas tata guna lahan.
Hubungan antara tata guna lahan dan transportasi yaitu: perubahan pola dan intensitas tata guna lahan akan membangkitkan perjalanan di
samping perjalanan lainnya sebagai akibat dari berubahnya moda atau rute perjalanan. Pembangunan suatu kawasan akan menarik orang untuk tinggal di
sekitarnya, yang akhirnya akan dibangun dan memilih lokasi di sekitar daerah tersebut dengan pertimbangan tersedianya sumber daya manusia yang
memadai sehingga akibat berikutnya adalah semakin tingginya perjalanan yang dibangkitkan dan akan berakibat pula pada perubahan land value.
Perubahan prasarana dan sarana transportasi sebagai efek dari perubahan pola dan intensitas tata guna lahan, dapat dijelaskan secara ringkas
sebagai berikut: 1
Perubahan modal dan perubahan rute perjalanan
Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2 Perubahan lokasi tempat tinggal, bekerja, belanja, sehingga akan
menyebabkan perubahan distribusi perjalanan. Terbangunnya tempat pemukiman baru, perkantoran baru dan pusat
kegiatan lain yang sifatnya baru fenomena urban sprawel, berarti membawa dampak pada terbukanya kesempatan kerja.
3. Pengeluaran Pemerintah
3.1 Dasar Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 3.1.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi
yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi
besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,
namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang
semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih