Transportasi sebagai sistem Permasalahan Transportasi Tata Guna Lahan

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 transportasi hingga sampai pada pemberian pelayanan yang baik terhadap pengguna jasa transportasi.

2.8 Transportasi sebagai sistem

Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatanrekayasa. Sistem transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkordinasikan proses pergerakan penumpang dan barang dengan mengatur komponen-komponennya dimana prasarana merupakan media untuk transportasi, sedangkan sarana merupakan alat yang digunakan dalam proses transportasi. Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 2.1 Sistem kebutuhan teknologi transportasi William, 1977 2.9 Tarif Angkutan yang Berlaku di Indonesia 2.9.1 Tarif Angkutan Darat Tarif angkutan darat dibedakan atas tari angkutan dalam kota dan tarif angkutan antar kota. Tarif angkutan dalam kota antara lain adalah tarif bis kota yang Tingkat kebutuhan Kualitas Pelayanan keselamatan, keandalan, dan lain-lain Tingkat Pelayanan kapasitas, kecepatan, biaya, dll Terminal Sistem Pengendalian Jalur Pergerakan Tenaga Penggerak Kendaraan a. Awal Akhir b. Transfer c. Pemeliharaan d. Bongkar muat a. Energi b. Daya tarikdorong c. Transmisi a. Penjadwalan b. Perambuan c. Sinyal d. Komunikasi Beban muatan Perancangan Teknis Tahanan Gerak Perancangan Lokasi a. Tanjakan b. Gesekan c. Goncangan a. Daya Angkut b. Daya Dukung Jalur a. Geometrik b. Struktur c. Drainase a. Tata Guna Lahan b. Pola Perjalanan c. Kondisi Medan Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 beroperasi di beberapa kota di Indonesia. Tarif angkutan antar kota terdiri dari tarif angkutan penumpang antar kota dan tarif angkutan barang.

2.9.2 Tarif Angkutan Kereta Api

Tingkat tarif kereta api yang berlaku sekarang didasarkan atas perhitungan biaya variabel jangka panjang long run variable costLVRC oleh Perum Kereta Api. Walaupun tingkat tarif angkutan yang ditetapkan umumnya berada di atas LRVC, tetapi tarif beberapa jenis barang lebih rendah dari LRVC, khususnya untuk barang- barang kebutuhan pokok.

2.9.3 Tarif Angkutan Laut

Tarif angkutan laut berlaku untuk pengiriman barang di Indonesia, meliputi tarif yang terdiri dari: a. Tarif Pelayaran Nusantara Tarif uang tambang yang dibayar oleh pemilik barang kepada perusahaan pelayaran atas jasa yang diberikan untuk melakukan pengangkutan barang melalui laut dikenal dengan nama Tarif Uang Tambang Nusantara. Tarif angkutan laut ini ditetapkan berdasarkan komponen biaya, yaitu 1 biaya pelayaran yang dinyatakan dalam biaya rupiah per ton mile pelayaran kapal, 2 biaya kapal di pelabuhan yang dihitung menurut besarnya Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 biaya pengeluaran kapal di pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar muat dan 3 golongan barang. b. Tarif OPPOPT Ongkos Pelabuhan PemuatanOngkos Pelabuhan Tujuan Merupakan balas jasa untuk pekerjaan “board stevedoring”, “cargodoring”, “receivingdelivery” di pelabuhan pemuatan dan di pelabuhan tujuan. 1 Tarif “board stevedoring” dikenakan atas jasa pekerjaan membongkar muatan dari dek kapal ke dermaga dan sebaliknya. 2 Tarif “cargodoring” dikenakan atas jasa mengeluarkan muatan dari jaringan di atas dermaga, mengangkat ke gudang dan menyusun di dalam gudang dan sebaliknya. 3 Tarif “receivingdelivery” dikenakan atas pekerjaan mengambil muatan dari gudang tempat penumpukan dan menyerahkan sampai ke atas kendaraan yang merapat di gudang darat dan sebaliknya. Tinggi tarif tergantung pada golongan dan jenis barang.

2.9.4 Tarif Angkutan Udara

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Tarif angkatan udara dalam negeri di Indonesia terdiri dari tarif angkutan udara komersial berjadwal, tarif angkutan udara perintis, dan tarif angkutan penerbangan lainnya. Tarif angkutan udara komersial berlaku untuk seluruh penerbangan domestik dan tarif angkutan udara perintis berlaku bagi penerbangan perintis. Tarif jasa angkutan penerbangan lainnya diatur melalui perjanjian. Tarif angkutan udara terdiri dari tarif penumpang dan tarif barang. Tarif udara komersial dibedakan antara tarif PT Garuda Indonesia dan tarif penerbangan berjadwal lainnya. Tarif angkutan udara dibedakan menurut wilayah, perbedaan ini didasarkan atas kepadatan penumpang dan frekuensi penerbangan pada jalur-jalur tersebut. Tarif angkutan perintis lebih tinggi daripada tarif angkutan komersial berjadwal. Penerbangan perintis dioperasikan pesawat udara kecil yang biaya operasinya lebih tinggi daripada pesawat yang beroperasi pada jalur komersial.

2.10 Permasalahan Transportasi

Masalah transportasi di wilayah perkotaan cenderung berkembang menjadi masalah yang memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih bersungguh- sungguh agar dampak negatif yang timbul dapat dibatasi pada ambang batas toleransi. Di Indonesia transportasi dengan menggunakan moda jalan raya masih dominan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Oleh karena itu, masalah yang Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 dihadapi oleh kota besar di Indonesia sama yakni kemacetan, kesemrawutan, kecelakaan lalu lintas dan pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan. Permasalahan transportasi timbul sebagai akibat tidak sinkronnya mekanisme dan penataan elemen-elemen yang menunjang sistem transportasi kota dan antar kota. Kondisi elemen-elemen tersebut di Indonesia secara umum sebagai berikut:

a. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan berkaitan dengan penetapan tata ruang, penyusunan dan penetapan kebijakan tata ruang kota dan penyangga. Penataan berbagai pusat kegiatan, pemukiman dan kepentingan masyarakat kota secara tepat dan baik, akan membantu mempermudah perencanaan dan pengaturan transportasi perkotaan secara baik. Konsistensi terhadap ketentuan tata ruang yang telah ditetapkan secara baik tersebut perlu dijaga dan ditegakkan, karena setiap perubahan tata ruang secara tidak terencana dengan baik, akan mengakibatkan rusaknya sistem perencanaan dan pengaturan transportasi yang pada gilirannya dapat menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks. Oleh karena itu, penyusunan tata ruang suatu wilayah perkotaan hendaknya mengikutsertakan seluruh pihak terkait, baik sektor swasta, masyarakat maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan tercipta suatu tata ruang yang benar-benar memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat perkotaan.

b. Penyebaran Pusat Kegiatan