Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
dan Belanja Daerah”. Kebijakan keuangan daerah diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan, terwujudnya perekonomian daerah yang mandiri sebagai
usaha bersama atas asas kekeluargaan berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Menurut Mamesah dalam Halim 2007 : 23, keuangan daerah dapat diartikan
sebagai ”semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan
daerah sepanjang belum dimilikidikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuanperaturan perundangan yang
berlaku”. Menurut Halim 2004 : 20, ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari
”keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimana yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah
APBD dan barang-barang inventaris milik daerah dan keuangan daerah yang dipisahkan meliput i BUMD”. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik
harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan,
tepat waktu dan dapat dipercaya.
3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya PAD dibandingkan dengan
pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun pinjaman. Tujuan pengukuran kemandirian keuangan
daerah ini mencerminkan suatu bentuk pemerintahan daerah apakah dapa menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.
Menurut Widodo dalam Halim 2004:232, rasio kemandirian keuangan daerah adalah sebagai berikut :
Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian =
Bantuan Pemerintah PusatPropinsi dan Pinjaman
Rasio kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian berarti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal terutama pemerintah pusat dan propinsi semakin rendah, atau daerah tersebut semakin
mandiri, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio
kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah.
Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.
Pola Hubungan Pusat-Daerah menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim 2001:168 mengemukakan mengenai hubungan antara pemerintah
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, yaitu dijelaskan berikut ini. 1. Pola hubungan instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan
daripada kemandirian pemerintah daerah daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial.
2. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena
daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah. 3. Pola hubungan partisipatif, yaitu pola dimana peranan pemerintah pusat
semakin berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah otonom bersangkutan mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. Peran
pemberian konsultasi beralih ke peran partisipasi pemerintah pusat.
4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada lagi karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah. Pemerintah pusat siap dan dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi keuangan kepada pemerintah
daerah.
Pola hubungan pemerintah pusat dan daerah serta tingkat kemandirian dan kemampuan keuangan daerah dapat disajikan dalam matriks seperti tampak pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian,
dan Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan Keuangan
Rasio Kemandirian
Pola Hubunggan
Rendah Sekali 0 – 25
Instruktif Rendah
25 – 50 Konsultatif
Sedang 50 – 75
Partisipatif Tinggi
75 – 100 Delegatif
Sumber : Halim 2001
4. Pendapatan Asli Daerah PAD