Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
dianalisis kemandirian keuangan daerah untuk mengukur tingkat kemandirian pada pemerintahan kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang rasio kemandirian keuangan daerah pemerintahan kabupaten dan kota di Sumatera
Utara pada era otonomi daerah, yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang
berjudul : “Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penlitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat kemandirian keuangan daerah pada pemerintahan
kabupaten dan kota di Sumatera Utara ? 2.
Apakah ada perbedaan tingkat kemandirian antara pemerintahan kabupaten dan kota di Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian keuangan daerah pada
pemerintahan kabupaten dan kota di Sumatera Utara. 2.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemandirian antara pemerintahan kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai kemandirian keuangan daerah.
2. Bagi pemerintah daerah, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah. 3.
Bagi pihak lain atau pembaca, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi dalam melakukan penelitian pada
bidang sejenis.
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Tugas utama dari anggaran adalah mengendalikan aktivitas fiskal pemerintah, mengkaji tindakan sebelumnya dan
mengetahui program pemerintah di masa yang akan datang. Anggaran Daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas
pemerintah daerah. Menurut Halim 2004 : 15 :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah suatu Anggaran Daerah, yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut : rencana kegiatan suatu
daerah, beserta uraiannya secara rinci; adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan
aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan; jenis kegiatan
dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; periode anggaran, yaitu biasanya 1 satu tahun.
Menurut Saragih 2003 : 127 : APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu
daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif
terhadap peningkatan pendapatan daerah PAD, khususnya penerimaan pajak – pajak daerah.
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.
Menurut Bastian 2006 : 189 APBD merupakan “pengejawantahan rencana kerja Pemerintah daerah dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu
tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik”. Sedangkan berdasar Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, ” Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD adalah suatu rencana keuangan tahuna Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD”. Dapat disimpulkan bahwa APBD
merupakan rencana kerja pemerintah daerah untuk satu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang disusun berdasarkan peraturan tentang APBD.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan
kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Selanjutnya dikatakan bahwa Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD harus memuat
sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja, standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan,
serta bagian pendapatan APBD yang digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja
modalinvestasi. Unsur-Unsur APBD menurut Halim 2004 : 15-16 adalah sebagai berikut :
Ayu Priradesi : Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009.