Pengertian Mengenai Suaka Keaslian Penulisan

memperbolehkan seorang asing memasuki dan tinggal di dalam wilayahnya dan atas perlindungannya. 8 Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, SH., mengatakan : bahwa asylum adalah perlindungan individu di wilayah negara asing tempat ia mencari perlindungan. Asylum merupakan perlindungan negara asing di wilayah negara tersebut di kediaman perutusan asing atau di kapal asing. Dengan adanya perlindungan itu individu tersebut tidak dapat diambil oleh penguasa negara lain. 9 J. G. Starke menegaskan pula bahwa konsepsi suaka dalam Hukum Internasional adalah mencakup dua unsur yaitu : 10 a Pernaungan yang lebih daripada pelarian sementara sifatnya. b Pemberian perlindungan dari pembesar – pembesar yang menguasai daerah suaka secara aktif. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan : 1 Suaka asylum, yaitu suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada seorang individu atau lebih yang memohonnya dan alasan mengapa individu atau individu – individu itu diberikan perlindungan adalah berdasarkan alasan perikemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik, dan sebagainya. 2 Pengungsi refugee yaitu orang yang terpaksa memutuskan hubungan dengan Negara asalnya karena rasa takut yang berdasar mengalami persekusi persecution dan tak mungkin kembali. 11 8 Ibid. 9 Ibid. 10 Ibid. Hal. 46. Suaka terbagi atas beberapa jenis suaka, yaitu : 1 Territorial Asylum Suaka Wilayah Territorial Asylum adalah bahwa si individu yang memohon suaka adalah keluar dari Negara asalnya dan memasuki wilayah Negara lain untuk memohon perlindungan agar kepada dirinya tidak dikenakan jurisdiksi dari Negara asalnya. 12 2 Diplomatic Asylum Suaka Diplomatik Diplomatic Asylum adalah suaka yang diberikan oleh suatu kedutaan yang berada di wilayah negara pemohon sehingga terhadap si pemohon tidak usah dikenakan jurisdiksi negara setempat negara asalnya. 13

2. Pengertian Mengenai Hak Asasi Manusia

Secara etimologis, hak asasi manusia terbentuk dari tiga 3 kata, yaitu: hak, asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi, berasal dari bahasa Arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa Indonesia. Kata haqq diambil dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang berarti benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Apabila dikatakan, “Yahiqqu” alaika an taf”ala kadza,” itu artinya kamu wajib melakukan seperti ini. Berdasarkan pengertian tersebut, haqq adalah kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kata asasiy berasal dari akar kata assa, yaussu, asaan dapat juga berarti “asal”, “asas”, “pangkal”, yang bermakna dari dasar segala sesuatu. Dengan demikian, asasi artinya segala sesuatu yang bersifat mendasar dan 11 Ibid. Hal. 47-48. 12 Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Op. Cit. Hal. 65. 13 Ibid. Hal. 66. fundamental yang selalu melekat pada objeknya. HAM dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hak – hak mendasar pada diri manusia. 14 Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci. Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak – hak asasi manusia sebagai hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya didalam masyarakat. Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak – hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area. 15 Hak asasi fundamental rights artinya hak yang bersifat mendasar grounded, pokok atau prinsipil. HAM menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang bersifat mendasar. Adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia mempunyai suatu “keistimewaan” yang membuka kemungkinan baginya untuk diperlakukan sesuai dengan “keistimewaan” yang dimilikinya. Sebaliknya juga, adanya suatu kewajiban pada seorang berarti bahwa diminta darinya suatu sikap yang sesuai dengan “keistimewaan” yang ada pada orang lain. 16 14 Nurhidayat Syarif, Ali Mahrus, Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat In Court System Out Court System, Gramata Publishing, Jakarta, 2011. Hal. 6. 15 “Pengertian Hak Asasi Manusia HAM“, sebagaimana dimuat dalam http: www.zonasiswa.com201407pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html, diakses pada 5 Maret 2015. 16 Ibid. Hal. 5.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN KEBIJAKAN SOLUSI PASIFIK OLEH PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM MENGENDALIKAN LAJU KEDATANGAN PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL.

0 4 26

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

0 0 16

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

0 0 1

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

0 0 23

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

1 1 31

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

0 1 8

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

1 1 8

BAB II ATURAN - ATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI SUAKA A. Pengertian dan Istilah Pencari Suaka - Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional

0 0 22

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional

0 0 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional

0 0 9