Aspek Yuridis Tindakan Pemerintah Australia Terhadap Pengusiran
Ciri utama negara yang berdaulat adalah, bahwa negara itu berhak selaku pemerintah melakukan sendiri pengawasan terhadap wilayahnya dan orang-orang
yang berada di wilayah itu, kecuali bila hal itu bertentangan dengan aturan –aturan
hukum internasional dan pencipta hukum di dalam sistem tersebut, mempunyai tugas primer, yaitu berperan serta dalam perumusan ketentuan
– ketentuan yang membatasi tingkah lakunya.
59
Dengan kasus pengusiran imigran gelap Australia ke Indonesia merupakan masalah yang kaitannya dengan HAM yang sangat penting untuk dibahas dalam
pemajuan kepentingan HAM secara internasional dengan “pipe concept”, yakni konsep yang melihat imigrasi ilegal sebagai rangkaian yang melibatkan
setidaknya tiga aspek: Negara Asal origin country, Negara Transit transit country dan Negara Tujuan potensial destination country.
60
Permasalahan mengenai pengungsi merupakan salah satu permasalahan yang dituangkan ke dalam konvensi. Konvensi Status Pengungsi 1951 The 1951
Convention Relating to The Status of Refugees menjadi dasar dalam pengaturan pengungsi oleh dunia internasional. Istilah pengungsi sangat berkaitan erat dengan
pencari suaka. Terdapat perbedaan antara pengungsi dan pencari suaka. Draft UNHCR mendefinisikan pencari suaka sebagai pengakuan secara resmi oleh
negara bahwa seseorang adalah pengungsi dan memiliki hak dan kewajiban tertentu. Sehingga, pencari suaka merupakan tahapan sebelum menjadi pengungsi.
Dalam Konvensi Status Pengungsi Tahun 1951 ada satu prinsip umum yang
59
Scott Davidson, Op. Cit., Hal. 67.
60
“Respon Indonesia Dalam Pemajuan Kepentingan HAM Bagi Para Imigran Gelap Yang Diusir Australia Dan Bentuk Kerjasama Indonesia
– Australia Dalam Penyelasian Imigran Gelap”, dalam http:rpbkthought.blogspot.com201409respon-Indonesia-dalam-pemajuan.html,
diakses pada 2 Februari 2015.
berlaku bagi seluruh negara anggota maupun bukan anggota, yaitu Prinsip non- refoulment.
61
Pasal 33 1 Konvensi Tentang Status Pengungsi 1951 menyebutkan bahwa negara
– negara peserta Konvensi ini tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan ataupun mengembalikan pengungsi dalam cara apapun ke
perbatasan wilayahnya apabila kehidupan atau kebebasannya terancam karena alasan rasnya, agamanya, kewarganegaraannya, keanggotaannya pada suatu
kelompok sosial tertentu atau pendapat politik tertentu. Berdasarkan Pasal 14 Ayat 1 Deklarasi Universal Hak - Hak Asasi
Manusia, menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mencari dan mendapatkan
suaka di negeri lain untuk melindungi diri dari pengejaran”.
Selain itu definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Michelle Foster : “The key protection in the Refugee Convention is non-refoulement, the
obligation on states not to return a refugee to place in which he will face the risk of being pe
rsecuted”
Inti dari perlindungan terhadap pengungsi adalah negara berkewajiban untuk tidak memulangkan para pengungsi ke negara asal dimana
keselamatan mereka terancam karena adanya penyiksaan.
62
61
“Tinjauan Yuridis Terhadap Pengusiran Pencari Suaka Di Aust”, dalam https:prezi. comlmc63ckc2msmtinjauan-yuridis-terhadap-pengusiran-pencari-suaka-oleh-aust, diakses pada
2 Februari 2015.
Prinsip non refoulement ini tidak hanya terdapat pada Konvensi 1951, namun juga tercantum secara implisit maupun eksplisit pada Konvensi Anti
Penyiksaan Convention Against Torture Pasal 3, Konvensi Jenewa IV Fourth Geneva Convention Tahun 1949 Pada Pasal 45 Paragraf 4, Kovenan Internasional
Hak-Hak Sipil dan Politik International Covenant on Civil and Political Rights 1966 Pasal 13, dan instrument
– instrumen HAM lainnya.
63
Tidak hanya melanggar hak asasi manusia, namun Australia khususnya Angkatan Laut Australia ketika melakukan pengusiran juga disertai dengan tindak
kekerasan. Ketika Angkatan Laut Australia melakukan pengusiran, para pengungsi tersebut menolak. Mereka yang melawan dipegangi kaki dan tangannya
dan dilemparkan ke atas kapal. Salah satu pencari suaka juga mengaku melihat personil militer menendang dan menggunakan tali untuk mengikat seorang
pengungsi yang akan melarikan diri. Kapal para pengungsi itu selanjutnya ditarik ke laut lepas.
64
Pengembalian atau penghalauan para pencari suaka adalah kebijakan Operasi Kedaulatan Perbatasan yang diterapkan Perdana Menteri, Tony Abbott.
Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison menegaskan kebijakan Operasi Kedaulatan Perbatasan akan tetap dilanjutkan.
65
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, melaksanakan kebijakan pragmatis terkait para pencari suaka ke
62
“Hubungan Pengungsi Dan Prinsip Non Refoulement Suatu Kajian Hukum Pengungsi Internasi
onal”, dalam http:kadarudin.blogspot.com201202hubungan-pengungsi-dan-prinsip. html, diakses pada 2 Februari 2015.
63
Ibid.
64
“Pencari Suaka : tentara Australia Lakukan Kekerasan”, dalam http:www.dw.de pencari-suaka-tentara-australia-lakukan-kekerasana-17421547, diakses pada 2 Februari 2015.
65
“Pencari Suaka Dihalau Di Lautan”, dalam http:www.mediaIndonesia.commipagi read2079Pencari-Suaka-Dihalau-di-Lautan20140708, diakses pada 2 Februari 2015.
negaranya. Dalam konteks politik luar negeri ini, pemerintah Australia mengenal adanya politik bi-partisan. Artinya politik luar negeri Australia akan selalu
mendapat dukungan dari kedua partai besar walaupun melalui perdebatan di parlemen. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu Australia telah mengirim
balik para pencari suaka yang berusaha masuk ke wilayahnya melalui perairan Indonesia dengan sekoci yang dipersiapkan oleh kapal patroli Australia di
perairan perbatasan.
66
Dengan kebijakan tersebut Australia mengklaim berhasil menanggalkan masuknya semua kapal pencari suaka ke negaranya namun tanpa
mempertimbangkan HAM para imigran tersebut. Hak asasi manusia dapat dipahami sebagai hak yang melekat pada manusia. Konsep hak asasi manusia
mengakui bahwa setiap satu manusia berhak untuk menikmati hak asasi manusianya tanpa perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pandangan politik atau pandangan lainnya, asal usul nasional atau sosial, harta benda, kelahiran atau status lain. Hak asasi manusia dengan sah dijamin oleh
hukum hak asasi manusia, yang melindungi individu dan kelompok dari tindakan- tindakan yang mencampuri kebebasan mendasar dan martabat manusia.
67
Sebuah kapal yang membawa puluhan pencari suaka dihadang di sekitar Kepulauan Cocos, Australia, pekan lalu, karena berupaya masuk ke Negeri
Kanguru secara ilegal. Sekitar 41 pencari suaka yang dihadang Angkatan Laut AL Australia itu diserahkan kepada AL Srilanka. Dalam kasus pengusiran
66
“Hubungan Pengungsi Dan Prinsip Non Refoulement Suatu Kajian Hukum Pengungsi Internasional”, dalam http:kadarudin.blogspot.com201202hubungan-pengungsi-dan-prinsip.
html, diakses pada 2 Februari 2015.
67
Ibid.
pencari suaka tersebut, ulah AL Australia itu mendapat kecaman dari dalam
negeri. Tindakan pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott itu merupakan pelanggaran hukum internasional. Memaksa para pencari suaka kembali ke tempat
asal merupakan pelanggaran kewajiban Australia di bawah hukum HAM dan pengungsi internasional. Mereka ditahan di lautan lepas, tanpa diizinkan
mengontak pengacara, menggugat penahanan mereka di pengadilan, atau berbicara dengan keluarga bahkan teman
– temannya.
68
Aksi mendorong balik perahu pencari suaka yang dilakukan AL Australia dibenarkan Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Untung
Suropati. Bahkan, Untung menyebut sudah dua kali AL Australia menggiring balik perahu pencari suaka itu. Menurut data yang dimiliki TNI AL, peristiwa itu
terjadi pada 19 Desember 2013 dan 6 Januari 2014. TNI AL memaparkan data pada 19 Desember 2013 terdapat 47 manusia pencari suaka dan 6 Januari 2014
ada 45 orang imigran ilegal.
69
Berdasarkan Pasal 9 Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia 1948,
menyatakan bahwa : “Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-
wenang”. Jika dikaitkan dengan kasus pengusiran pencari suaka oleh Pemerintah Australia, maka Australia juga melanggar aturan hukum hak
asasi manusia dalam Pasal 3 Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia 1948
68
“Pencari Suaka Dihalau Di Lautan”, dalam http:www.mediaIndonesia.commipagi read2079Pencari-Suaka-Dihalau-di-Lautan20140708, diakses pada 2 Februari 2015.
69
“Australia Giring Perahu Pencari Suaka, Menteri Imigrasi Bungkam”, dalam http:dunia.news.viva.co.idnewsread471552-australia-giring-perahu-pencari-suaka--menteri-
imigrasi-bungkam, diakses pada 2 Februari 2015.
yang menyatakan “Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu”.