Pengertian dan Istilah Pencari Suaka
negara itu dituntut untuk menerima para pelarian dari penguasa territorial untuk menikmati perlindungan dari penangkapan.
19
Sangat tidak memungkinkan bagi pencari suaka untuk meninggalkan negeri asal mereka tanpa membawa dokumen yang memadai dan visa.
Maka, banyak pencari suaka terpaksa memilih perjalanan yang mahal dan berbahaya untuk memasuki negara
– negara secara tidak wajar di mana mereka dapat memperoleh status pengungsi.
20
Dari praktek – praktek internasional dalam menghadapi masalah
permintaan dan pemberian suaka, kenyataannya lembaga atau asas suaka tersebut mempunyai karakteristik atau prinsip
– prinsip yang umum pada suaka yaitu sebagai berikut :
21
a Suaka bukan sesuatu yang dapat diklaim oleh seseorang sebagai hak;
b Hak seseorang hanya terbatas pada mencari suaka dan, kalau
memperbolehnya, menikmatinya; c
Pemberian atau penolakan suaka adalah hak negara – negara berdasarkan kedaulatannya;
d Pemberian suaka merupakan tindakan yang harus diterima sebagai
tindakan damai dan humaniter. Oleh karena itu, pemberian suaka oleh suatu negara tidak boleh dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat
terhadap negara asal pencari suaka;
19
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Kesepuluh, Jakarta, Sinar Grafika, 2003. Hal. 475.
20
“Pengungsi”, dalam http:jrs.or.idrefugee, diakses pada 10 Juni 2014.
21
Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Op. Cit, Hal. 89 – 90.
e Sebagai lembaga yang bersifat humaniter, suaka tidak boleh ditundukkan
pada asas timbal balik
22
; f
Suaka mengandung prinsip penghormatan pada asas – asas sebagai berikut:
i. Larangan pengusiran non-explusion
ii. Larangan pengembalian paksa ke negara asal non-refoulement,
termasuk penolakan di perbatasan rejection at the frontiars; dan iii.
Non – ekstradisi pesuaka asylee g
Bilamana suatu negara menghadapi kesulitan untuk memberikan suaka kepada seseorang secara permanen atau untuk jangka waktu panjang,
negara tersebut setidak – tidaknya harus bersedia memberikan suaka
kepada pencari suaka yang bersangkutan untuk sementara waktu sampai ia memperoleh suaka di negara lain;
h Suaka tidak dapat diberikan dalam kasus – kasus tindak pidana non –
politis dan tindakan – tindakan yang bertentangan dengan asas – asas
PBB
23
, yang meliputi: i.
Tindak pidana biasa;
22
Reciprositas
Asas timbal-balik, yaitu tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat negatif atau pun posistif.
Lihat dalam “Asas – Asas
dan Peristilahan
Hukum Internasional”,
sebagaimana dimuat
dalam http:sujarman81.wordpress.com20110731asas-asas-dan-peristilahan-hukum-internasional,
diakses pada 7 Juni 2014.
23
Asas – Asas PBB adalah 1 Persamaan derajat dan kedaulatan semua Negara anggota;
2 Persamaan hak dan kewajiban semua Negara anggota; 3 Penyelesaian sengketa dengan cara damai; 4 Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB;
5 PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri Negara anggota. Lihat dalam “Asas dan Tujuan PBB”, sebagaimana dimuat dalam http:gudangmakalah.blogdetik.com20090319asas-
dan-tujuan-pbb, diakses pada 22 Mei 2014.
ii. Tindak pidana menentang perdamaian, tindak pidana perang war
crimes dan tindak pidana menentang kemanusiaan crimes against humanity, sebagaimana dirumuskan dalam instrumen
– instrumen internasional yang bersangkutan.
i Pemberian suaka mengandung ketentuan yang mewajibkan pesuaka untuk
tunduk pada hukum dan peraturan perundang – undangan negara pemberi
suaka; dan j
Pesuaka tidak boleh melakukan kegiatan – kegiatan yang bersifat menentang negara asalnya atau yang dapat mengakibatkan ketegangan
– ketegangan antara negara pemberi suaka dan negara asal pesuaka.
Seringkali terminologi pencari suaka dan pengungsi menimbulkan kebingungan. Seorang pencari suaka adalah seseorang yang menyebut dirinya
sebagai pengungsi, namun permintaan mereka akan perlindungan belum selesai dipertimbangkan. Seorang pencari suaka yang meminta perlindungan akan
dievaluasi melalui prosedur penentuan status pengungsi Refugee Status Determination, yang dimulai sejak tahap pendaftaran atau registrasi pencari
suaka. Selanjutnya setelah registrasi, United Nations High Commissioner for Refugees UNHCR
24
dibantu dengan penerjemah yang kompeten melakukan interview terhadap pencari suaka tersebut. Proses interview tersebut akan
24
United Nations High Commissioner For Refugess UNHCR adalah suatu badan organisasi internasional dibawah naungan PBB dalam halaman pengungsi. Kantor UNHCR
didikan 14 Desember 1950 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa PBB. Organisasi
ini memiliki mandat untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan internasional dalam melindungi pengungsi dan menyelesai
kan permasalahan pengungsi di dunia. Lihat dalam “Sejarah UNHCR”, sebagaimana dimuat dalam http:www.unhcr.or.ididtentang-unhcrsejarah-unhcr,
diakses pada 23 April 2014.
melahirkan alasan – alasan yang melatarbelakangi keputusan apakah status
pengungsi dapat diberikan atau ditolak. Pencari suaka selanjutnya diberikan satu buah kesempatan untuk meminta banding atas permintaannya akan perlindungan
internasional yang sebelumnya ditolak. Sampai dengan akhir Maret 2014, sebanyak 7,218 pencari suaka terdaftar di UNHCR Jakarta secara
kumulatif, dan sebagian besar dari mereka berasal dari Afghanistan 44, Iran 14 dan Myanmar 8.
25
Penentuan praktis apakah seseorang disebut pengungsi atau tidak, diberikan oleh badan khusus pemerintah di negara yang ia singgahi atau
badan PBB untuk pengungsi UNHCR. Presentase permohonan suaka yang diterima sangat beragam dari satu negara ke negara lain, bahkan untuk satu
negara yang sama. Setelah menunggu proses selama bertahun-tahun, para pencari suaka yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat dipulangkan
ke negara asalnya, yang membuat mereka terlantar. Para pencari suaka yang tidak meninggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap
sebagai imigran tanpa dokumen
26
. Pencari suaka, terutama mereka yang permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di rumah
detensi
27
.
28
25
“Pencari Suaka”, dalam http:www.unhcr.or.ididsiapa-yang-kami-bantupencari- suaka, diakses pada 28 April 2014.
26
Imigran Tanpa Dokumen adalah orang-orang yang melintasi batas-batas negara tanpa dokumen yang memadai pasport, visa, dsb disebut sebagai imigran tanpa dokumen atau secara
keliru disebut imigran gelap, karena masuk ke suatu negara secara tidak sah tidak selalu merupakan pelanggaran kriminal. Lihat dalam
“Pengungsi”, sebagaimana dimuat dalam http:jrs.or.idrefugee, diakses pada 10 Juni 2014.
27
Rumah Detensi Imigrasi atau yang disingkat dengan rudenim adalah unit pelaksana teknis yang menjalankan fungsi keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi orang
Pengungsi adalah seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah. Bencana ini dapat
berbentuk banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang diakibatkan
oleh alam. Dapat
pula bencana
yang diakibatkan
oleh ulah manusia secara
langsung. Misalnya perang,
kebocoran nuklir, dan
ledakan bom. Setiap pengungsi biasanya di tempatkan di sebuah tempat penampungan untuk memudahkan para relawan mengurusi dan menolong mereka.
Lama pengungsi berada di sebuah tempat penampungan tidak dapat diprediksi. Tergantung dari kondisi atau situasi itu sendiri. Biasanya pengungsi diurus oleh
pemerintah setempat, tapi itu tidak menutup kemungkinan para relawan datang untuk membantu.
29
Selama beberapa dasawarsa terakhir ini, konsep status pengungsi telah mengalami perubahan yang substansial, baik dalam hukum internasional maupun
dalam hukum nasional. Dalam hukum internasional, pada dasarnya pengungsi adalah orang
– orang yang dikelompokkan ke dalam masyarakat yang tidak bisa dikenakan tanggung jawab internasional. Mereka melarikan diri dari negerinya
dan menjadi pengungsi disebabkan karena adanya bencana kemanusiaan humanitarian disaster, seperti peperangan, genocide
30
, kejahatan berat
asing yang melanggar Undang – Undang Imigrasi. Orang asing yang berdiam di rudenim disebut
dengan deteni. Lihat dalam “Rumah Detensi Imigrasi”, sebagaimana dimuat dalam http:id.
wikipedia.orgwikiRumah_Detensi_Imigrasi, diakses pada 30 April 2014.
28
“Pengungsi”, dalam http:jrs.or.idrefugee, diakses pada 10 Juni 2014.
29
“Pengungsi”, dalam http:id.wikipedia.orgwikiPengungsi, diakses pada 21 Mei 2014.
30
Genosida atau genocide adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan membuat punah bangsa
tersebut. Menurut Statuta Roma dan Undang – Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan
HAM, genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau
sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis,
melanggar kemanusiaan dalam sistem pemerintahan diktator dan kejahatan peperangan. Bencana kemanusiaan umunya termasuk motif dominan timbulnya
pengungsi.
31
Karena definisi di atas hanya berlaku bagi orang-orang yang takut terhadap penganiayaan, organisasi-organisasi regional baik di Afrika Persatuan
Afrika 1969 maupun di Amerika Latin Organisasi Negara-negara Amerika 1984 telah memperluas definisi tersebut yang mencakup pula pengungsian masal
yang terjadi sebagai akibat dari kehancuran sosial maupun ekonomi dalam konteks konflik :
1. Pengungsi Internal Internally Displaced PersonsIDPs
Pengungsi Internal adalah orang – orang atau kelompok orang yang telah
terpaksa atau harus berpindah atau meninggalkan rumah atau kampung halaman mereka, terutama sebagai akibat dari atau demi menghindari pengaruh konflik
bersenjata, situasi kekerasan yang meluas, pelecehan terhadap hak asasi manusia atau karena bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, dan tidak
melintasi batas – batas negara yang diakui secara internasional. Sebagian besar
pengungsi di dunia adalah orang-orang yang menjadi pengungsi di dalam
kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisika atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak
– anak dalam kelompok ke kelompok lain.
Lihat dalam “Genosida”, sebagaimana dimuat dalam http:id.wikipedia.orgwiki Genosida, diakses pada 30 Mei 2014.
31
Jawahir Thontowi, Hukum Internasional Di Indonesia Dinamika Dan Implementasinya Dalam Beberapa Kasus Kemanusiaan, Yogyakarta, Madyan Press, 2002. Hal.
136.
negerinya sendiri. Hampir 4 juta dari 26 juta orang pengungsi di dalam negeri berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.
32
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa istilah IDPs timbul karena adanya bahaya yang mengancam keselamatan penduduk. Misalnya karena adanya
pertikaian bersenjata, atau karena banyaknya terjadi pelanggaran, pelanggaran hak asasi manusia atau karena terjadinya bencana alam natural disaster seperti
banjir, gempa, gunung meletus, kekeringan. Juga karena bencana buatan manusia man
– made disaster. Perlu dikemukakan bahwa telah terjadi perkembangan
dalam penggunaan kata atau istilah “persons” dalam Displaced Persons DPs
dan Internally Displaced Persons IDPs menjadi “people”, sehingga istilah –
istilah yang kini dipakai oleh UNHCR adalah Displaced Peoples DPs dan Internally Displaced People IDP.
33
2. Pengungsi Prima Facie
Dalam menghadapi konflik dan pelanggaran hak asasi manusia secara masal, orang
– orang seringkali meninggalkan negaranya secara masal. Dalam situasi ini, sangatlah tidak praktis dan tidak perlu untuk mengkaji masing-masing
permohonan suaka yang mereka ajukan. Orang-orang ini sudah terbukti dengan sendirinya untuk dapat disebut pengungsi. Contoh dari gerakan pengungsi
semacam ini dapat ditemukan dalam diri orang-orang Sudan yang mengungsi ke
32
“Pengungsi”, dalam http:jrs.or.idrefugee, diakses pada 11 Juni 2014.
33
“Pengungsi Internal atau Internally Displaced Persons IDPs”, sebagaimana dimuat dalam http:fadlilaw.blogspot.com201112pengungsi-internal-atau-internally.html, diakses pada
6 Maret 2015.
Chad, orang-orang Chad yang mengungsi ke Republik Afrika Tengah, orang Somalia ke Kenya, orang Sri Lanka yang mengungsi ke India dsb.
34
Dalam bagan berikut ini akan tampak pembedaan pengungsi.
35
Alam Statutory Refugee
Pengungsi UNHCR
Convention Refugee
Manusia Mandate Refugee
Lain-lain
Penjelasan : 1.
Statutory Refugee adalah status dari suatu pengungsi sesuai dengan persetujuan interansional sebelum tahun 1951.
2. Convention Refugee adalah status pengungsi berdasarkan Konvensi 1951
dan Protokol 1967. Di sini pengungsi berada pada suatu negara pihakpeserta konvensi. Yang menetapkan status pengungsi adalah negara
tempat pengungsian negara dimana pengungsi itu berada dengan kejasama dari negara tersebut dengan UNHCR, wujud kerja sama itu
34
“Pengungsi”, dalam http:jrs.or.idrefugee, diakses pada 11 Juni 2014.
35
“Perlindungan Pengungsi Refugee Menurut Hukum Internasional”, dimuat dalam http:si.uns.ac.idprofiluploadpublikasiJurnal196004161986011002PERLINDUNGAN20PEN
GUNGSI.doc konvensi 1951, diakses pada 5 Juni 2014.
misalnya: dengan mengikut sertakan UNHCR dalam komisi yang menetapkan status pengungsi, bentuk kerjasama lainnya negara yang
bersangkutan menyerahkan mandat sepenuhnya pada UNHCR untuk menetapkan apakah seseorang itu termasuk pengungsi atau tidak.
3. Mandate Refugee adalah menentukan status pengungsi bukan dari
Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tetapi berdasarkan mandat dari UNHCR. Di sini pengungsi berada pada negara yang bukan peserta
konvensi atau bukan negara pihak. Yang berwenang menetapkan status pengungsi adalah UNHCR bukan negara tempat pengungsian. Mengapa
Mandate Refugee tidak ditetapkan oleh negara pengungsi? Hal ini disebabkan karena negara tersebut bukan negara pihak konvensi tadi,
akibatnya ia tidak bisa melakukan tindakan hukum seperti dalam konvesi tadi.
4. Pengungsi
– pengungsi lain sebab manusia
Ada yang tidak dilindungi oleh UNHCR, misalnya PLO
36
, sebab PLO sudah diurus dan dilindungi badan PBB lain maka tidak termasuk
lingkungan kekuasaan UNHCR. Selanjutnya Haryomataram membagi dua macam “Refugees, yaitu Human
Rights Refugees dan Humanitarian Refugees.
36
PLO Palestine
Liberation Organisation
atau Organisasi
Pembebasan Palestina bahasa Arab:
ةمظن م ر يرح ت ةي ن ي طس ل ف Munazzamat al-Tahrir Filastiniyyah adalah lembaga politik resmi bangsa Arab Palestina yang telah mendapatkan pengakuan dari
dunia internasional. Lembaga ini terdiri atas sejumlah organisasi perlawanan yang terpenting ialah Al Fatah, organisasi ahli hukum, mahasiswa, buruh dan guru.
- Human Rughts Refugees adalah mereka yang terpaksa meninggalkan
negara atau kampong halaman mereka karena adanya “fear of being
persecut ed”, yang disebabkan masalah ras, agama, kebangsaan atau
keyakinan politik. Telah ada Konvensi dan Protokol yang mengatur Status dari Human Rights Refugees ini.
- Humanitarian Refugess adalah mereka yang terpaksa meninggalkan
negara atau kampung halaman mereka karena merasa tidak aman disebabkan karena ada konflik bersenjata yang berkecamuk dalam
negara mereka. Mereka pada umumnya, di negara dimana mereka mengungsi, dianggap sebagai „alien‟. Menurut Konvensi Geneva 1949,
“alien” ini diperlakukan sebagai “protected persons”. Dengan demikian mereka mendapat perlindungan seperti yang diatur, baik dan Konvensi
Geneva 1949 terutama Bag. IV, maupun dalam Protokol Tambahan I –
1977. Dengan
demikian dapat
dikatakan bahwa,
baik International
Humanitarian Law maupun International Refugees Law, mengatur masalah “refugees”. International Humanitarian Law memberikan perlindungan kepada
“Humanitarian Refugees”, sedang International Refugees Law mengatur “Human Rights Refugees”.
37
37
Ibid.