Di dalam sistem totalitarian, bukan negara yang melayani masyarakat, tetapi sebaliknya sebanyak mungkin anggota masyarakat, khususnya mereka yang
bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, diwajibkan melaksanakan berbagai tugas untuk membantu penguasa membangun negara ke arah bentuk ideal. Misalnya
diwajibkan menjadi anggota satu-satunya partai politik atau satu-satunya serikat buruh bentukan pemerintah. Apabila nilai-nilai komunis atau nilai-nilai suatu
agama dianggap oleh penguasa sebagai bentuk ideal, maka nilai tersebut akan didoktrinkan ke dalam pola pikir masyarakat.
Berbagai bentuk sistem totalitarian dalam suatu pemerintahan berpijak pada ideologi-ideologi yang berbeda. Walaupun demikian, semuanya memiliki
ciri-ciri bersama. Dua ciri utama totalitarian yang terpenting adalah adanya ideologi yang disebarkan dan dimasukkan ke dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari masyarakat dan keberadaan partai politik tunggal agar seluruh komponen masyarakat bisa dimobilisir melalui partai tunggal tersebut. Pimpinan
partai tunggal ini mengontrol sistem negara, termasuk lembaga-lembaga pengadilan dan parlemen jika ada, lembaga-lembaga pendidikan, mengontrol
komunikasi melalui radio, televisi, dan berbagai alat komunikasi pada masa modern termasuk internet, seperti yang masih dilakukan pemerintah Republik
Rakyat Cina sampai kini, bahkan bila perlu dengan mengerahkan polisi rahasia.
30
Contoh sistem pemerintahan yang paling sering disebut sebagai pemerintah totalitarian adalah bekas pemerintah Uni Soviet di bawah Stalin,
Jerman pada masa Nazi dan Republik Rakyat Tiongkok pada masa Mao. Regim
30
PengertianTotalitarian,http:id.wikipedia.orgwindex.php?title=Totalitarianoldid=5
094138, diunduh 10 Januari 2012.
komunis di Uni Soviet dan Tiongkok berusaha mencapai nilai-nilai manusiawi yang universal dengan menciptakan berbagai kelas masyarakat. Negara Sosial
Nasionalis Jerman berusaha mewujudkan keunggulan dan kelebihan positif bangsa Arya. Negara Singapura saat ini juga dapat dikategorikan ke dalam negara
Totalitarian mengingat kebijakan-kebijakan yang terdapat di negara Singapura. Dengan kemajuan teknologi misalnya teknologi internet, perwujudan
suatu pemerintah totalitarian modern mungkin berbeda dan lebih tersamar. Misalnya totalitarian pada masa sekarang tidak lagi tergantung pada keberadaan
secara fisik aparat rahasia atau aparat militer yang langsung melakukan operasi pengontrolan dan pemaksaan nilai-nilai, tetapi lebih tergantung pada teknologi.
Totaliterisme menggambarkan diktator partai-negara yang tersentralisir dan jalin- menjalin, yang menggunakan teror, organisasi yang mendetail, dan indoktrinasi
ideologis untuk mengendalikan secara terang-terangan segenap aspek kehidupan sosial. Pada prakteknya, hal ini berarti kontrol dijalankan tidak hanya terhadap
seleksi elit politik dan agenda politik, tapi juga terhadap masyarakat dan perekonomian lewat kontrol pada media, elaborasi sosialisasi publik, pencegahan
mandirinya suatu organisasi dari struktur partai negara dan terakhir kepemilikan dan perencanaan ekonomi. Jadi, dalam totaliterisme, batas-batas yang populer
memisahkan politik,
ekonomi, dan
masyarakat menjadi
lenyap. Ini
memungkinkan penetrasi dan despotisme yang menjadi ciri khas dalam kediktatoran modern itu.
31
31
http:www.pangisyarwi.comindex.php?option=com_contentview=articleid=90:si mposium-kapitalisme-sosialisme-demokrasicatid=7Itemid=102; Internet; diunduh 10 Januari
2012.
Era kekejaman rezim fasis, NAZI dan komunis Soviet sudah berlalu secara historis. Namun, jejak-jejak karakter totaliter masih membekas dalam rezim dan
masyarakat sekarang. Hal ini nampak misalnya dalam logika dominasi dan rasionalitas teknologis sekaligus mentalitas konsumeristis dalam masyarakat
industri maju yang berideologikan pasar bebas, akumulasi modal kapitalisme, dan liberalisme. Herbert Marcuse menyebut masyarakat industri maju advanced
industrial society sebagai masyarakat satu-dimensi one-dimensional society. Pemberdayaan warga negara, konsumen yang kritis dan pembiasaan cara berpikir
yang dialektis menjadi prasyarat untuk mencegah berulangnya totalitarianisme dalam peradaban umat manusia.
32
Totalitarianisme, rezim totaliter, adalah kosa kata politik khas abad ke-20. Menurut Eugene Kamenka dalam esainya ‗Totalitarianism‘,
33
istilah totaliter dan totalitarianisme menggambarkan negara, ideologi, para pemimpin politik dan
partai politik yang mengupayakan perubahan dan kontrol total total transformation control atas masyarakat sebagai tujuan politisnya. Paradigma
yang melatarbelakangi tujuan ini adalah konsep hidup yang total menyeluruh dan negara serta komunitas yang organis-kohesif. Istilah ini pertama kali muncul di
panggung politik ketika digunakan oleh pemimpin rezim fasis di Italia, yaitu Mussolini, dalam pidato kenegaraan yang menyerang sisa-sisa anggota kelompok
32
Hendar Putranto, Masyarakat satu-dimensi: Wajah Baru TOTALITARIANISME?, http:hendar2006.multiply.comjournalitem3Konsumerisme_sebagai_totalitarianisme_wajah_ba
ru_?show_interstitial=1u=2Fjournal2Fitem, diunduh 10 Januari 2012.
33
Kamenka, Eugene, ‗Totalitarianism‘ dalam Robert E. Goodin and Philip Pettit eds., Blackwell Companions to Philosophy: A Companion to Contemporary Political Philosophy, UK:
Blackwell Reference, 1995, hlm. 629-631.