masih ada sifat Nasionalisme.
9
Sehingga itu semua dimanfaatkan oleh Hitler untuk menggerakan rakyat Jeman demi sebuah cita-cita untuk membebaskan
Jerman dari belenggu Yahudi. Kedua, Nazi, partai berpengaruh yang dia pimpin, serta The Third Reich,
visi masa depan Jerman yang dia perjuangkan, memang merupakan fenomena tersendiri. Begitu pula dengan angkatan perang Jerman yang sanggup menguasai
begitu cepat ke negara-egara sekitar Jerman. Namun, Hitler adalah sosok central yang jauh lebih fenomenal.
Ketiga, pemikiran politik Hitler dan ideologi Fasisme merupakan sebuah kerangka politik yang dia gunakan untuk mengatur Jerman. Karena menurutnya
hanya dengan diimplementasikannya Fasisme, Jerman dapat kembali pada kejayaan dan tidak ditindas oleh kaum Yahudi. Demi terciptanya sebuah tatanan
politik Jerman di bawah kekuasaanya, Hitler memiliki kerangka politik yang dikemasnya melalui Fasisme yang telah dia jelaskan lewat karyanya Mein Kampf.
Hitler menulis dengan sebuah perhitungan politik yang cerdik, yang kemudian diteruskan dengan gerakan Nasionalis- Sosialis sehingga terbangunlah
Fasisme dengan kerangka politik Hitler yaitu: 1.
Strateginya dimulai dengan melakukan propaganda dengan menyadarkan rakyat Jerman akan krisis yang melanda Jerman adalah
dikarenakan orang-orang Yahudi. Sehingga hal ini menimbulkan perlawanan
dari rakyat
Jerman, bahkan
untuk melakukan
peperangan.
10
9
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 15.
10
Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap Volume I dan II, 189.
2. Propaganda dilakukan kepada kaum buruh agar mereka menjadi
seorang Nasionalis- Sosialis Jerman sehingga mereka ingin melakukan gerakan untuk Negara. Dan ini harus dilakukan oleh seorang
proklamator yang berani memimpin jutaan kaum buruh yang dapat memberikan dorongan baru untuk kemajuan Jerman.
11
3. Revolusi, hal ini bisa disebut titik klimaks kerangka yang disuguhkan
oleh Adolf Hitler. Diamana Revolusi yang disebutnya itu adalah sebuah gerakan heroic yang harus timbul dari rasa nasionalis warga
negaranya, dan revolusi akan gagal bila hal ini lahir bukan oleh rasa pembelaan tanah air di dalam negara itu.
12
Dari beberapa hal diatas maka jelaslah bahwa keinginan Hitler untuk meguasai dunia lahir dari arah dimana fasis yang awalnya bagi Hitletr merupakan
solusi bagi negaranya, berubah menjadi sebuah ideologi yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jerman, tetapi oleh masyarakat dunia. Sehingga hal ini menjadi
menarik untuk dibahas secara mendalam, dengan membuka kembali literatur Mein Kampnya.
Atas dorongan itulah penulis mencoba menggali kembali proses transisi politik menuju kebangkitan Fasisme-Hitler di Jerman. Melalui literaturnya Mein
Kamp dan karya-karya lain yang membicarakan masalah ideology Fasisme di Jerman.
11
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 354.
12
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 200.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Proses transisi di Jerman yang dimotori oleh Adolf Hitler, merupakan taktik politik yang begitu cepat dan mendapat kesuksesan. Hal ini tidak terlepas
dari faktor-faktor luar yang menyebabkan ideologi fasis yang dikenalkan Hitler ini begitu dekat dengan hati rakyatnya, sehingga pada waktu partai yang dipimpin
Hitler memenangkan pemilu. Perjuangan yang dilakukan Hitler ini mendapat tanggapan baik dari pihak
rakyat dan militer. Sehingga pantas bila Hitler hanya dengan kurun waktu yang singkat dapat menguasai Jerman, bahkan hampir setengah dari Eropa telah
dikuasainya. Selain itu, disela-sela kesibukannya sebagai pemimpin di Jerman, Hitler telah berhasil membuat sebuah literatur, yang isinya merupakan pemikiran
politik, dan programnya dalam mengorganisir Jerman agar terbebas dari kungkungn Yahudi dan Komunis yang telah menghancurkan kehidupan social,
ekonomi, dan politik di Jerman.
13
Agar pembahasan skripsi ini tidak melebar, maka dari itu penulisannya akan di fokuskan oleh Adolf Hitler pada perkembangan ekonomi, sosial, dan
politik di Jerman pada tahun 1933-1939. Maka dari itu pertanyaan yang akan digali dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana Hitler dengan ideologi Fasisme muncul ke panggung
kekuasaan pada Perang Dunia II? 2.
Bagaimana Hitler menawarkan solusi bagi krisis ekonomi, sosial, dan politik di Jerman pada masa itu?
13
http:4.bp.blogspot.com_NH; Internet; diunduh pada tanggal 28 april 2012
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui dan mendalami proses transisi politik di Jerman dengan menerapkan ideologi Fasis sebagai dasar negara di bawah Adolf Hitler
2. Serta menggali konsep-konsep politik dalam karya Mein Kampf yang telah
berhasil menjadikan Jerman negara yang kuat 3.
Untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan penulis. Adapun manfaat dari penelitian yakni :
A. Manfaat Akademis
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan strata satu S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Jurusan Ilmu Politik pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. B.
Manfaat Praktis 1.
Menambah Wawasan mahasiswa pada umumnya, dan bagi penulis pribadi pada khususnya bahwa transisi yang terjadi di Jerman adalah merupakan
sebuah usaha Hitler dan rakyat Jerman untuk terbebas dari krisis multidimensional dan politik sektarian yang dilakukan oleh Yahudi. Meskipun
itu semua menjadikan Hitler berasumsi bahwa Jerman adalah bangsa Aria. Akan tetapi yang patut kita ambil hikmah dari sejarah Jerman itu yaitu usaha
antara pemerintah dan rakyat yang saling bekerjasama itu menjadikan negara itu terbebas dari krisis.
2. Bagi Fakultas, diharapkan memberi sumbangan kepustakaan dalam
pengembangan wacana civitas akademika di Jurusan Ilmu Politik.
D. Tinjauan Pustaka
Banyak terdapat studi atau tulisan mengenai sejarah dari seorang Hitler. Mulai dari bagaimana seorang Hitler kecil hidup dengan begitu banyak kejadian
yang mengenaskan, hingga ia tumbuh dewasa dan dapat menjadi seorang pemimpin yang disegani. Diantara studi-studi sebelumnya terdapat banyak
menggunakan pendekatan-pendekatan historis. Oleh karena itu, untuk mempertajam studi sebelumnya, maka studi ini pun meninjau mengenai biografi
Adolf Hitler. Akan tetapi dalam studi ini yang akan dipertajam adalah mengenai Fasisme yang dijadikan ideologi oleh Hitler, dan dari sinilah dapat diketahui
bagaimana Hitler dapat menjadi penguasa bagi Bangsanya.
D. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah library research yaitu metode penelitian yang menggunakan teknik
pengumpulan datanya dengan memanfaatkan berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik dari buku-buku teks, media masa,
ataupun jurnal, yang membicarakan tentang subjek yang di tuju. Namun yang tetap perlu diperhatikan adalah unsur selektif yaitu tidak semua unsur bacaan yang
ditemukan lalu ditelaah dan dipakai begitu saja, agar didapatkan hasil penelitian yang relevan dan tidak meluas kemana-mana. Kajian inipun sering juga disebut
kajian literatur.
14
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berangkat dari generalisasi empiris atau realitas-realitas sosial sejarahnya. Realitas-realitas
tersebut dideskripsikan dan di analisis secara kompherenshif, holistic, dan
14
Mohamad Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Malang: UIN Press, 2008, 111.
komparatif. Aspek yang bersifat fenomenal dan historis juga dideskripsikan dan ditelaah secara kritis hingga melahirkan satu generalisasi yang bersifat ideografis.
Menurut Bogdan dan Taylor 1973.
15
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan prilaku
yang dapat diamati dari subyek itu sendiri. Pendekatan ini menunjukan langsung dari setting itu secara keseluruhan. Subjek studi baik berupa organisasi, lembaga,
atau individu tidak dipersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan holistic.
Strategi penelitian menggunakan studi tokoh kritis yang merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif. Dalam studi tokoh kritis, metode yang digunakan
untuk meneliti subjek penelitian akan mempengaruhi cara pandang subjek tersebut. Sehingga studi tokoh kritis terletak pada kapasitas untuk menganalisa
dan menginterpretasi tokoh Hitler secara kritis. Melalui metode ini juga, dapat dikenali secara mendalam bagaimana sang tokoh secara pribadi dengan melihat
konsep dia, sesuai dengan cara pandangnya terhadap dunia dengan pemikiran, karya,
dan prilaku
politiknya. Penelitian
kualitatif ini
mencoba menggeneralisasikan tokoh Adolf Hitler, dari sisi pemikiran politiknya khususnya
Ideologi Fasisme sebagai solusi dalam memperbaiki kondisi Jerman. Oleh karena itu, kajian literatur kritis yang baik menjadi prasyarat wajib
bagi setiap penelitian, baik untuk penjabaran atau mempertajam permasalahan, merumuskan hipotesis, merumuskan konsep-konsep, menentukan dasar-dasar
teori yang dipergunakan dalam mengumpulkan data, maupun dalam menafsirkan data. Penelitian kepustakaan ini diperoleh dengan melakukan penalaran dedukatif
15
Burhan Bungin, metedologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metedologis Ke Arah Ragam Farian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, 31.