Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN

Diajukan oleh :

Nama : Arya Rocky Damanik

Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memnuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Tanggal Ketua Departemen

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Arya Rocky Damanik Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun.

Tanggal Dekan

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP :132 206 574

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec NIP : 131 285 985


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : Arya Rocky Damanik

Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun

Ketua Departemen Pembimbing

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Drs.Tuana Simamora, MS

NIP :132 206 574 NIP. 130 279 538

Penguji I Pengiji II

Drs.Jonatan Sinuhaji, Msi Paidi Hidayat, MSi

NIP. 130 702 279 NIP. 132 307 086


(4)

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

Tanggal Dosen Pembimbing

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Arya Rocky Damanik Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun

Drs. Tuana Simamora, MS NIP. 130 2


(5)

ABSTRACT

This research to analysis factors influance region original income to region development Kabupaten Simalungun to increase human prosperity in Kabupaten Simalungun.

This research use Ordineri Least Square how to researh influence independent variabel to dependent variabel. Research product significant influence is gave independent variabel for dependent variabel with coifeciently determinan 0,91.

Keywords: Influence Region Original, Total Industri Company, Total Hotel And Acomodation etc, Total TourisArrival.


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa fakor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini menggunakan metode model kuadrat terkecil biasa digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan determinan koifisien 0,91.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Perusahaan Industri, Jumlah Hotel Dan Akomodasi Lainya, Jumlah Kunjungan Wisatawan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT……….i

ABSTRAK………..ii

KATAPENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI………..v

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Perumusan Masalah……….5

1.3 Hipotesis………..6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Pendapatan Asli Daerah………...8

2.1.1 Pajak Daerah………..11

2.1.2 Retribusi Daerah……….13


(8)

2.2 Otonomi Daerah……….17

2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah………20

2.4 Pengertian Pembangunan Ekonomi………...21

2.5 Pembanguan Ekonomi Daerah…..………22

2.6 Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah………...23

2.7 Hubungan Otonomi Daerah Dengan Pembangunan Daerah………26

2.8 Perusahaan Industri………29

2.9 Parawisata……….……….30

2.9.1 Pengaruh Parawisata terhadap Perekonomian…...34

2.9.2 Usaha Akomodasi………..35

2.9.2.1 Hotel Berbintang………36

2.9.2.2 Usaha Akomodasi Lainya………..37

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian………..39

3.2 Jenis Dan Sumber Data………..39

3.3 Model Analisis Data………..39

3.4 Metode Analisisi Data………41

3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)………..41

3.5.1 Koifisien Determinasi (R- Square)……….41

3.5.2 Uji t-Statistik………..41

3.5.3 Uji f-Statistik………..42

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……….42


(9)

3.6.2 Uji Durbin-Wetson……….43

3.7 Defenisi Operasional………..44

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Daerah………..45

4.1.1 Kondisi Geografis…...……… ………….45

4.1.2 Kondisi Demografi………...46

4.1.3 Kondisi Sosial………...50

4.1.4 Kondisi Ekonomi………...51

4.2 Indikator Ekonomi……….52

4.2.1 Pendapatan Asli Daerah……….52

4.2.2 Jumlah Perusahaan Industri di Kab. Simalungun..55

4.2.3 Jumlah Hotel dan akomodasi Lainya...59

4.2.4 Jumlah Wisatawan domestik dan Luar Negeri…..62

4.3 Analisa Data………...64

4.3.1 Interpretasi Model………....………..64

4.3.2 Analisis Koifisien Determinasi (R2 4.3.3 Uji t- Statistik……….67

)………..66

4.3.4 Uji f-Statistik………..67

4.3.4.1 Variabel Jumlah Perusahaan Daerah.….67 4.3.4.2 Variabel Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya...68

4.3.4.3 Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawa..69


(10)

4.3.5.1 Multikolineritas………...70 4.3.5.2 Uji Durbin-waston…...71

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………72

5.2 Saran……… …73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT RISET


(11)

ABSTRACT

This research to analysis factors influance region original income to region development Kabupaten Simalungun to increase human prosperity in Kabupaten Simalungun.

This research use Ordineri Least Square how to researh influence independent variabel to dependent variabel. Research product significant influence is gave independent variabel for dependent variabel with coifeciently determinan 0,91.

Keywords: Influence Region Original, Total Industri Company, Total Hotel And Acomodation etc, Total TourisArrival.


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa fakor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini menggunakan metode model kuadrat terkecil biasa digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan determinan koifisien 0,91.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Perusahaan Industri, Jumlah Hotel Dan Akomodasi Lainya, Jumlah Kunjungan Wisatawan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber yang mendukungnya selalu menjadi isu yang problematik, tidak saja dimasa lampau, tetapi juga dimasa sekarang tatkala otonomi daerah menjadi tuntutan untuk dikembangkan secara optimal.

Sementara itu menurut Emmerson (2001) sejak awal orde baru, kekerasan melandasi langkah –langkah sentralisasi. Kurangnya perlawanan terbuka di daerah terhadap usaha rejim tersebut guna memaksakan penguasaan pusat mencerminkan kemauan Jakarta untuk menjalankan kebijakanya.

Sehingga semasa pemerintahan orde baru telah terbangun sistem pemerintahan tersentral, dimana pemerintah pusat memegang kendali penuh terhadap pemerintah daerah. Ruang yang diberikan pada aparat di aerah untuk mengurus kepentingan daerahnya sangatlah sempit, bahkan kerap kali potensi yang ada di daerah tersentral kepusat, sehingga yang terjadi adalah eksploitasi pusat terhadap daerah tanpa mempertimbangkan kemajuan dan perkembangan daerah itu sendiri. Akibatanya terjadi kesenjangan antara pusat dan daerah, baik dari segi pembangunan, akses informasi terutama kemakmuran masyarakatnya.

Disahkanya UU No.22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah merupakan respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi sekarang ini. Undang-undang No 22Tahun 1999 pada dasarnya ikhtisar untuk memperluas otonomi daerah sehingga arus desentralisasi dan dekonsentrasi dapat berjalan


(14)

dengan baik. Dengan demikian bukan saja diharapkan undang-ndang No. 22 tahun 1999 dapat menciptakan demokratisasi ekonomi, khususnya persamaan, menggali dan memanfaatkan potensi daerah bagi daerah itu sendiri, namun secara ekonomis, otonomi daerah dapat dipandang sebagai upaya untuk melakukan liberalisai ekonomi.

Liberalisasi ekonomi yang dimaksud oleh undang undang No 22 tahun 1999 dapat teralisir bila pemerintah daerah mampu mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya secara optimal, artinya pemerintah daerah dengan segala daya upayanya harus terus menggali dan mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya dengan sungguh-sungguh baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Sehingga untuk mendukung realisasi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah dalam mengoptimalisasi peran daerah, utamanya dalam penetapan sumber sumber penerimaan daerah. Dalam undang-undang No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka struktur pemerintahan mengenal adanya daerah otonomi propinsi dan kabupatan/kota. Tujuan pemberian otonomi pada daerah pada dasarnya memungkinkan daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan pada masyarakat, dan pelaksanaan pembangunan.

Pelaksanan pembangunan nasional merupakan tugas bangsa yang tidak berkesudahan dalam mengisi kemerdekaan demi tercapainya tujuan nasional sesuai dengan cita-cita proklamasi yang mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Kehidupan masyarakat dan


(15)

perekonomian Indonesia sebagian besar bercorak agraris, hal ini dapat dilihat dari besarnya besarnya sektor pertanian, terhadap pendapatan nasional dan sebagian penduduk bangsa Indonesia bertempat tinggal di pedesaan. Dalam hal ini bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan penting dalam pembangunan, wajar masyarakat menyerahkan sebagian dari penghasilan pada negara melalui pembayaran pajak ataupun retribusi.

Hakekat otonomi daerah adalah adanya hak penuh untuk mengurus dan menjalankan sendiri apa yang menjadi bagian atau wewenangnya, oleh sebab itu otonomi daerah yang idial adalah membutuhkan keleluasaan dalam segala hal. Otonomi daerah di Indonesia adalah pelimpahan sebagian wewenang pusat ke daerah (Subnational Jurisdictions) untuk mengurus dan menjalankan tugas tugas pemerintahan otonomi darah disini bukan pendelegasian wewenang melainkan pemberian atau pelimpahan wewenang, dengan demikian penerima wewenang berorietas penuh untuk mengatur dan menjalankan sesuai dengan cara masing masing.

Undang undang otonomi daerah menegaskan bahwa dalam rangka melaksanakan azas desentralisasi dibentuk dan disusun oleh daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (Pasal 4 ayat 1 undang-undang no. 22 tahun 1999), sedangkan ekonomi, politik daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, perimbangan lain yang memungkinkan terselanggaranya otonomi daerah (Pasal 5 ayat 1 UU No 22 Tahun !999).


(16)

Dari ketujuh syarat yang dikemukakan pada pasal 5 ayat 1 UU No 22 Tahun 1999 diatas maka faktor kemampuan ekonomi adalah faktor yang paling menentukan bagi pelaksanakan otonomi daerah, karena tanpa adanya faktor kemampuan ekonomi tidak mungin suatu daerah dapat melaksanakan otonomi daerah yang baik. Faktor kemampuan ekonomi disini adalah kemampuan daerah untuk mandiri secara ekonomi yaitu adanya faktor-faktor yang menjadikan daerah bersangkutan mempunyai sumber-sumber keungan dapat menunjang pelaksanaan otonomi daerah.

Berkaitan dengan konsep Pendapatan Asli Daerah menurut studi bank Dunia (Randinelli, 1989; 181) menyatakan pemerintah dapat melaksanakan fungsinya secara efektif apabila diberikan kebebasan dalam mengambil keputusan pengeluaran sektor publik yang harus didukung sumber sumber keuangan yang memadai, baik dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidi, dan bantuan pemerintah pusat.

Pendapat yang relatif sama juga terdapat dalam pasal 2 rancangan peraturan pemerintah tentang keuangan daerah ang menegaskan bahwa “ Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas”.

Selain itu dalam pasal 11 ayat 1 rancangan peraturan pemerintah tersebut ditegasjkan bahwa : “Disamping sumber pembiayaan pada umumnya, pemerintah pemerintah daerah dapat mencari sumber-sumber pendapatan lainya baik pinjaman, penerbitan obligasi, maupun melakukan kerjasama dengan pihak swasta denggan prinsip saling menguntungkan”. Dari uraian diatas menunjukan pada


(17)

daerah diberikan saran untuk mendapatkaan sumber pemasukan keuangan, namun demikian terdapat pembatasan bahwa tidak semua potensi yang ada di daerah dapat dikelola menjadi hak daerah dan untuk dapat mengelola sumber sumber yang menjadi haknya sebaik mungkin, disamping itu daerah mempunyai wewenang untuk menggali potensi lain yang menjadi sumber keuangan sesuai dengan peraturan per undan –undangan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mendalaminya dan menganalisanya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka ada rumusan yang dapat diambil sebagai kajian yang dapat dilakukan. Hal ini dilakukan untuk lebih mempermudah mensistemasikan penulisan skripsi ini. Selain itu rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi ini.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Jumlah Perusahaan Industri terhadap Pendapatan Asli daerah Kab. Simalungun ?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya terhadap terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun?

3. Bagaimana pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan (Domestik dan Luar Negeri) terhadap Pendapatan Asli daerah Kab. Simalungun?


(18)

1.3 Hipotesis

Dari perumusan masalah yang dilakukan diatas, maka penulis melakukan hipotesis sebagai berikut:

1. Jumlah Perusahaan Industri mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

2. Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

3. Jumlah Kunjungan Wisatawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian a) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Perusahaan Industri terhadap pendapatan asli daerah

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya terhadap pendapatan asli daerah.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap pendapatan asli daerah

b) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa.


(19)

2. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non ilmiah penulis dan mahasiswa.

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik. membahas masalah pendapatan asli daerah.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.10 Pendapatan Asli Daerah

Sistem pemerintahan Republik Indonesia menatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan pelaksanaan asa desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonomi sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dirumuskan bahwa :

“Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Pengertian daerah otonom dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat, oleh karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri melalui sumbersumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Jadi agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan


(21)

sebaik-baiknya perlu ada sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan Soedjito yaitu : “Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, kebudayaan dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, seperti yang dikemukakan Syamsi berikut : faktor-faktor tersebut adalah: kemampuan struktural organisasinya, kemampuan aparatur daerah, kemampuan mendorong partisipasi masyarakat dan kemampuan keuangan daerah, diantara faktor-faktor tersebut, faktor keuangan merupakan faktor essensial untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Dikatakan demikian, karena pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab harus didukung dengan tersedianya dana guna pembiayaan pembangunan. Maka daerah otonom diharapkan mempunyai pendapatan sendiri untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya, hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji yang menyatakan : pemerintahan daerah tak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan, keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Pendapat diatas didukung juga oleh D.J. Mamesah : “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki / dikuasai oleh negara atau


(22)

daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan pemberian urusan kepada daerah termasuk sumber keuangannya, maka dalam bunyi pasal 79 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dicantumkan sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas :

a. Pendapatan asli daerah yaitu : 1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

b. Dana Perimbangan c. Pinjaman daerah

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber diluar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah.

Pada uraian terdahulu berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :

a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah


(23)

c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan dan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2.10.1 Pajak Daerah

Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public Investment. Pajak daerah adalah punguttan daerah menurut peraturan yang ditetapakan sebagai badan hukum publik dalam rangka membeiayai rumah tangganya. Denga kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah dan pembangunan daerah hal ini dikemukakan oleh Yasin. Selain itu Davey mengemukakan pendapatnya tentang pajak daerah yaitu :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah sendiri

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapi endapatan tarifnya dilakukan oleh Pemda.

3. Pajak yang dipungut atau ditetapkan oleh Pemda.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi pungutannya kepada, dibagi hasilkan dengan atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemda.

Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 disebutkan bahwa pajak daerah adalah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu iuran wajib yang dilakukan


(24)

oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembengunan daerah. Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang – Undang nomor 18 tahun 1999 disebutkan bahwa jenis pajak daerah yaitu : 1. Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari :

a. Pajak kenderaan bermotor

b. Bea balik nama kenderaan bermotor c. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 2. Jenis pajak dearah Tingkat II terdiri dari : a. Pajak hotel dan restoran

b. Pajak hiburan c. Pajak reklame

d. Pajak penerangan jalan

e. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C. f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Selanjutnya pasal 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak paling tinggi dari masing-masing jenis pajak sebagai berikut :

a. Pajak kenderaan bermotor 5 %

b. Pajak balik nama kenderaan bermotor 10 % c. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 5 % d. Pajak hotel dan restoran 10 %

e. Pajak hiburan 35 % f. Pajak reklame 25 %


(25)

g. Pajak penerangan jalan 10 %

h. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C i. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20 %

Tarif pajak untuk daerah Tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan

penetepannya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II,selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah entang pajak tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan aslidaerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi.

2.10.2 Retribusi Daerah

Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkanprestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Pembayaran retribusi oleh masyarakat menurut Davey adalah :

1. Dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost dari pada pelayanan-pelayanan yang disediakan


(26)

2. Dalam beberapa hal retribusi biasanya harus didasarkan pada kesinambungan harga jasa suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari keuntungan.

Disamping itu menurut Kaho, ada beberapa ciri-ciri retribusi yaitu : 1. Retibusi dipungut oleh negara

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis 3. Adanya kontra prestasi yang secar langsung dapat ditunjuk

4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan / mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

Sedangkan jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada daerah Tingkat II menurut Kaho berikut ini :

1. Uang leges

2. Biaya jalan / jembatan / tol 3. Biaya pangkalan

4. Biaya penambangan 5. Biaya potong hewan

6. Uang muka sewa tanah / bangunan 7. Uang sempadan dan izin bangunan 8. Uang pemakaian tanah milik daerah 9. Biaya penguburan

10. Biaya pengerukan wc 11. Retribusi pelelangan uang 12. Izin perusahaan industri kecil

13. Retribusi pengujian kenderaan bermotor 14. Retribusi jembatan timbang


(27)

15. Retribusi stasiun dan taksi 16. Balai pengobatan

17. Retribusi reklame 18. Sewa pesanggrahan

19. Pengeluaran hasil pertanian, hutan dan laut. 20. Biaya pemeriksaan susu dan lainnya

21. Retribusi tempat rekreasi

Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :

1. Retribusi jasa umum, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi jasa usaha, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

2.10.3 Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Menurut Wayang mengenai perusahaan daerah sebagai berikut :

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat : a. Memberi jasa


(28)

c. Memupuk pendapatan

2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2.10.4 Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari saswa, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangt bergantung pada potensi daerah itu sendiri.


(29)

2.11 Otonomi Daerah

Daerah hukum pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut : pembagian daerah Indonesia atasdaerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang dengan memandang dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa. Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan: Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang. Secara etimologis kata otonomi berasal dari Bahasa Latin, “Autos”yang berarti “sendiri” dan “Nomos” aturan. Amran Muslimin mengatakan otonomi itu termasuk salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk mencapai tujuan. Disamping itu, Ateng Syafruddin mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, penggerakan devaluasi. Otonomi nyata merupakan keleluasaan daerah untuk


(30)

menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang hidup dan berkembang didaerah. Sedang otonomi yang bertanggungjawab maksudnya ialah : berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, adalah berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas meliputi kewenangan lintas kabupaaten dan kota, dan kewenangan dibidang pemerintahan lainnya. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan bertanggungjawab

3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah. 5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonomi karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administratif.


(31)

atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonomi.

7. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

8. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

9. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan. Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu memperhatikan : sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor kemimpinan. Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan otonomi daerah menurut Yosef Riwu Kaho sebagai berikut :

1. Faktor manusia pelaksana yang baik

2. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik 3. Faktor peralatan yang cukup dan baik


(32)

2.12 Pelaksanaan Otonomi Daerah

Sebagaimana diketahui, selama ini khususnya daerah kabupaten banyak bergantung pada pemerintah pusat, karena terbatasnya jumlah dana yang berkaitan dengan sumber dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan ketergantungan pemerintah daerah dalam hal dana bagi penyelenggaraan urusan, maka akan sulit untuk mencapai tujuan otonomi daerah terutama bagi daerah yang kurang berkembang. Hal ini senada dengan pernyataan Pamudji berikut : “Pemerintahan daerah tak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan otonomi daerah menyangkut ekonomi atau keuangan daerah. Dengan kemampuan ekonomi maksudnya adalah adanya kemampuan daerah secara ekonomis artinya dapat menjadikan daerah berdiri sendiri tanpa ketergantungan dengan pusat. Dengan demikian jelas sumber-sumber penerimaan daerah meliputi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah adalah pendapatan asli daerah yang meliputi : hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.13 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangnan ekonomi adalah suatu cara untuk memajukan dan memberikan kesejahteraan bagi masarakat ang merupakan usaha untuk menghilangkansuatu mata rantai dari lingkaran kemiskinan yang dihadapi oleh negara- negara


(33)

berkembang. Sedangkan di dalam pembukaan undang-undang 19945 disebutkan bahwa bangsa bertujuan untuk melidungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa maka sudah sewajarnyalah indonesia melakukan pembangunan yang telah tercermin di dalam GBHN yang anatara lain berisikan tujuan pembangunan nasional dari pembangunan itu sendiri yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan sipiritual berdasarkan pancasila dan dalam wadah kesatuan Republik indonesia yang merdeka berdaulat bersatu dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana kehidupan yang aman serta damai sejahtera dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat tertib dan damai Sebenasrya jika kita menginginkan pengertian pembangunan ekonomi kita akan mengalami sedikit kesulitan karena banyak defenisi tentang pembangunan ekonomi itu sendiri. Dalam hal ini ada baiknya kita tijau pengertian pembangunan ekonomi

Pembangunan iti diartikan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat menigkat dalam jangka panjang. Dari defenisi ini mengandung tiga unsur:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah mengandung unsur unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru 2. Usaha Peningkatan Pendapatan perkapita

3. Berlangsung dalam jangka panjang

Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan pendapatan perkapita suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat namun masalah


(34)

pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masalah sosial dalam ekonomi. Oleh suatu kebijaksanaan pembangunan ekonomi dilaksanakan erlu pertimbangan faktor faktor ang bersifat non-ekonomi, melengkapi analisis yang ditinjau dari sudut ekonomi.

Dalam memahami ekonomi pembangunan perlu dibedakan juga pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi terkadang adanya usaha ntuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP dimana kenaikanya dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperlihatkan aspek pemerataan pendapatan, sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang kenaikan itu telah lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang perubahan dalam strukturekonomi.

Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan tetapi pertumbuhan belum tentu disertai pembanguanan. Pada tingkat permulaan mungkin saja pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan atau sebaliknya. Sehubungan pertumbuhan ekonomi itu pada umumya dikaitkan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang terdapat di negara negara maju dimana struktur ekonominya yang sudah berindustri yang tidak mengalami prubahan struktur lagi sedangakan pembangunan ekonomi berkaitan dengan pekembangan dan kemajuan ekonomi di negara-negara bekembang yang mengalami proses struktural dari keterbelakangan kearah kemajuan dan modernisasi.


(35)

2.14 Pembanguan Ekonomi daerah

Pengertian daerah dari aspek tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah suatu administrasi tertentu seperti satu propinsi kabupaten kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi. Pengertian daerah dari aspek tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi satu negara. Pembangunan daerah merupakan semua kegiatan pembangunan baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk urusan rumah tangga daerah yang meliputi berbagai sumber pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah daerah (APBD) dan yang berasal dari masyarakat luar. Dari penjelasan diatas maka pembangunan daerah dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

Pembanguan yang merupakan dari pemerintah daerah, yaitu pembangunan yang berasal dari PAD. Perencanan, proritas, proyek dan kebijaksanaan dilaksanakan oleh daerah.

Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat tetapi pelaksanaanya oleh pemerintah daerah, misalnya proyek yang dibiayai oleh dana bantuan dari pusat.

Pembanguanan yang menjadi kewajiban pemerintah daerah pelaksanaanya oleh pemerintah pusat tetapi alokasinya berada di daerah. Pembangunan yang merupakan kewajiban pemerintah daerah dibiayai dari sumber APBD (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah). APBD menggambarkan kemampuan daerah


(36)

dalam memobilisasikan potensi keuanganya. Apabila penerimaan dari sumber daerah cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah yang bersangkutan terhadap pemerintah pusat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk mewujudkan suatu lapangan usaha baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tertentu.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan kebijakan pembanguna yang didasarka pada kekasan daerah yang bersanggkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarahkan kita pada pengambilan inisiatif inisiatif yan berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan meransang peningkatan kegiatan ekonomi.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meninkatkan jumalah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah dan masyarakat harus secara bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karana itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Dalam hal pembangunan ekonomi daerah maka, pemerintah daerah juga mengambil beberapa peran sebagai berikut:


(37)

1. Entreprencur

Dalam peranan ini pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan baik sehingga secara ekonomis menguntunkan

2. Koordinator

Fungsi kordinator adalah menetapkan kebijakan atau menghasilkan strategi strategi bagi pembangunan daerahnya. Perluasan dari peranan ini dalam pembangunan ekonomi melibatakan kelompok kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian iformasi ekonomi misalnya tingkat kesempatan kerja, angkatan kerja, pengangguran dan sebagainya.

Dalam perananya sebagai kordinator pemerintah daerah dapat juga melibatakan lembaga lembaga pemerintah lainya, dunia usaha dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi, rencana –rencana dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembanguanan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.

3. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudional(Prilaku atau Budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.

4. Stimulator


(38)

melalui tindakan-tindakan khusus yang akan memepengaruhi perusahaan- perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan- perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industri dan membantu industri kecil melakukan pameran.

2.15 Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Dalam menjalankan pembangunan pemerintah pusat tidak akan berhasil tanpa peran serta pemerintah daerah. Oleh karana itu hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah harus menjamin empat hal, yaitu:

a) Adanya pembagian wewenang yang rasional antara tingkat-tingkat pemerintahan mengenai peningkatan sumber–sumber pendapatan dan penggunaanya.

b) Pemerintahan daerah mendapat yang cukup dari sumber-sumber dana sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi yang lebih baik ( Penyedian dana untuk menutup kebutuhan rutin dan pembangunan)

c) Pembagian yang adil antara pembelanjaan daerah satu dengan yang lainya. d) Pemerintah daerah dalam mengusahakan pendapatan sesuai dengan

pembagian yang adil terhadap keseluruhan beban pengeluaran pemerintah.

Adapun yang menjadi dasar hubungan antara pemerintah pusat dan daerah adalah UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dimanan ditetapkan daerah otonom terbagi atas dua tingkatan yaitu tingkat satu dan tingkat dua. Titik berat daerah otonomi adalah daerah


(39)

tingkat dua yang dikenal pada masa sekarang pemerintah kabupaten /kota. Penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di daerah berdasarkan pada tiga prinsip: Digunakan azas desentralisasi, dekosentrasi, dan tugas pembantuan

Penggunaan azas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten/kota. Azas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan didaerah propinsi, daerah Kabupaten, daerah kota dan desa ( UU No.32 Tahun 2004)

2.16 Hubungan Otonomi daerah Dengan Pembangunan Daerah

Dengan adanya otonomi daerah ini maka diharapkan pembangunan ekonomi maupun pembangunan di bidang lainya, akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan pembangunan suatu daerah itu sendiri yakni bertujuan memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat badani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Akan tetapi tujuan dari otonomi daerah tersebut tidak langsung datang begitu saja. Pembangunan daerah baru akan berjalan kalau sejumlah prasyarat dapat dipenuhi terutama oleh para penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak legislatif dan eksekutif di daerah. Oleh karana itu ada beberapa hal yang diharapkan dapat dikerjakan pemerintah daerah antara lain:

1. Fasilitas

Dalam hal ini pemerintah daerah hendaknya menfasiltasi segala bentuk kegiatan di daerah teruatama di bidang perekonomian. Segala bentuk perizinan hendaklah dipermudah bukan sebaliknya yaitu dengan mencipatkan segala bentuk


(40)

birokrasi yang akan menyulitkan kalangan pengusaha dan investor untuk menanamkan modalnya kedaerah tersebut.

2. Pemerintahan daerah harus kreatif

Pemerintahan daerah berkaitan dengan inisiatif lokal dan untuk berinisiatif diperlukan kreatifitas daripada penyelenggaraan pemerintah. Kreatifitas tersebut menyangkut bagaimana mengalokasikan dana, apakah yang bersumber dari Dana alokasi umum (DAU) atau dari Pendapatan asli daerah (PAD) secara tepat dan proporsional.

Kereatifitas juga menyangkut kapasitas untuk menciptakan keunggulan komperatif bagi daerahnya, sehingga kalangan pemodal akan beramai ramai menanamkan modalnya didaerah tersebut. Kreatifitas juga menyangkut kemampuan untuk menarik Dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah daerah harus mampu menyiapakan program apakah itu program sosial, ekonomi, yang menarik sehingga pemerintah pusat idak ragu memberikan dukunganya.

3. Politik lokal yang stabil

Masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana politik yang kondusif bagi dunia usaha dan pembangunan ekonomi. Orang tidak akan mungkin mau menanamkan modalnya jika suatu daerah situasi politiknya tidak stabil.

Pemerintahan daerah harus menjamin kesinambungan berusaha Adanya kecenderungan yang menghawatirkan berbagai pihak bahwa pemerintah daerah sering kali merusak tatanan yang sudah ada. Apa yang sudah disepakati sebelumnya melalui kontrak dalam negeri atau dengan pihak asing seringkali diancam atau ditinjau kembali, bahkan hendak dinonaktifkan oleh pemerintah


(41)

daerah yang baru dengan alasan otonomi daerah. Kalau sampai membatalkan sebagai kontrak maka implikasi hukumnya aakan besar sekali terutama dalam bisnis dunia internasional. Karana itu pemerintah daerah harus meningkatkan kapasitas aparatnya, khususnya jika berhubungan dengan bisnis internasional.

2.17 Perusahan Industri

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi mengubah barang jadi/ setengah jadi, mengubah barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Perusahan Industri adalah suatu unit yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut

Penggolongan Perusahan Industri terdiri dari sembilan Subsektor yaitu: 1. Sub Sektor Industri Makanan minuman, dan tembakau.

2. Sub Sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.

3. Sub Sektor Industri kayu, bambu, rotan termasuk perabot rumah tangga. 4. Sub Sektor Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan

penerbitan.

5. Sub Sektor Industri kimia dan barang- barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastik.

6. Sub sektor Industri bahan galian bukan logam. 7. Sub sektor Industri barang dari logam dasar.


(42)

8. Sub sektor Industri dari barang dari logam, mesin dan peralatanya. 9. Sub sektor Industri pengolahan lainya.

Disamping pengolongan menurut subsektor diatas, perusahaan industri dapat juga dikelompokan menjadi empat kelompok yang didasari pada jumlah tenaga kerja yang diserap perusahaan yaitu:

1. Perusahaan Industri Rumah Tangga, dengan jumlah pekerja 1-4 orang. 2. Perusahaan Industri Kecil, dengan jumlah pekerja 5-9 orang.

3. Perusahaan Industri Sedang, dengan jumlah pekerja 20-99 orang. 4. perusahaan Industri Besar, dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.

2.18 Parawisata

Pertumbuhan pariwisata sebagai fenomena sosial dan sebagai usaha ekonomi telah berkembang secara dramatis selama setengah abad terakhir di abad dua puluhan. Memasuki milenium ketiga ini ditandai dengan berkembangnya isu

4T (Transportasi, Telekomunikasi, Pariwisatand Teknologi). Dalam hal ini

pariwisata akan berkembang menjadi salah satu industri yang tumbuh dengan dominan di berbagai belahan dunia (Sugiama, Gima A, 2001).Keinginan pengembangan pariwisata di Indonesia terutama didasarkan kepada beberapa faktor antara lain: Pertama, Indonesia mempunyai potensi kepariwisataan yang begitu banyak, sehingga mempunyai peluang yang besar untuk mendatangkan wisatawan, Kedua prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten. Ketiga makin berkurangnya peran minyak dalam menghasilkan devisa. Disamping itu kita ketahui bersama bahwa dalam pembangunan ekonomi di masa lalu menekankan pada pengemangan


(43)

industri yang mengandalkan sumberdaya impor, sehingga melahirkan industri-industri yang memiliki kandungan impor yang relatif tinggi (sekitar 60 – 80 %). Dengan demikian, maka manfaat ekonomi yang dihasilkan industri tersebut juga lebih besar jatuh ke masyarakat luar negeri. Industri pariwisata Indonesia berkembang cukup pesat selama beberapa tahun terakhir. Potensi sumber daya pariwisata Indonesia begitu melimpah, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimum. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menghasilkan devisa.

Berkaitan dengan istilah pariwisata ini terdapat berbagai pandangan yang berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada dari sisi mana mereka memandang dan bagaimana cara pendekatanya. Menurut Goeldner Cs.(2000) parawisata adalah kombinasi aktivitas, pelayanan dan industri yang menghantarkan pengalaman perjalanan: transportasi, akomodasi, usaha makanan dan minimuan, toko, hiburan, fasilitas aktivitas dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi per orangan atau grup yang sedang melakukan perjalanan jauh dari rumah. Di Indonesia istilah pariwisata dimulai pada awal tahun enampuluhan. Istilah ini semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Suharto menyampaikan kata sambutan dalam pertemuan ramah tamah dengan para peserta seminar dan rapat kerja kepariwisataan tanggal 27 Nopember 1982 di istana negara. (Pendit,1994). Untuk menyamakan pemahaman mengenai istilah-istilah danpengertian pariwisata, di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk


(44)

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objekdan daya tarik wisata. Selanjutnya istilah industri yang dikaitkan dengan pariwisata memiliki makna yang auh berbeda dengan istilah industri seecara umum. Dalam pengertian klasik industri diartikan sebagai sekelompok atau kumpulan pabrik yang menghasilkan produk yang sejenis (Kartawan, 2003) dan orang akan membayangkan proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan barang- barang. Sedangkan dalam industri pariwisata yang dihasilkan bukanbarang sejenis, tetapi barang dan pelayanan yang beraneka ragam dengan lebih banyakmenggunakan tenaga manusia. Weaper dan Opperman (2000), menyatakan industri parawisata dapat difenisikan sebagai gabungan aktivitas komersial dan industri yang menghasilkan barang dan jasa secara keseluruhan atau sebagian dikonsumsi oleh turis. Industri pariwisata terdiri dari perusahaan-perusahan antara lain: agen perjalanan wisata, maskapai penerbangan, kereta api, taksi, hotel, penginapan, restoran, rumah makan, kedai makanan/minuman, perusahaan cindera mata, bank, penukaran uang, angkutan di lokasi wisata, sewaan sepeda, pusat pembelanjaan, pengusaha objek wisata. Perusahaan-perusahaan tersebut menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut tidak hanya dalam produk yang dihasilkan, tetapi dalam skala perusahaan, lokasi tempat kedudukan,letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola, dan metodeatau cara pemasarannya ( Youti,1996). Masing-masing perusahaan menghasilkan produk yang berbeda dan


(45)

saling melengkapi yang dinikmati wisatawan dalam suatu paket. Dari begitu beragamnya produk wisata yang dihasilkan usaha pariwisata, pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tujuh komponen utama (7 As) yaitu: daya tarik, fasilitaspenginapan/pemondokkan, fasilitas makanan dan minuman, fasilitas pendukung dan hiburan,fasilitas pengangkutan/transportasi dan prasarana lain (Kartawan, 2000). Sebagai produk jasa, maka produk pariwisata memiliki karakteristik jasa secara umum yaitu tidak tangibel, tidak terpisahkan, beragam,

and perishability (Kotler, Philip, John Bown, James Maken, 1999; Payne, 2000). Dikatakan tidak tangibel karena tidak dapat dilihat, dan dirasakan sebelum produk itu dibeli. Tidak terpisahkan artinya dihasilkan dan digunakan pada saat yang bersamaan dengan perkataan lain tidak dapat dipisahkannya antara produsen dan konsumen. Beragam artinya produknya beraneka ragam, sebab sangat tergantung kepada siapa yang menghasilkannya. Perishability, artinya tidak dapat disimpan untuk dinikmati pada waktu yang akan datang.Sedangkan secara khusus produk pariwisata memiliki karakteristik tidak dapat dipindahkan, peranan perantara tidak diperlukan, tidak dapat ditimbun, tidak memiliki standar, permintaan sangat dipengaruhi oleh musim, calon konsumen tidak dapat mencoba sebelum membeli, sangat tergantung kepada tenaga manusia (Youti, 1996).

Era global ini ditandai dengan adanya perdagangan bebas yang memungkinkan pergerakan barang dari satu negara ke negara yang lain tanpa adanya pembatas. Batas administrasi negara tidak lagi menjadi penghalang untuk berpindahnya barang dan begitu juga orang. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sangat memudahkan orang dari belahan dunia untuk mendapatkan informsi secara cepat dan tepat tentang tempat-tempat yang dapat


(46)

dikunjunginya (Parikesit dan Trisnadi, 1997).Di negara maju kegiatan pariwisata sudah menjadi kebutuhan pokok ke tiga setelah pangan dan papan. Semakin meningkat kemakmuran suatu masyarakat atau bangsa, akan mendorong semakin meningkatnya kebutuhan untuk berwisata (Tambunan, 1999). Hal ini merupakan potensi bagi setiap negara untuk membangun perekonomian melalui pengembangan pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisaa yang pesat pada abad ke-21 ini akan bergeser ke Asia Fasifik yang merupakan kawasan dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia (Ohasi,1998). Sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Fasifik, Indonesia harus mempersiapkan diri menyongsong kondisi tersebut. Secara internal Indonesia memiliki potensi untuk menangkap peluang tersebut (UNDP, 1992) Apabila dilihat dari aspek produk wisata yang dimiliki, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, rasanya sulit untuk mencari tandingannya.

2.18.1 Pengaruh Parawisata terhadap Perekonomian

Pariwisata merupakan suatu sektor yang mempunyai banyak kaitan dengan sektor-sektor lain, sehinggapengembangan sektor pariwisata akan terus memacu perkembangan sektor lainnya (Kartawan, 2002). Oleh karena itu pembangunan pariwisata membawa dampak yang luas terhadap perekonomian di suatu tujuan seperti yang dinyatakan Goeldner cs. (2000): Parawisata adalah usaha ekonomi potensial, dan sebagai pembangkit perekonomian suatu kota, propinsi, kabupaten atau daerah tujuan pengunjung, dari pengeluaran mereka. Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya,yaitu


(47)

keterkaitan ke belakang baik dengan sektor industri maupun dengan sektor pertanian.

Dengan demikian apabila ada seorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu tujuan, maka akan berpengaruh terhadap ekonomi di tujuan tersebut dalam tiga tingkat pengaruh, yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh dorongan (Weaver dan Oppermann, 2000).Pengaruh langsung merupakan pengaruh utama dari kedatangan wisatawan di suatu tujuan, yaitu pembayaran (pengeluaran) wisatawan kepada perusahaan pariwisata di garis depan seperti perusahaan angkutan, penginapan, restoran. Dari pembayaran yang diterima perusahaan yang berada pada garis depan tadi, sebagian penerimaannya ada yang ditabung, dan ada sebagian dibelanjakan kembali dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan. Bagian yang dibelanjakan inilah yang merupakan pengaruh tidak langsung. Dengan perkataan lain pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh yang ditimbulkan akibat pembelian oleh perusahaan yang berada di garism depan kepada perusahaan pemasok dalam perekonomian setempat. Pengaruh dorongan adalah pengaruh lanjutan dari pengaruh tidak langsung, dimana uang yang dibelanjakan perusahaan di garis depan kepada perusahaan pemasok, oleh perusahaan pemasok akan dibelanjakan lagi kepada perusahaan lain, dan seterusnya bergulir kepada perusahaan lainnya. Dalam proses perguliran tersebut, akan timbul sewa bagi faktor produksi tanah, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi tenaga buruh, bunga bagi para kreditur/pemilik modal dan laba bagi para pengusaha, yang merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan pariwisata secara keseluruhan. Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa pembangunan pariwisata


(48)

membawa pengaruh yang sangat luas terhadap perekonomian baik yang bersifat positif, maupun negatif. Pengaruh positif antara lain :memberikan kontribusi terhadap neraca pembayaran, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pemerintah, pemerataan pendapatan, menimbulkan efek penggandaan (Wahab,1992; Goeldner cs.,2000).

2.18.2 Usaha Akomodasi

Usaha Akomodasi adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran. Secara garis besar akomodasi menjadi dua golongan yaitu hotel berbintang dan usaha akomodasi lainya.

2.18.2.1 Hotel Berbintang

Hotel berbintang adalah usaha yang mengunakan suatu bangunan atau sebahagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap dan makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainya dengan pembayaran dan telah memenuhi prasyarat sebagai hotel berbintang yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Parawisata antara lain keadaan fisik, lokasi hotel dan kondisi bangunan, pelayanan yang diberikan, kulifikasi tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan, serta sarana rekreasi atau olah raga yang disediakan seperti lapangan tenis kolam renang dan diskotik. Ciri khusus hotel berbintang adalah mempunyai restoran yang berada langsung dibawah manajemen hotel


(49)

tersebut. Hotel berbintang diklasifikasikan bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4, bintang 5.

2.18.2.2 Usaha Akomodasi Lainya

Usaha akomodasi lainya adalah semua usaha akomodasi yang tidak termasuk hotel berbintang, yang terdiri dari hotel melati, penginapan remaja(youth hostel), pondok wisata, (home stay), perkemahan, dan jasa akomodasi lainya seperti motel, dan lain-lain.

a. Hotel Melati

Hotel melati adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran. Tetapi memenuhi persyaratan sebagai otel berbintang seperti kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Parawisata namun telah memenuhi kriteria sebagai hotel melati seperti yang disyaratkan oleh dinas Parawisata Daerah (Diparda). Hotel melati dibedakan atas melati 1, melati 2, dan Melati 3.

b. Penginapan Remaja

Penginapan remaja adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi para remaja, yang melakukan kegiatan parawisata denagan tujuan rekreasi dan memperluas pengetahuan / pengalaman.

c. Perkemahan

Perkemahan adalah usaha menyediakan tempat penginapan ditempat terbuka dengan menggunakan tenda atau kereta gandenagn bawaan sendiri sebagai tempat Penginapan, termasuk jasa caravan.


(50)

d. Pondok Wisata

Pondok wisata adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi umum yang dilakukan prorangan dengan mengguanakan sebagian dari tempat tinggalnya ( pembayaran harian).

e. Jasa Akomodasi Lainya

Jasa akomodasi lainya adalah usaha penyediaan tempat penginapan yang tidak termasuk dalam kriteria diatas seperti wisma, losmen, dan bungalow.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.8 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian adalah untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah di Kabupaten Simalungun.

3.9 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Selain itu data data lainya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber bacaan, seperti jurnal dan buku bacaan dan situs situs yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data digunakan dalam penelitian ini adalah times series (tahunan), dengan kurun waktu 1989-2006.

3.10 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika. Teknik analisa yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinari Least Square/ OLS).

Adapun fungsi persamaanya sebagai berikut: Y=ƒ (X1, X2, X3

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut:


(52)

Y= α+ ß1X1+ ß 2X2+ß3X3 + µ……….2 Dimana :

Y = Jumlah pendapatan asli daerah ( Rupiah ) α = Intrecept / konstanta

ß1 ß2 ß3 = Koifisien Regresi

X1 = Jumlah Perusahaan Industri ( Unit)

X2 = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya (Unit)

X3 =

1

X Y δδ

Jumlah Kunjungan Wisatawan (Orang)

µ = Error term

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut:

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1

2

X Y δδ

(Jumlah Perusahaan Industri),

maka Y (Jumlah Pendapatan Asli Daerah) mengalami kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2

3

X Y δδ

(Jumlah Hotel Dan Akomodasi

lainya), maka Y (Jumlah Pendapatan Asli Daerah) mengalani kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Jumlah Kunjungan Wisatawan),

maka Y (Jumlah Pendapatan Asli Daerah) mengalani kenaikan, cateris paribus.


(53)

3.11 Metode Analisisi Data

Penulis menggunakan program E-Views 4.1 untuk mengelola data dalam penulisan skripsi ini.

3.12 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.12.1 Koifisien determinasi (R- Square)

Koifisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel variabel independent secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

3.12.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing masing koifisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainya konstan.

Dalam uji t-statistik ini digunakan hipotesis:

H0 : bi = b

Ho : bi = b

Dimana bi adalah koifisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis, dan biasanaya b = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi

(

)

( )

i e i

b S

b b

terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka tingkat kepercayaan tertentu ditolak. Hal ini berarti variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap(signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus :


(54)

Dimana : bi =

3.12.3 Uji f-statistik

koifisien variabel independen ke-1 b = nilai hipotesis nol

Sebi = simpangan baku dari variabel ke-1

Uji f-statistik adalah pengujian yang bertujuan seberapa besar pengaruh koifisisen regresi secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Untuk uji f-statistik digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b2 = 0 H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0

Jika F-hitung > F- tabel, maka Ho

( )

( )

R

( )

n k

k R

− − /− 1

1 / 2 2

ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel independen. Nilai f-hitung dapat diketahui dengan rumus:

F- hitung =

Dimana:

R2 = Koifisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel


(55)

3.13 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.13.1 Uji Multikolineritas

Multikolinerity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel independen. Suatu model regresi linier akan menghasilkan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinerity. Multikolinerity terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

Adanya miltikolinerity ditandai dengan : 1. Standart error tidak terhingga

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10% 3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

4. R2 sangat tinggi.

3.13.2 Uji Durbin-Weston

Digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi antara variabel variabel yang diamati (variabel bebas)

Uji Durbin watson ini dirumuskan sebagai berikut:

D-hitung =

(

)

− −

2 1

et et et

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut : Ho : ρ = berarti tidak ada autokorelasi

Ha : ρ = berarti ada korelasi Bentuk Asumsinya :


(56)

Terima Ha

3.14 Defenisi Operasional

apabila : DW < D

Defenisi operasional (batasan defenisi) bertujuan untuk mengarahkan dan membatasi peneliyian batasan- batasan defenisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Pendapatan asli daerah adalah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber sumber pendapatan asli daerah selama satu tahun di Kabupaten Simalungun.

b) Jumlah perusahaan industri adalah jumlah keseluruhan perusahaan daerah Kab.Simalungun yang melakukan kegiatan ekonomi yaitu menghasilkan barang dan jasa, terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut.

c) Jumlah hotel dan akomodasi lainya adalah jumlah keseluruhan usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran

d) Jumlah kunjungan wisatawan adalah jumlah keseluruhan orang yang sedang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu daerah/negara yang bukan daerah/ negara dimana ia bisa tinggal.(wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara)


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Kondisi Daerah 4.4.1KondisiGeografis

Kabupaten Simalungun terletak antara 02° 36' - 03° 18' Lintang Utara dan 98° 32' - 99° 35' Bujur Timur, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu: kabupaten Serdang Bedagai, kabupaten Karo, kabupaten Tobasa, kabupaten Samosir dan kabupaten Asahan. Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 4.386.6 km2 atau 6.12 % dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara, dan terdiri dari 31 kecamatan, dan 331 desa / nagari.

Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada bulan April dan Mei dengan rata-rata 25.9° C. Rata-rata suhu udara tertinggi pertahun adalah 32.1°dan terendah20.0°C. Kelembaban udara rata-rata per bulan 83.0 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 86 % dan bulan Desember yaitu 86 %, dengan penguapa rata-rata 0.05min/hari. Dalam satu tahun rata-rata terdapat 15 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September dan Oktober sebanyak 24 hari hujan, kemudian bulan Oktober 24 hari hujan. Curah hujan terbanyak pada bulan Oktober sebesar 326 mm lebih rendah dibanding tahun 2004


(58)

4.4.2Kondisi demografi

Berdasarkan angka sensus penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Simalungun berjumlah 788.640 jiwa dengan kepadatan penduduk 191.770 jiwa per km2. sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kab Simalungun pada Tahun 1980 dibanding tahun 1990 adalah sebesar 0,59% dan tahun 1990 dibanding 2000 adalah 0.63 %

Untuk tahun 2006 berdasarkan proyeksi hasil sensus penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Simalungun 841.198 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bandar 66.335 jiwa dengan kepadatan penduduk 607.57jiwa per Km2 , sedangkan penduduk paling sedikit berada di kecamatan Haranggaol Horison 5.755 jiwa. Jumlah Penduduk Paling Padat di Kecamatan Siantar dengan kepadatan 766.99 jiwa per Km2 sedangkan kecamatan yang kepadatan penduduk terkecil terdapat di kecamatan 72.97 jiwa per Km2.


(59)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Number of Population by tpe of age group and sex

NO Kelompok

Umur

LakiLaki Perempuan Jumlah

1 0-4 44.418 41.796 86.214

2 5-9 47.951 45.142 93.093

3 10-14 51.394 48.281 99.675

4 15-19 48.117 45.109 93.226

5 20-24 38.635 35.253 73.888

6 25-29 29.729 29.353 59.145

7 30-34 29.825 30.320 60.145

8 35-39 26.143 28.927 55.070

9 40-44 26.376 28.185 54.561

10 45-49 22.178 23.195 45.373

11 50-54 18.371 18.150 36.521

12 55-59 10.626 11.897 22.523

13 60-64 10.381 11.744 22.105

14 65-69 6.590 7.814 14.404

15 70-74 5.098 6.689 11.787

16 >75 5.734 7.734 13.468

Jumlah 421.609 419.589 841.198

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kab. Simalungun per jenis kelamin lebih banyak laki laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk laki laki sebesar 421.609 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 419.589 jiwa.

Jumlah penduduk Kab. Simalungun mayoritas bersuku Batak 48.30%, Jawa 47,33%, Minang 0,46%, Melayu 0,43%, Aceh 0,14%, Cina 0,06%, Lainya 2,18 %. Agama yang dianut penduduk Kab Simalungun 57,40 % menganut


(60)

agama Islam, menganut Katolik 5,18%, Protestan 36,95%, Hindu 0,023%, Budha 0,28%, lainya 0.14%

Jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun sebanyak 31 kecamatan, terdiri dari 302 desa / nagari dan 21 kelurahan, dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kebupaten antara 12 km s.d. 97 km. Dari 323 desa (nagari) kelurahan di kabupaten Simalungun sebanyak 259 desa (nagari)/kelurahan merupakan desa swasembada dan 64 desa swakarsa.


(61)

Tabel 4.2

Luas Daerah Menurut Kecamatan Area of sub regency

No Kecamatan/sub Rigenci Luas/area Km2 RasioTerhadap Jumlah

1

Silimakuta 77.500 0.02

2

Pematang Silima kuta 68.200 0.02

3

Purba 172.000 0.04

4

Haranggaol Horison 34.500 0.01

5

Dolok Pardamean 99.450 0.02

6

Sidamanik 83.560 0.02

7

Pematang Silimakuta 125.190 0.03

8

GirsangSimpanganBolon 123.000 0.03

9

Tanah Jawa 213.950 0.05

10

Hattonduhan 275.800 0.06

11

Dolok Panribuan 154.300 0.04

12

Jorlang Hataran 92.250 0.02

13

Panei 72.300 0.02

14

Panombeian Panei 82.200 0.02

15

Raya 335.600 0.08

16

Dolok Silau 288.450 0.07

17

Silau Kahean 220.500 0.05

18

Raya Kahean 226.250 0.05

19

Tapian Dolok 116.900 0.03

20

Dolok Batu Nanggar 126.100 0.03

21

Siantar 79.110 0.02

22

Gunung Malela 108.970 0.02

23

Gunung Maligas 58.520 0.01

24

Huta Bayu Raja 156.130 0.04

25

Jawa Maraja Bah Jambi 73.720 0.02

26

Pematang Bandar 95.000 0.02

27

Bandar Huluan 102.350 0.02

28

Bandar 109.180 0.02

29

Bandar Masilam 97.720 0.02

30

Bosar Maligas 294.400 0.07

31

Ujung Padang 223.500 0.05

31 Simalungun 4.386.60 1.00


(62)

4.4.3Kondisi Sosial Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di kabupaten Simalungun untuk tingkat SD

s.d. SLTA baik negeri maupun swasta berjumlah 1.130 sekolah. Di tingkat SD jumlah sekolah negeri sebanyak 838 buah dan sekolah swasta 77 buah, dengan jumlah guru sebanyak 6.564 orang dengan rasio murid terhadap guru sebesar 17, sedangkan untuk swasta SD jumlah guru 532 orang dengan rasio murid terhadap guru yang lebih tinggi dibandingkan dengan SD negeri yakni sebesar 22.1. Pada tingkat SLTP jumlah sekolah negeri sebanyak 48 sekolah, dengan jumlah guru untuk SLTP negeri sebanayk 1.602 orang dan SLTP sawasta sebanyak 1.208

Kesehatan

Sarana yang tersedia seperti rumah sakit baik oleh pemerintah, swasta maupun perkebunan jumlah hanya 7 buah dimana terdapat 1(satu) RS Pemerintah, 3 (tiga) RS Swasta, 2(dua) RS Perkebunan. Sarana kesehatan untuk tingkat kecamatan seperti puskesmas terdapat di seluruh kecamatan dengan jumlah 33 buah. Sementara tenaga medis yang ada seperti dokter umum berjumlah 58 orang, dokter spesialis sebanyak 1 orang dan dokter gigi sebanyak 23 orang. Dalam bidang Keluarga Berencana, terlihat bahwa perkembangan PUS dan akseptor aktif terus meningkat yang ditandai dengan jumlah akseptor baru yang mencapai 21.487 orang. Sebagian besar akseptor baru tersebut menggunakan alat kontrasepsi pil KB sebesar 30.264 akseptor, kemudian suntikan 24.434 akseptor dan MOP/MOW952 akseptor.


(63)

4.4.4Kondisi Ekonomi

Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dapat terjadi akibat perbedaan besaar laju pertumbuhan masing masing sektor ekonomi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kontribusi masing masing sektor terhadap total PDRB itu sendiri. Di Kabupaten Simalungun, peranan sektor pertanian dan industri masih menjadi kontributor utama dalam menggeraakan perekonomian daerah ini, dimana sekitar 74% lebih perekonomian kabupaten ini digerakan oleh kedua sektor tersebut. Sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 54,77% terhadap total PDRB 2006, adalah sebesar 25,79% merupakan sumbangan pertanian tanaman bahan makanan dan 24,41% dari sub sektor perkebunan. Semantara sektor industri yang memberikan sumbangan sebesar 18,86% terhadap total PDRB adalah dominan menggunakan bahan baku dari pertanian itu sendiri. Peranan sektor jasa-jasa dalam pembentukan PDRB Kab. Simalungun boleh dikatakan relatif tinggi dan cenderung meningkat dari tahu ke tahun. Terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Kontribusi sektor usaha terhadap PDRB Kab Simalungun Atas dasar harga berlaku 2006

No Sektor usaha Kontribusi ( % )

1 Pertanian 54,77%

2 Industri 18,86%

3 Jasa Jasa 10,04%

4 Perdagangan 8,44%

5 Angkutan Dan Komunikasi 3,39%

6 Bangunan 1,69%

7 Bank dan Lembaga keuangan 0,67%

8 Listrik,Gas dan Air Bersih 0,66

9 Penggalian 0,48%


(64)

Terlihat pada tabel diatas bahwa sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi sebesar 10,04% adalah sebagian besar dari sumbangan subsektor administrasi pemerintahan yaitu sebesar 8,59%. Hal tersebut dapat dipahami oleh luas wilayah Kabupaten Simalungun yang terdiri dari 31 kecamatan sehingga dalam melayani publik membutuhkan aparatur pemerintah yang relatif banyak.

4.5 Indikator Ekonomi

4.5.1Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Simalungun

Ekonomi adalah aktivitas produksi, konsumsi dan distribusi. Oleh karena ekonomi sangat terkait dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahtraanya, baik kemampuan untuk berproduksi atau mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan.

Mengingat keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan dan kemakmuran bahkan kesejahteraan dengan aspek ekonomi, maka aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai tingkat kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap total APBD. Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah dapat terwujud.


(65)

Pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun pada tahun 2006 adalah sebesar 18.213.451.900 (Tabel 4.4), ini berarti PAD Kabupaten Simalungun terus meningkat mulai dari tahun 1998 sampai 2006. Antara tahun 1996 dan 1997 terjadi penurunan PAD Kab. Siamalungun, antara tahun 1993 sampi dengan tahun 1996 terjadi peningkatan pendapatan asli daerah, penurunan dan peningkatan PAD terjadi karana perubahan sumber-sumber pendapatan asli daerah.

Tabel 4.4

Tabel Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun

Tahun

No PAD

1989

1 1.791.000.000

1990

2 1.124.000.000

1991

3 1.305.000.000

1992

4 2.135.000.000

1993

5 1.954.000.000

1994

6 2.241.000.000

1995

7 3.322.000.000

1996

8 4.298.000.000

1997

9 4.490.000.000

1998

10 3.424.000.000

1999

11 5.011.000.000

2000

12 5.123.000.000

2001

13 11.781.000.000

2002

14 14.219.000.000

2003

15 15.185.000.000

2004

16 16.346.000.000

2005

17 18.510.000.000

2006

18 26.213.000.000

Sumber BPS Sumatera Utara

Dalam era otonomi diharapakn pemerintah daerah mampu menggali potensi- potensi yang didapat daerahnya. sehinngga tidak lagi tergantung kepada


(66)

(DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) semakin berkurang dan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil dilakasanakan.

Dalam Rangka meningkatakan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi, maka sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal tentu saja dalm koridor peraturan perundan-undangan yayng berlaku termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang utama. Berikut sumber-sumber PAD kab. Simalungun tahun 2006.

No

Tabel 4.5

Perkembangan Sumber-Sumber PAD Kab. Simalungun Tahun 2005-2006

Sumber Penerimaan Realisasi Tahun (2005)

Realisasi (2006) 1 Pajak daerah 10.086.744.000 9.616.761.000 2 Retribusi daerah 3.197.432.000 4.911.781.000 3 Hasil peusahaan

daerah

1.975.307.000 3.723.387.000 4 Pendapatan daerah

yang sah lainya

3.250.517.000 7.961.071.000 5 Jumlah 18.510.000.000 26.213.000.000

Sumber: BPS Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjuukan bahwa sumber sumber pendapatan asli daerah (PAD) untuk Kab. Simalungun tahun 2005-2006 yaitu pajak daerah dan retribusi daerah mengalami peningkatan walaupun peningkatanya relatif kecil. Hanya sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah menurun dari Rp10,086 miliar menjadi Rp9,616 miliar dan hal


(67)

ini berarti secara umum sumber-sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan.

4.5.2Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Simalungun

Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel (SE06-SS) yang dilakukan BPS Kabupaten Simalungun, teradpat sebanyak 56 perusahaan kategori industri besar sedang. Jumlah ini meningkat sebesar 1,82% dibanding tahun 2005.


(1)

4.6.5 Uji Asumsi Klasik 4.6.5.1Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel independen. Suatu model regresi linier akan menghasilkan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolineritas. Multikolineritas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa R2 cukup tinggi yaitu: 0,91 koifisien dari variabel-variabel bebasnya jumlah perusahaan industri (X1), jumlah hotel dan akomodasi lainya (X2) dan jumlah kunjungan wisatawan (X3) semuana signifikan sehingga tidak beralasan menyatakan ada multikolneritas.

Tabel 4.13 Correlation Matrix

JPI JHA JKW

JPI 1.000000 -0.890769 0.674670

JHA -0.890769 1.000000 -0.923776

JKW 0.674670 -0.923776 1.000000

Disamping itu matriks korelasi antara variabel bebas tidak tinggi seperti kita lihat pada tabel 4.11 antara variabel bebas jumlah perusahaan industri (JPI), dengan jumlah hotel dan akomodasi lainya (JHA) mempunyai korelasi sebesar -0,89 korelasi ini terbilang sangat lemah, antara jumlah perusahaan industri (JPI) dengan jumlah kunjungan wisatawan (JKW) mempunyai korelasi sebesar 0,67


(2)

korelasi ini terbilang lemah sedangkan korelasi antara jumlah hotel dan akomodasi lainya (JHA) dengan jumlah kunjungan wisatawan (JKW) hanya sebesar-0,92, sehingga tidak ada alasan untuk menduga bahwa antara variabel bebas telah terjadi multikolinieritas.

4.6.5.2Uji Durbin-watson

Digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi antara variabel variabel yang diamati (variabel bebas)

Hipotesa :

Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0 berarti ada autokorelasi

Bentuk Asumsinya :

Terima Ho apabila : dU < DW< 4-dU Terima Ha apabila : DW < D

Berdasarkan hasil output program eviews diperoleh D-W hitung sebesar 1,72 sementara nilai tabel

yang diperoleh yaitu: α = 5 %, n = 18 ; k” = 3

dL = 0,93 4-dU = 4-1,69 = 2,31 dU = 1,69

DW Stat = 1,72

Dilihat dari hasil perhitungan diatas maka asumsi yang kita terima adalah : dU< DW < 4-dU atau 1,69<1,72<2,31 berarti terima Ho artinya: tidak ada


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil uraian dan analisis yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dari apa yang telah dijelaskan serta akan memberikan beberapa saran untuk masukan bagi para pengambil kebijakan:

5.1 Kesimpulan

1 Perkembangan PAD Kabupaten Simalungun menunjukan tanda yang terus meningkat dari tahun 1999 samapi dengan tahun 2006 yakni, Rp 5,011 Miliar pada tahun1999 dan Rp 26,213 Miliar pada tahun 2006 dengan rata-rata peningkatan Rp14,28 % pertahun, namum pada tahun sebelum tahun 1999 terjadi penurunan PAD Kabupaten Simalungun yakni tahun 1990 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 59,34% dan meningkat kembali tahun 1991 dan tahun 1992 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 1993 sebesar 9,26% dari tahun sebelumnya dan kembali mengalamu peningkatan tahun 1994 samapai 1997 dan tahun 1998 turun kembali sebesar 31,13% dan terus mengalami kenaikan dari tahun 1998-2006.

2 Jumlah perusahaan industri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli Kab. Simalungun

3 Jumlah hotel dan akomodasi lainya berpengaruh terhadap positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kab.Siamlungun

4 Jumlah kunjungan wisatawan ( domestik dan luar negeri) berpengaruh positif dan signifikan dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kab.Simalungun.


(4)

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kab. Simalungun meskipun persentasenya kecil yakni dibawah 30%, namun sudah cukup berarti dan menggairahkan bagi pelaku parawisata, masyarakat serta pemerintah Kab. Simalungun.

5.2 Saran

Secara Keseluruhan bahwa perusahaan industri, hotel dan akomodasi lainya, dan wisatawan (domestik dan luar negeri) mampu mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun. Ini berarti bahwa Pembangunan daerah tersebut harus lebih baik dan dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat menyejahterakan masyarakat Kabupaten Simalungun pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Untuk meningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun, Pembangunan terhadap sektor sektor utama perlu terus dilanjutkan dengan memberdayakan masyarakat setempat. Disamping itu juga dijalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada dengan menerapkan kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat serat mengundang investor baru kedaerah Kabupaten Simalungun.


(5)

Daftar Pustaka

Icshan, Moch.,dkk., Administrasi Keuangan Daerah: Pengelolaan dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Deerah (APBD) Danar Wijaya Malang 1997.

Kristadi JB, “ Masalah Sekitar peningkatan Pendapatan Asli Daerah”, Alumni, Bandung, 1986

Abdulrrahman, Beberapa pemikiran tentang otonomi daerah, msp, Jakarta 1987 Darumurti, Krisnha, D, Otonomi daerah Perkembangan Pemikiran dan Pelaksanaan, Citra aditya Bakti, Bandung 2000.

Mardiasmo, Otonomi dan manajemen Keuangan daerah Dejan, Anto, Pengantar Statistik, Jilid I LP3ES, Jakarta 1995. Biro Pusat Statistik Sumatera Utara, “Simalungun Dalam Angka”

J. Supranto, Ekonometri Buku kedua, GAHLIA INDONESIA,Anggota IKAPI, Jakarta 2004

Nachrowi Djalal, Msc., Mphil., AppSc., PhD, Pendekatan Populer daan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Iniversitas Sumatera Utara.

Undang undang Otonomi Daerah 1999(UU No. 22, 25 dan 28 Tahun 1999) Dilengkapi Juklak Otonomi Daerah 2001. Citra Umbaran, Bandung 2001

Undang –undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 Tentang perubahan undang undang no 18tahun 1997 Tentang Pajak Dan Retribusi Daerah. Mutiara Sumber Widya, Jakarta 2001.


(6)

Lampiran Tabel

Jumlah PAD, Jumlah Perusahaan Industri, Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya, Jumlah Kunjungan Wisatawan

Tahun PAD JPI JHA JKW

1989 1.791.000.000 35 97

56.530

1990 1.124.000.000 37 96

55.129

1991 1.305.000.000 38 99

59.121

1992 2.135.000.000 40 97

60.317

1993 1.954.000.000 39 96

58.540

1994 2.241.000.000 42 95

59.801

1995 3.322.000.000 43 95

62.123

1996 4.298.000.000 46 96

65.876

1997 4.490.000.000 47 93

69.322

1998 3.424.000.000 47 69

58.456

1999 5.011.000.000 48 53

74.987

2000 5.123.000.000 48 54

75.390

2001 11.781.000.000 50 52

78.342

2002 14.219.000.000 53 52

79.234

2003 15.185.000.000 54 52

80.893

2004 16.346.000.000 54 52

83.512

2005 18.510.000.000 55 43

84.617

2006 27.213.000.000 56 43

109.833

Source: Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara

PAD = Jumlah PAD Kab. Simalungun

JPI = Jumlah Perusahaan Industri di Kab. Simalungun

JHA = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya di Kab. Simalungun

JKW = Jumlah Kunjungan Wisatawan( Domestik dan Luar negeri) ke Kab. Simalungun


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 0 13

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pati Tahun 1993 - 2013.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLATEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLAEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PATI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Pati Tahun 1990 – 2012.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Boyolali tahun 1990 – 2009.

0 0 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PATI TAHUN 1982-2007 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati Tahun 1982-2007.

0 0 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PATI TAHUN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati Tahun 1982-2007.

0 1 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN JOMBANG.

0 0 106