e. Setiap pelanggaran terhadap kewajiban negara netral dan belligerent yang
dilakukan oleh pihak satu terhadap pihak yang lain merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum internasional.
67
C. Hak dan Kewajiban Negara Netral Menurut Hukum Humaniter
Negara netral merupakan negara yang membatasi diri jika ada suatu negara yang terlibat dalam konflik bersenjata, dan jauh dari permusuhan. Negara
netral juga tidak dibenarkan untuk memberi bantuan amunisi persenjataan bagi negara yang sedang mengalami konflik bersenjata. Selain itu negara netral juga
memiliki hak dan kewajiban yang dipandang dari segi hukum internasional. Yang
menjadi hak dari negara netral yaitu :
1. Bebas dari pelanggaran wilayah
2. Berhak untuk dilibatkan dalam perang
3. Menerima asas netral yang tidak memihak
4. Bebas dari intervensi dalam bidang komersial hingga batas sanksi
ekonomi yang ditentukan oleh hukum internasional Sedangkan kewajiban dari negara-negara netral antara lain berupa :
1. Bersikap tidak memihak.
2. Tidak memihak dalam perang
3. Mempertahankan diri tehadap semua usaha yang mengancam
netralitasnya.
67
“Sebagaimana dimuat dari” https:nurindahutami.wordpress.comcategoryhukum-
internasional , diakses pada tanggal 23 April 2015
Universitas Sumatera Utara
4. Menahan diri untuk tidak memberikan bantuan kepada pihak yang
berperang. 5.
Menolak pemakaian wilayahnya oleh pihak yang berperang 6.
Mengizinkan negara yang berperang untuk terlibat dalam kegiatan komersial hingga batas yang ditentukan oleh hukum internasional
. Pengaturan hukum humaniter tentang hak dan kewajiban negara-negara
netral tercantum dalam Konvensi Den Haag ke V dan XIII 1907. Masing-masing
Konvensi ini membahas tentang hak dan kewajiban negara netral dalam perang di darat dan hak dan kewajiban negara-negara netral dalam perang dilaut. Dalam
Konvensi Den Haag V menjelaskan bahwa ketentuan terpenting hukum kenetralan terdapat dalam pasal 1 konvensi Den Haag V yang berisakan :
Wilayah negara netral tidak boleh diganggu-gugat. The territory neutral powers is inviolable
.
68
Sebagai komplemen atau pelengkap dari ketentuan tersebut, dalam pasal 5 dinyatakan bahwa negara wajib mencegah dilakukannya perbuatan konvensi, yang
dilakukan oleh belligerent. Dengan adanya ketentuan tersebut maka harus dilakukan ketentuan-ketentuan berikut.
1. Negara netral harus menggunakan segala daya upaya untuk mencegah
serangan ke wilayah negara netral yang akan dilakukan oleh belligerent. Hal ini biasanya dilakukan dengan jalan mengadakan mobilisasi pada
permulaan perang dan kemudian dengan memperkuat pertahanan didaerah perbatasan.
68
KGHP Haryomataram
,Op cit
, hlm 225
Universitas Sumatera Utara
2. Maksud negara netral untuk mencegah masuknya pasukan belligerent
kedalam wilayahnya, agar negara netral tidak perlu berbuat lebih dalam mengatasi belligerent jika pasukan yang dimiliki negara netral
diperkirakan tidak mampu menahan belligerent, negara netral juga tidak harus dibenarkan mencari bantuan apabila negara netral benar-benar tidak
mampu mencegah pelanggaran terhadap wilayahnya, negara netral tersebut tidak dapat dipersalahkan jika gagal melindungi wilayahnya
tersebut. 3.
Negara netral tidak dianggap bersalah karena tidak melakukan perlawanan terhadap serbuan belligerent apabila negara netral beranggapan bahwa
perlawanan semacam itu tidak akan menjadi sia-sia. Dalam perang dunia kedua, negara Denmark tidak melakukan aksi serangan balik pada saat
negara Jerman menyerbu wilayah negara Denmark.
69
Kemudian akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban negara netral tentang perang dilaut, hal ini menjelaskan bahwa hukum kenetralan untuk perang
dilaut diatur dalam konvensi Den Haag XIII 1907, akan tetapi konvensi tersebut, belum sepenuhnya membahas hal ini. Masih ada dokumen lainnya yang mengatur
masalah ini, yaitu Declaration of paris, 1856. Menurut Gerhard von Glahn, deklarasi ini berisikan ketentuan sebagai berikut :
69
Ibid
, hlm 226
Universitas Sumatera Utara
1. It was established that a blockade had to be effective and not merely a
paper blockade in order to be legally binding .
2. It was decided that a neutral flag covered an enemy’s goods with the
exception of contraband of war .
3. It was asserted that neutral goods were immune from seizure on enemy
ships .
70
Sama halnya dengan perang didarat, dalam perang dilaut wilayah laut negara netral juga tidak boleh diganggu oleh belligerent. Sebagai akibat dari ketentuan
ini, akan dilarang bagi kapal-kapal perang belligerent untuk melakukan semua tindakan permusuhan all hositle acts termasuk didalamnya penagkapan dan hak
memriksa right of search pada perairan teritorial negara negara netral Pasal 2. Kemudian pada Pasal 10 ditentukan bahwa lewatnya kapal perang
belligerent didaerah perairan negara netral ini tidak dapat diartikan sebagai
pelanggaran kenetralan. Namun demikian, setiap negara netral mempunyai hak untuk melarang kapal perang belligerent melewati perairan teritorialnya. Dalam
hal ini akan diuraikan secara singkat tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelabuhan netral, kontraband, blokade, terutama blokade dalam masa perang
hostile blockade.
71
1 Pelabuhan netral neutral ports
Berdasarkan ketentuan yang belaku, negara netral mempunyai hak yang mutlak absolute right untuk menolak masuknya semua kapal perang
belligerent dalam pelabuhannya. Akan tetapi, apabila kapal-kapal
70
Ibid
, hlm 231
71
Ibid,
hlm 232
Universitas Sumatera Utara
demikian diizinkan masuk, negara tersebut berhak untuk mengaturnya. Apabila negara netral mengizinkan masuknya kapal perang, waktu
kunjungan itu harus terbatas. Waktu yang diberikan umumnya tidak melebihi 24 jam. Apabila pada saat terjadi perang ada kapal belligerent
yang masih tetap ada dipelabuhan negara netral, kapal tersebut harus diberi tahu agar dalam 24 jam kapal tersebut harus meniggalkan
pelabuhan. Jika dalam pelabuhan tersebut ada beberapa kapal perang dari kedua pihak yang berperang, antara keberangkatan kapal perang tersebut
diberikan selisih waktu 24 jam. 2
Kontraband – contraband Kontraband ini merupakan salah satu masalah yang disengketakan dalam
hukum internasional. Sulit sekali untuk menentukan pa yang dianggap sebagai contraband of war. Namun para ahli sependapat bahwa masalah
kontraban mencakup dua hal, yaitu: a.
Sifat barang yang dipersoalkan b.
Barang tersebut ditunjukan kepada musuh. Selanjutnya para ahli juga sepakat bahwa ada tiga golongan
kontraban, yaitu : a.
Kontraban mutlak absolute contraband yaitu barang-barang yang berguna untuk perang, senjata atau alat perang lainnya
b. Kontraban bersyarat conditional contraband, yaitu barang-barang
yang berguna baik untuk perang maupun untuk masa damai.
Universitas Sumatera Utara
c. Bukan kontraban, yaitu barang-barang yang tidak berguna untuk
perang.
72
Pada umumnya permulaan perang, negara-negara membuat daftar barang- barang yang termasuk golongan kontraban mutlak, dan golongan
kontraban bersyarat. Dengan dilaksanakan gagasan “nation in arms”, semakin banyak barang yang dimasukkan dalam daftar kontraban
bersyarat, sedangkan banyak barang yang semula masuk kategori kontraban bersyarat dipindahkan ke golongan kontraban mutlak. Batasan
absolute atau conditional contraband dapat ditemukan dalam declaration
concerning the law as of Naval War . Pasal 22 memuat daftar barang-
barang yang termasuk absolute contraband, sedangkan Pasal 24 berisi barang-barang yang tergolong conditional contraband. Ketentuan yang
yang berhubungn dengan kontraban yang terdapat dalam Deklarasi Paris 1856, dan Deklarasi London tahun 1909.
3 Blokade dalam Masa PerangHositle Blokade
Ketentuan-ketentuan tentang blokade ini terdapat dalam Deklarasi London-1909, Pasal 1-21. Disimpulkan bahwa hostile blockade ini
ditunjukan kepada semua kapal dagang, dan semua muatan, tidak perduli sifat atau kebangsaannya, yang berusaha untuk masuk atau meninggalkan
wilayah yang dinyatakan sdang diblokade. Agar dapat dianggap sah, blokade harus memenuhi persyaratan :
72
Ibid
, hlm 234
Universitas Sumatera Utara
a. Adanya pernyataan declaration, yaitu pemberitahuan kepada
semua negara netral akan adanya blokade itu. b.
Blokade harus efektif. Harus dijelaskan bahwa deklarasi itu hanya dapat dikeluarkan oleh
pemerintah pihak berperang atau pejabat angkatan laut yang khusus diberi wewenag untuk itu. Dalam deklarasi harus dicantumkan :
a. Tanggal dimulai blokade
b. Batas-batas georafis dari wilayah yang diblokade
c. Waktu yang diberikan kepada kapal netral untuk meninggalkan
wilayah yang diblokade. Kapal negara netral yang ditangkap karena mencoba menerobos blokade,
baik pada waktu masuk atau keluar wilayah tersebut, tidak boleh dihancurkan, tetapi harus dibawa pelabuhan terdekat dari negara yang
menangkap. Pasal 18 Deklarasi London 1909 melarang blokade dari pelabuhan dan pantai negara netral. Sedang Pasal 1 menentukan bahwa
blokade harus tidak jauh dari luar pelabuhan dan jika jauh dari luar pantai tersebut akan diduduki musuh. Pasal 2 menetukan bahwa efektif berarti
belligerent menyediakan cukup kekuatan sehingga benar-benar dapat
mencegah kapal masuk ke wilayah pantai musuh.
73
Berdasarkan uraian diatas negara netral memiliki hak dan kewajiban didarat dan laut dan masing masing hak dan kewajiban tesebut memiliki ketentuan
yang berbeda. Hak tesebut wilayah negara netral sendiri tidak boleh diserang
73
Ibid
, hlm 237
Universitas Sumatera Utara
sedangkan kewajibannya Mempertahankan diri tehadap semua usaha yang mengancam netralitasnya dan harus bersikap tidak memihak jika ada negara lain
yang sedang terjadi gencatan bersenjata.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEDUDUKAN SWISS SEBAGAI NEGARA NETRAL DALAM