netral atau netralitas positif. Netralitas tetap adalah negara yang
netralitasnya dijamin
dan dilindungi
oleh perjanjian-perjanjian
internasional seperti Swiss dan Austria, sedangkan netralitas sewaktu- waktu
adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak negara itu sendiri self imposed yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia
misalnya, selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik dengan blok kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang,
Swedia selalu menyatakan dirinya netral yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia tidak diatur oleh
perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang sewaktu-waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang
dingin, Swedia dan juga Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985. Selanjutnya adapula politik netral atau netral
positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut
bukan saja tidak meihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran
dan usul penyelesaian atas masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan terpeliharanya
perdamaian dalam masyarakat internasional.
B. Sejarah Paham Kenetralan dan Dasar-Dasar Kenetralan.
Negara netral adalah suatu negara yang kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu perjanjian bersama negara-negara
Universitas Sumatera Utara
besar the Great Powers. Negara ini tidak akan pernah berperang melawan negara lain, kecuali untuk pertahanan diri, dan tidak akan pernah mengadakan
perjanjian aliansi yang dapat menimbulkan peperangan. Untuk menjaga kenetralannya maka wilayah negara tidak dapat dijadikan sebagai wilayah yang
dapat dilintasi oleh para pihak yang sedang bersengketa. Netralisme atau kebijakan netral adalah posisi kebijakan luar negeri dimana negara bermaksud
untuk tetap netral dalam perang di masa depan. Sebuah negara berdaulat yang berhak untuk menjadi agresif jika diserang oleh pihak perang dalam kondisi netral
bersenjata.
63
Menurut Edwin Reischauer, Untuk menjadi negara netral, setiap negara harus siap untuk menjadi sangat militeristik, seperti Swiss, Swedia dan
Austria. Namun, negara-negara lainnya seperti Kosta Rika-telah menyatakan bahwa tidak memiliki tentara akan memperkuat netralitas mereka dan stabilitas
demokrasi. Demikian pula bila para pihak yang bersengketa mengirim suatu peralatan
militer seperti amunisi dan peralatan lainnya, maka hal itu tidak boleh melalui suatu negara netral. Pasal 2 Konvensi V Den Haag. Lalu hal ini dapat di uraikan
secara lebih luas lagi, dari pembahasan diatas dapat terurai bahwa sesuatu negara
yang dikatakan netral apabila negara tersebut tidak turut dalam suatu perang yang dilakukan oleh bebrapa negara lain sehingga tidak ada keharusan bagi negara
netral tersebut untuk membantu salah-satu pihak. Kenetralan merupakan sikap tidak berpihak impartial yang diambil oleh negara ketiga terhadap negara yang
berperang. Sikap netral ini diakui dan diatur dalam hukum internasional, yaitu
63
KGPH Haryomataram
Op cit
hlm 217
Universitas Sumatera Utara
dalam hukum kenetralan La ws Of Neutrality. Dalam suatu peperangan antara negara dengan negara lain akan mengambil sikap netral atau akan turut berperang,
hal ini bukan lah merupakan persoalan hukum internasional, melainkan persoalan politik Internasional. Sebagai negara yang berdaulat maka setiap negara bebas
untuk menetukan sikapnya sendiri. Jika negara tersebut sudah terikat oleh suatu perjanjian, kebebasan itu akan tidak ada lagi. Namun pada umumnya apabila
suatu negara sudah memutuskan akan bersikap netral, hal ini dinyatakan dalam suatu proklamasi.
64
Ketentuan tentang hak dan kewajiban negara netral di atur dalam :
1. Konvensi Den Haag V 1907 : Konvensi menghormati hak dan kewajiban
kekuasaan netralitas dan orang-orang dalam kasus perang di darat. 2.
Konvensi Den Haag XIII 1907 : Konvensi mengenai hak dan kewajiban kekuasaan netralitas dalam perang angkatan laut.
Disamping itu, dalam Konvensi Jenewa IV 1949 ada juga beberapa ketentuan soal kenetralan dan perlindungan negara atau perlindungan korban peperangan.
Pengertian netral timbul pada abad ke -17, yaitu dengan disebutnya pengertian tersebut oleh Grotius dalam bukunya La w of War and Peace.
65
Dalam buku tersebut, Grotius mebagi dua prinsip, prinsip tersebut yakni :
1 Negara netral tidak boleh berbuat sesuatu yang dapat memperkuat
belligerent yang berperang bedasar “un-just cause”, sedangkan negara
netral tidak boleh menghalangi gerakan pemberontak belligerent yang alasan perangnya adalah “just”
64
Ibid
, hlm 218
Universitas Sumatera Utara
2 Apabila sulit untuk menentukan atau tidaknya berperang, negara netral
harus memperlakukan pihak berperang secara sama.
Dalam abad ke-18 ada perkembangan baru, yaitu dengan munculya dua ahli hukum internasional yang juga membahas masalah kenetralan, yaitu
Bynkershoek dan Vattel. ME. Menurut mereka, kenetralan itu mengandung dua pengertian yaitu sebagai berikut :
1. Negara netral berkewajiban untuk tidak memihak .
2. Pihak berperang harus menghormati wilayah negara netral.
Dalam abad ke -19, kenetralan mendapat perkembangan yang pesat, antara lain disebabkan karena :
1. Sikap netral Amerika dalam perang Napoleon 1793-1818
2. Netralisasi dari Swiss dan Belgia
3. Declaration of paris 1856, yang antara lain memuat asas-asas :
a . Free ships, Free goods
b. Barang netral dalam kapal musuh tidak boleh di sita
c. Blokade harus efektif
Sebuah negara yang netral dalam suatu peperangan tertentu adalah negara berdaulat yang secara resmi menyatakan dirinya netral terhadap pihak yang
berperang. Sebuah negara non - agresif tidak perlu bersikap netral. kekuatan netral adalah negara berdaulat yang terikat oleh perjanjian internasional untuk bersikap
netral terhadap pihak yang berperang dan semua perang yang akan terjadi di masa depan. Sebuah contoh dari kekuatan permanen negara netral adalah Swiss.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan yang harus di patuhi oleh negara netral yaitu dilarang membantu negara yang sedang berperang seperti:
a Dilarang mengirimkan alat perang
b Dilarang memebrikan pinjaman
c Dilarang memberikan perlindungan kepada anggota angkatan perang yang
masuk dalam wilayah negara netral. d
Harus mencegah negara yang sedang berperang.
66
Berdasarkan pada saat perang dunia pertama dan kedua, ternyata bahwa paham atau sikap netral sudah tidak begitu cocok lagi dengan perkembangan
zaman. Sikap netral ternyata dapat membahayakan atau lebih berbahaya dari pada status pihak yang sedang bersengketa dalam pertikaian konflik bersenjata.
Kemudian dalam Dasar-dasar kenetralan ada beberapa alasan dasar kenetralan, berikut alasannya:
1. Kenetralan dapat membantu melokalisasi perang, maksud dari alasan ini
adalah wilayah negara netral harus dihormati oleh belligerent. Dengan adanya ketentuan tersebut, apabila dalam suatu perang negara yang tidak
tersangkut menyatakan diri netral, perang hanya akan terbatas di daerah pihak berperang saja. Dengan demikian, perang tidak akan meluas ke
daerah-daerah lain. 2.
Sikap netral memberikan kemungkinan kepada suatu negara untuk tetap diluar suatu perang, dengan adanya kemungkinan untuk bersikap netral
dalam suatu perang, negara yang tidak mempunyai kepentingan dengan
66
Ibid,
hlm 227
Universitas Sumatera Utara
perang itu tidak lagi seolah-olah dipaksa untuk turut berperang. Adanya alternatif lain, yaitu sikap netral, disamping menjadi belligerent, yang
diharapkan akan menjadi pendorong untuk tidak turut serta berperang. 3.
Mengatur Hubungan Hukum antar Negara yang Berperang dengan Negara Netral, hukum kenetralan mengatur hubungan antara pihak-pihak yang
sedang berperang dengan negara netral. Dengan demikian semakin sempurnanya hukum kenetralan, status negara netral juga semakin
terjamin. Alasan yang dijelaskan di atas, dapat diterima dengan rasio, dalam praktinya
ternyata mengalami kegagalan. Hal ini terbukti, baik dalam Perang Dunia Pertama maupun dalam Perang Dunia Kedua. Menurut Schwarzenberger, hukum
kenetralan mengenal lima basic rules, yaitu : a.
Negara netral tidak boleh memihak dalam suatu perang, dan dilarang membantu pihak-pihak berperang. Negara netral harus bersikap tidak
memihak dalam hubungannya dengan pihak yang berperang. b.
Negara netral harus mencegah jangan smapai wilayah dipakai sebagai pangkalan operasi oleh pihak-pihak berperang.
c. Suatu negara, yang tidak turut serta dalam berperang, harus dihormati hak-
haknya sebagai negara netral oleh pihak-pihak berperang. d.
Negara netral, berbeda dengan negara yang dinetralkan, dapat mengubah statusnya dari netral menjadi pihak yang ikut serta dalam perang. Status
netralnya hanya berlaku dalam perang saja.
Universitas Sumatera Utara
e. Setiap pelanggaran terhadap kewajiban negara netral dan belligerent yang
dilakukan oleh pihak satu terhadap pihak yang lain merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum internasional.
67
C. Hak dan Kewajiban Negara Netral Menurut Hukum Humaniter