BAB III KEDUDUKAN NEGARA NETRAL DALAM HUKUM HUMANITER
INTERNASIONAL
A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Negara
Negara merupakan subyek hukum yang terpenting par excellence dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya.
54
Sebagai subyek hukum internasional negara memiliki hak-hak dan kewajiban menurut hukum
internasional. Beberapa sarjana berpendapat bahwa arti negara yakni dalam bentuk batasandefenisi atau kriterianya saja. J.L. Brierly memberi batasan negara
ini sebagai suatu lembaga institution, yaitu suatu wadah dimana manusia mencapai tujuan-tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
55
Sedangkan Fenwick mendefinisikan negara sebagai suatu masyarakat politik yang diorganisir secara tetap, menduduki suatu daerah tertentu. Defenisi yang lebih
lengkap dikemukakan oleh Henry C. Black yaitu negara sebagai sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh
ketentuan hukum yang melalui pemerintahannya, mampu menjalankan bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu menyatakan perang dan damai serta
54
Lihat lebih lanjut tentang
subyek-subyek hukum internasional
dalam, antara lain : Mochtar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung, Binacipta, 1981, hlm. 89: Hans Kelsen,
General Theory of Law and state, Cambridge: Harvard U.P, 1949, hlm 181 membahas negara secara khusus
55
J.L.Brierly,
The Law of Nations
, Oxford: Clarendon Press, 5th.ed.,1954, hlm.118.
Universitas Sumatera Utara
mampu menyatakan perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional lainnya.
56
Kemudian negara juga mempunyai beberapa Unsur-unsur yang terdiri dari yakni :
a Harus ada rakyat yang permanen. Adapun yang dimaksud dengan rakyat
yaitu sekumpulan manusia yang hidup bersama pada suatu tempat tertentu sehingga merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diatur oleh suatu
tertib hukum nasional. Sekumpulan manusia ini mungkin saja berasal dari keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang berbeda dan
memiliki kelompok kepentingan yang saling bertentangan.
57
b Harus ada wilayah dan daerah yang tetap, dimana rakyat tersebut menetap.
Rakyat yang hidup berkelahiran dari suatu daerah kedaerah lain a wandering people
bukan termasuk dalam unsur ini. Tetapi tidak terlalu penting jika daerah yang dialami secara tetap itu besar atau kecil. Dapat
saja wilayah tersebut hanya terdiri dari satu kota saja, sebagaimana halnya dengan suatu negara kota. Untuk menjadi negara tidaklah perlu memiliki
wilayah yang tetap atau memiliki batas-batas negara yang tidak sedang dalam sengketa. Sebagai contoh, sejak merdeka hingga kini, RI masih
memiliki batas-batas wilayah laut yang belum jelas, bahkan menjadi sengketa pada pengadilan internasional.
c Harus ada pemerintah, yaitu seorang atau beberapa orang yang mewakili
rakyat, dan memerintah menurut hukum negaranya. Suatu masyarakat
56
Henry Campbell Black, Black’s L
aw Dictionary
, St. Paul Minn, West Publishing Comp, 1979, hlm 1262.
57
Hans Kelsen,
Op.cit
, hlm 185
Universitas Sumatera Utara
yang anarchis bukan termasuk negara. Bengt Broms menyebut kriteria ini sebagai “organized government” pemerintahan yang terorganisir. Bentuk
pemerintahan yang berlaku atau diterapkan sepenuhnya bergantung pada setiap rakyatnya. Dalam hal ini Lauterpacht sebagai para ahli
mengemukakan bahwa adanya Unsur ini, yakni pemerintah, merupakan syarat utama untuk adanya suatu negara, jika pemerintah tersebut ternyata
kemudian secara hukum atau secara faktanya menjadi negara boneka atau negara satelit atau sebagai negara lainnya, maka negara tersebut tidak
dapat digolongkan sebagai negara. d
Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain. Untuk unsur ini Oppenheim-
Lauterpacht menggunakan kalimat “pemerintah itu harus berdaulat” souvereign. Yang dimaksud dengan pemerintah yang
berdaulat yaitu kekuasaan yang tertinggi yang merdeka dari pengaruh suatu dari kekuasaan lain di muka bumi. Kedaulatan arti sempit berarti
kemerdekaan sepenuhnya baik dalam maupun luar batas negeri. Dalam suau Negara ada juga bentuk bentuk Negara. Dunia didiami oleh
lebih dari 190 Negara. Dimana hukum internasional semua Negara tersebut sama, baik itu Negara besar maupun Negara kecil, kaya atau miskin, kuat atau lemah,
masing-masing Negara adalah subjek hukum internasional dengan hak-hak dan kewajiban yang dimilikinya. Akan tetapi tidak, semua Negara di dunia
mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan ini menyebabkan pula perbedaan bentuk pelaksanaan hubungan internasional masing-masing negara. Bagaimana
bentuk suatu negara adalah urusan negara itu sendiri. Hukum internasional tidak
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hak atau wewenang untuk ikut menentukan bentuk suatu Negara. Suatu Negara memilih bentuk Negaranya sesuai dengan aspirasinya sendiri,
Karena Negara-negara melakukan kegiatan satu sama lain, Hukum Internasional perlu mengetahui bagaimana suatu Negara melaksanakan kegiatan luar negerinya
Untuk memudahkan pengkajiannya, hukum internasional mengelompokkan negara dalam berbagai bentuk :
1. Negara Kesatuan Unitary States
Bentuk negara kesatuan yakni suatu negara yang memiliki suatu pemerintah yang bertanggung jawab mengatur seluruh wilayahnya. Salah
satu bentuk Negara ini adalah Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, dan juga Singapura. Undang-undang dasar Negara kesatuan memberikan keuasaan
penuh kepada pemerintahan pusat untuk melaksanakan kegiatan hubungan luar negeri. Bentuk Negara semacam ini biasanya tidak menimbulkan
kesulitan dalam hubungan internasional.
58
2. Negara yang bergantung Dependent States
Negara yang bergantung kepada negara-negara lain baik karena adanya pengawasan dari negara lainnya, adanya perjanjian, adanya pesetujuan
untuk menyerahkan hubungan luar negeri kepada negara lain atau karena adanya pendudukan sebagai akibat perang. Negara seperti ini tidak selalu
bergantung dari segi keamanan pertahanan, politik, administratif, tapi juga dari segi ekonomi, bebrapa kasus yang tampak dari ketergantungan seperti
58
R.C. Hingorani,
Modern International Law
, India, Oceana Publications, 1984, hlm 36
Universitas Sumatera Utara
ini yaitu “Jerman” seusai perang dunia II. Adapun ciri-ciri “ Dependent States
”
59
ini yaitu : a
Tidak adanya sifat kenegaraan, terutama kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
b Yurisdiksi dan pemerintahannya berada pada negara lain.
c Kekuasaan negerinya ada pada perwakilan negara lain
d Adanya campur tangan dari negara lain secara politik
e Merupakan subyek hukum dari ciri khusus a legal person of a
special type yang dapat muncul dalam masyarakat Internasional hanya untuk maksud tertentu saja.
f Suatu negara yang tidak “merdeka” untuk melaksanakan suatu
tindakan-tindakan tertentu oleh organ-organnya
60
3. Negara Federal
Negara federal adalah gabungan sejumlah negara yang dinamakan negara- negara bagian yang datur oleh suatu undang-undang dasar yang membagi
wewenang antara pemerintah federal dan negara-negara bagiannya. Perlu dicatat bahwa negara-negara bagian ini tidak selalu mempunyai nama
yang sama. Di Kanada, negara bagian bernama provinsi seperti juga halnya dengan Afrika Selatan dan Argentina.
61
Di Swiss, namnya canton ataulander. Bentuk dasar dari negara federal ini yaitu bahwa wewenang
terhadap urusan dalam negeri dibagi menurut konstitusi antara pejabat-
59
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hlm 43.
60
Ibid
, hlm 55
61
Michael Akehurst,
A Modern Introduction to International Law
, George Allen and Unwin, 1970, hlm 54.
Universitas Sumatera Utara
pejabat federal dan anggota-anggotanya federasi. Sedangkan urusan negerinya biasanya dipegang oleh pemerintah federal pusat. Untuk lebih
jelas mengenai pengertian federasi ini, baik kiranya untuk memeriksa batasan yang diberikan oleh Brierly, yakni :
“ A union of states in which the control of the external relations of all the member states has been permanently surrenderd to a
central government so that the only state which exist for International purposes is the state formed by the union
” Karena hukum internasional hanya menyinggung negara-negara yang
mampu melasanakan hubungan-hubungan internasional, dikarenakan negara federal ini dianggap sebagai suatu negara sebagai subyek hukum
internasional, tetapi untuk anggota-anggota negara dari federasi ini tidak dianggap sebagai negara dalam arti sesungguhnya.
62
Sistem federal yang cukup merepotkan ialah apa yang terjadi dengan Kanada. Kebijaksanaan
Provinsi Quebec yang membuat persetujuan-persetujuan kebudayaan dengan Perancis dan negara-negara Afrika Francophone sering
menimbulkan ketegangan antara pemerintah federal Kanada dengan negara bagian tersebut. Bulan Maret 1986, Kanada meutuskan hubungan
diplomatik dengan Gabon yang mengadakan hubungan langsung dengan Quebec tanpa melalui pemerintah federal. Akhirnya, dengan segala
keengganan pemerintah federal Kanada memberikan kewenangan kepada propinsi Quebec untuk membuat persetujuan-persetujuan kebudayaan
62
Huala Adolf,
Op cit
, hlm 24
Universitas Sumatera Utara
dengan negara-negara francophoe tersebut. Negara federal juga dapat menjadi pecah seperti Uni Soviet pada tanggal 31 Desember 1991 dan
juga yugoslavia di tahun yang sama. 4.
Negara-Negara Anggota Persemakmuran Commonwealth Bentuk bentuk negara yang tergolong kedalam persemakmuran
dilatarbelakangi oleh adanya adanya proses dekolonisasi pada negara negara tersebut. Proses dikolonisasi ini dapat terjadi karena 2
kemungkinan pertama, negara tersebut merdeka penuh, berdaulat dan ‘terpisah’ dari negara yang pernah mendudukinya. Sedangkan yang kedua
yaitu negara tersebut bukanlah jalan yang terbaik. Untuk negara negara ini kekuasaan untuk mengatur urusan dalam negerinya tetap berada pada
kekuasaanya, namun urusan-urusan luar negeri dari pertahanan diserahkan kepada negara induknya. Lalu negara anggota Commonwealth ini
berdaulat penuh sebagai suatu negara menurut hukum internasional. negara
anggota Commonwealth
dalam mengadakan
hubungan internasional dengan negara-negara lainnya pun kekuasaanya tidak
terbatas. Negara negara persemakmuran ini ini memiliki sebuah Sekretariat yang dibentuk pada tahun 1965 dan berkedudukan di London.
5. Negara Netral
Negara-negara netral adalah negara yang membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi dalam masyarakat
internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah dibedakan pengertian netralitas tetap dan netralitas sewaktu-waktu, politik
Universitas Sumatera Utara
netral atau netralitas positif. Netralitas tetap adalah negara yang
netralitasnya dijamin
dan dilindungi
oleh perjanjian-perjanjian
internasional seperti Swiss dan Austria, sedangkan netralitas sewaktu- waktu
adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak negara itu sendiri self imposed yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia
misalnya, selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik dengan blok kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang,
Swedia selalu menyatakan dirinya netral yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia tidak diatur oleh
perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang sewaktu-waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang
dingin, Swedia dan juga Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985. Selanjutnya adapula politik netral atau netral
positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut
bukan saja tidak meihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran
dan usul penyelesaian atas masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan terpeliharanya
perdamaian dalam masyarakat internasional.
B. Sejarah Paham Kenetralan dan Dasar-Dasar Kenetralan.