Analisis Determinan Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG DI

PASAR PETISAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Regina R. Tarigan 060501006

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRACT

This research analyzes the determinant of Seller’s Revenue in Pasar Petisah Medan. The aim of this research is to see how the determinant of Seller’s Revenue influence on the Seller’s Revenue itself, with the dependent variable is Seller’s Revenue (Y) and the independent variables are Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3). This research uses cross section data with 360 sellers as population and 78 sellers are taken as sample and it uses Ordinary Least Square method in estimating the result of this research.

The result shows that all the independent variables are influencing significantly on the dependent variable with the R² = 0,520596 or 52,06 in percent, and the rest 47,94 percent influenced by other variables (µ = error term).

Independent variables,they are Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3), influence overall on the dependent variable Revenue (Y), proved by Overall Test with confident interval 99%.

Based on the Partial Test known that each of the independent variables has positive affect on the independent variable with confident interval 99%.

Keywords: Seller’s Revenue (Y), Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3)


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis Determinan Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana determinan itu mempengaruhi pendapatan pedagang, dengan variabel terikatnya adalah Pendapatan(Y) dan variabel bebasnya adalah Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3). Penelitian ini menggunakan data primer atau data lapangan dengan jumlah populasi sebanyak 360 pedagang dan jumlah sampel penelitian sebanyak 78 sampel. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Dari hasil menunujukkan bahwa variabel bebas yaitu Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya dengan R² = 0,520596 atau 52,06% dan sisanya 47,94% dipengaruhi oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Variabel bebas Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3) memberikan pengaruh terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) secara bersama-sama, terbukti dari F-hitung lebih besar dari F-tabel (26,78615 > 4,088) pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t) diketahui bahwa variabel Modal (X1) dan Jumlah Tenaga Kerja (X2) berpengaruh positif terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) dan variabel Lama Usaha (X3) berpengaruh negatif terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

Kata kunci: Pendapatan Pedagang (Y), Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3).


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan penyertaan-Nya setiap saat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban penulis yang harus diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Strata-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: “Analisis Determinan Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah

Medan”.

Secara khusus skripsi ini penulis mempersembahkan buat kedua orangtua tercinta, Ayahanda S. Tarigan dan Ibunda R. Sinaga serta Adik Joel Abram Tarigan. Terima kasih buat segala dukungan doa, semangat, dan nasehat yang telah kalian berikan hingga skripsi ini terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik dalam dukungan doa, moril dan materil terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec. & Bapak Irsyad Lubis SE, M.Soc, Sc, PhD, selaku Ketua & Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Rahmad Sumanjaya M.Si., selaku dosen pembimbing saya yang telah membimbing saya dan memberikan banyak masukan, perhatian dan kemudahan bagi saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Rujiman MA., selaku dosen pembanding saya yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Arifin Siregar M.Sp., selaku dosen pembanding saya yang juga telah

banyak memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar penulis selama masa perkuliahan.

7. PT G.K.K.S. yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dan seluruh responden yaitu pedagang Pasar Petisah Medan yang telah meluangkan waktu membantu penulis mendapatkan data yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terkasih d’BC Elida Simanjuntak, Christine Siburian, Vina Tambunan dan juga the special one, sahabat jiwa, Prima Jaya Sembiring, buat cinta, semangat, doa dan dukungan yang penulis terima yang memang sangat


(5)

penulis butuhkan dan yang membuat penulis bersemangat untuk menjalani perkuliahan selama ini.

9. Sahabat-sahabat terkasih KK Jesus Holic Marianim, Lestari, Yuni, Novia buat doa, semangat dan dukungan yang diberikan bagi penulis.

10. Teman-teman EP 06 terkhusus Irman, Valen, Sandi, Albert, Julia, Devi, Vera, Mona, buat kebersamaan selama ini dan menjadi penguat bagi penulis dan juga seluruh teman-teman EP 06 yang tidak bisa dituliskan namanya satu per satu. Semoga sukses menjadi bagian kita!!

11. Seluruh teman-teman penulis dimanapun berada yang selalu memberi doa dan semangat lewat sms dan facebook.

12. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan maupun saran yang positif dan membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang memerlukan.

Medan, Maret 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT……….i

KATA PENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI………..iv

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………...viii

BAB I PENDAHULUAN……….1

1. 1 Latar Belakang...1

1. 2 Perumusan Masalah………..5

1. 3 Hipotesa………...6

1. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………6

BAB II URAIAN TEORITIS………...8

2. 1 Usaha Kecil dan Menengah……….8

2. 1. 1 Peranan UKM………....11

2. 1. 2 Tantangan, Kendala dan Peluang Usaha………...12

2. 1. 3 Pengembangan UKM………14

2. 2 Pendapatan……….15

2. 3 Modal……….17

2. 4 Tenaga Kerja………..18

2. 5 Lama Usaha………....21

BAB III METODE PENELITIAN……….23

3. 1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian………...23

3. 2 Populasi dan Sampel………..23

3. 3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data……….24

3. 4 Pengolahan Data………25

3. 5 Analisis Data………..25

3. 6 Test of Goodness of Fit……….26

3. 6. 1 Koefisien Determinasi ( R² )……….26

3. 6. 2 Uji t (Partial test)………..27


(7)

3. 7 Uji Asumsi Klasik………..29

3. 7. 1 Uji Normalitas………...29

3. 7. 2 Uji Linieritas……….30

3. 7. 3 Uji Multikolinearitas……….30

3. 7. 4 Uji Heteroskedastisitas……….31

3. 8 Defenisi Operasional………..32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………33

4. 1 Deskripsi Daerah Penelitian………...33

4. 1. 1 Gambaran Umum Kota Medan dan Kecamatan Medan Petisah………..33

4. 1. 2 Gambaran Singkat PT GKKS (Gunung Karya Kencana Sentosa)………35

4. 1. 3 Potensi Ekonomi………...35

4. 2 Karakteristik Responden………37

a. Distribusi Usia Responden..……….…37

b. Distribusi Pendidikan Responden………38

c. Jumlah Tanggungan Keluarga………..39

4. 3 Interpretasi Data……….39

4. 4 Test of Goodness of Fit………..42

4. 4. 1 Analisis Koefisien Determinasi (R²)……….42

4. 4. 2 Uji t-statistik………..42

4. 4. 3 Uji F-statistik……….45

4. 5 Uji Asumsi Klasik………..47

4. 5 .1 Uji Normalitas………...47

4. 5. 2 Uji Linieritas……….48

4. 5. 3 Uji Multikolinearitas……….49

4. 5. 4 Uji Heteroskedastisitas……….50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….52

5. 1 Kesimpulan………52

5. 2 Saran………..53

DAFTAR PUSTAKA………..55


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1 Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan

Medan Petisah Tahun 2007………34 2 Jumlah penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan penduduk

per km² dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2007………35 3 Banyaknya Perusahaan/Usaha menurut Kategori dan

Skala Usaha (unit)………..36 4 Banyaknya Perusahaan Industri Besar, Sedang, Kecil dan

Rumah Tangga menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2007………36 5 Usia Responden di Pasar Petisah Medan………...38 6 Tingkat Pendidikan Responden di Pasar Petisah Medan…...38 7 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Pasar


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Kurva Uji t-statistik………28 3.2 Kurva Uji F-statistik………...29 4.1 Uji t-statistik pada variabel X1 (Modal Usaha)………..43 4.2 Uji t-statistik pada variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja)…….44 4.3 Uji t-statistik pada variabel X3 (Lama Usaha)………...45 4.4 Uji F-statistik………..46


(10)

ABSTRACT

This research analyzes the determinant of Seller’s Revenue in Pasar Petisah Medan. The aim of this research is to see how the determinant of Seller’s Revenue influence on the Seller’s Revenue itself, with the dependent variable is Seller’s Revenue (Y) and the independent variables are Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3). This research uses cross section data with 360 sellers as population and 78 sellers are taken as sample and it uses Ordinary Least Square method in estimating the result of this research.

The result shows that all the independent variables are influencing significantly on the dependent variable with the R² = 0,520596 or 52,06 in percent, and the rest 47,94 percent influenced by other variables (µ = error term).

Independent variables,they are Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3), influence overall on the dependent variable Revenue (Y), proved by Overall Test with confident interval 99%.

Based on the Partial Test known that each of the independent variables has positive affect on the independent variable with confident interval 99%.

Keywords: Seller’s Revenue (Y), Capital (X1), Labors (X2), and The Age of that Enteprise (X3)


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis Determinan Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana determinan itu mempengaruhi pendapatan pedagang, dengan variabel terikatnya adalah Pendapatan(Y) dan variabel bebasnya adalah Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3). Penelitian ini menggunakan data primer atau data lapangan dengan jumlah populasi sebanyak 360 pedagang dan jumlah sampel penelitian sebanyak 78 sampel. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Dari hasil menunujukkan bahwa variabel bebas yaitu Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya dengan R² = 0,520596 atau 52,06% dan sisanya 47,94% dipengaruhi oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Variabel bebas Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3) memberikan pengaruh terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) secara bersama-sama, terbukti dari F-hitung lebih besar dari F-tabel (26,78615 > 4,088) pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t) diketahui bahwa variabel Modal (X1) dan Jumlah Tenaga Kerja (X2) berpengaruh positif terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) dan variabel Lama Usaha (X3) berpengaruh negatif terhadap variabel terikat Pendapatan (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

Kata kunci: Pendapatan Pedagang (Y), Modal (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Lama Usaha (X3).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semangat baru dunia yang menggeluti usaha kecil dan menengah (SME) telah berketetapan hati untuk menjadikan UKM sebagai motor pertumbuhan ekonomi di masa depan. Pernyataan ini paling tidak telah menjadi kesadaran baru bagi kalangan pelaku UKM di kawasan Asia Pacific sebagai mana mereka kemukakan di depan para Menteri yang membidangi UKM forum APEC yang bertemu dikota Christchurch New Zealand tahun 1999. Pengalaman, keyakinan dan harapan inilah yang kemudian menggelora menjadi semangat yang terus didengungkan hingga saat ini.

Di Indonesia harapan serupa juga sering kita dengarkan, karena pengalaman yang mengejutkan ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998 usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan memainkan fungsi penyelamatan dibeberapa sub-sektor kegiatan.

Peran penting tersebut telah mendorong Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Di berbagai daerah di Indonesia, UKM merupakan sektor usaha yang dikelola sebagian besar masyarakat dan merupakan basis usaha rakyat. Harus diakui, banyak peran yang bisa diberikan dan dimainkan UKM dalam mendorong percepatan pembangunan di sebuah daerah, bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat kita. Fakta ini didukung survei yang dilakukan Badan Pusat Statitistik. Sebelum krisis moneter, jumlah pengusaha kecil dan menengah


(13)

di Indonesia mencapai 41,36 juta atau sekitar 99,85 % dari total pengusaha di Indonesia. Dari jumlah itu, UKM sanggup menyedot tenaga kerja 76,54 juta orang atau 99,45 %, sehingga mampu memberikan sumbangan 54,74 % terhadap pendapatan domestik bruto (PDB), 19 % terhadap total ekspor, dan 2-4 % menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. Setelah krisis moneter, angka-angka itu terutama jumlah pengusaha kecil dan menengah, tidak banyak berubah. Padahal, kita tahu tidak sedikit UKM yang tidak mampu bertahan, tapi jumlah yang gugur itu berbanding sama dengan UKM yang baru berdiri (batampos.co.id).

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan suatu subyek yang penting dalam analisa kebijakan pemerintah Indonesia, yang didasari oleh beberapa alasan (Hill, 2001). Pertama, UMKM di negara manapun memainkan suatu peran yang sangat penting di dalam pembangunan ekonomi. Mereka secara khas mempekerjakan 60% atau lebih banyak lapangan kerja industri dan menghasilkan sampai separuh output. Kedua, UMKM merupakan sarana untuk mempromosikan bisnis pribumi. Ketiga, tidak bisa diasumsikan bahwa jenis kebijakan yang sama yang dikeluarkan untuk industri besar akan berlaku bagi UMKM. UMKM menunjukkan suatu konsentrasi aktivitas khusus dalam industri. Mereka biasanya memperlihatkan suatu konsentrasi yang lebih sedikit di sekitar pusat kota dibandingkan dengan perusahaan besar. Hanya sebagian kecil UMKM yang dimiliki oleh orang asing (atau pemerintah) dan hanya sedikit yang berorientasi ekspor, paling tidak ekspor langsung. Keempat, pengalaman internasional menyatakan bahwa sektor UMKM kondusif bagi pertumbuhan industri yang cepat dan merupakan struktur industri yang fleksibel.


(14)

Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua, akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris. Keempat, masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Kelima, dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama.

Oleh karena itu, peran pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami UKM ini sangatlah penting. Pemerintah dalam hal ini berperan menciptakan sistem ekonomi pasar yang sehat sehingga setiap pelaku, baik yang kecil maupun yang besar, mempunyai akses dan dasar bersaing yang sama (Rachbini, 2001). Upaya lain yakni dalam aspek pendanaan. Pemerintah telah dan akan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk: (a) memperluas sumber pendanaan, (b) meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan, (c) memberikan kemudahan dalam pendanaan. Dalam aspek


(15)

pendanaan ini, pemerintah menyediakan berbagai skim kredit perbankan untuk koperasi dan usaha kecil antara lain seperti Kredit Usaha Kecil (KUK) (Prawirokusumo, 2001).

Kota Medan adalah salah satu Daerah Tingkat II yang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar (Wikipedia bahasa Indonesia).

Pembangunan ekonomi Kota Medan merupakan bagian integral dan upaya pembangunan nasional yang harus dilaksanakan dan diselaraskan secara terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Pembangunan ekonomi Kota Medan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006, diantaranya dengan menempatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada posisi yang strategis untuk mempercepat perubahan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, serta sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Pengembangan UMKM merupakan langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja, mengurangi kesenjangan dan kemiskinan, mempercepat pemulihan ekonomi, serta memperkuat landasan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.


(16)

Kota Medan terbagi dalam 21 kecamatan, salah satunya adalah Medan Petisah yang memiliki pasar tradisional yakni Pasar Petisah yang merupakan salah satu pasar yang paling banyak diminati masyarakat sebagai tempat berbelanja. Di tengah banyak dan maraknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan yang modern, Pasar Petisah tetap berdiri dan bergairah. Bahkan Pasar Petisah yang baru (Pasar Petisah Tahap II) sudah dibangun dan sudah beroperasi beberapa tahun terakhir ini, yang berarti bahwa dengan dibangunnya pasar baru ini maka penyerapan tenaga kerja pun akan semakin besar.

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkat judul ” Analisis

Determinan Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan ”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang pemilihan judul diatas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana pengaruh modal usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan ?

2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan ?

3. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan ?


(17)

1.3Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa:

1. Modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan, ceteris paribus.

2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan, ceteris paribus.

3. Lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan, ceteris paribus.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

• Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan.


(18)

• Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai pemenuhan kewajiban bagi penulis dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

3. Memberikan gambaran, informasi dan tambahan wawasan mengenai pendapatan pedagang di Pasar Petisah, Medan.

4. Sebagai bahan studi, referensi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya Depatemen Ekonomi Penbangunan USU yang ingin melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.


(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil dan menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat bertahan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan. Untuk itu, pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah, guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi negara. Untuk dpat memberikan gambaran tentang usaha kecil dan menengah, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi usaha kecil dan usaha menengah.

Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-Undang (UU) memberikan definisi usaha kecil menengah (UKM). Adapun defenisi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan.

2. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s/d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memilki tenaga kerja 20 s/d 99 orang.

3. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau


(20)

badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) tediri dari:

1). Badan usaha (Fa, CV, PT, dan Koperasi) dan

2). Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)

• Milik warga negara Indonesia

• Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. • Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sedangkan usaha menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil, biasanya mempunyai aset Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan omset tahunan Rp 50.000.000.000. Selain itu,


(21)

berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 250.KMK.04/1995, tanggal 2 Juni 1995, perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang penjualan bersih setahun tidak melebihi Rp 5.000.000.000.

5. Menurut UU No.20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

• Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

• Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).


(22)

2.1.1 Peranan UKM

Tidak dapat dipungkiri bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Demikian halnya dengan Indonesia, sejak diterpa badai krisis finansial pada tahun 1997/98 silam, masih banyak UKM-UKM yang hingga saat ini masih mampu bertahan. Meskipun mereka sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan, namun dengan semangat dan jiwa entrepreneur yang kuat maka mereka secara perlahan-lahan mampu bangkit dari keterpurukan. Hal inilah yang membedakan antara usaha-usaha sekelas UKM dengan usaha-usaha besar, meskipun penghasilan yang diperoleh lebih besar namun resiko yang bakal dihadapi juga semakin besar juga.

Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut:

a. Inovasi dalam terknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.

d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

UKM-UKM yang ada memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah


(23)

tangga. UKM memang mempunyai fleksibilitas yang lebih besar daripada USB (unit skala besar), antara lain karena dalam USB pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan kaku. Bagi orang-orang yang kreatif dan inovatif, hal demikian kurang menarik dan terdapat kecenderungan mendirikan usaha sendiri; berwiraswata biasanya dimulai dengan usaha-usaha skala kecil dan dapat berpotensi untuk berkembang.

2.1.2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha

Melihat sangat banyaknya usaha kecil dan menengah di Indonesia, hal ini sudah pasti menyerap banyak tenaga kerja dan terjadinya pemerataan pendapatan. Kondisi ini menjadikan pemerintah wajib memberikan dukungan kepada usaha kecil dan menengah. Hal ini dimungkinkan, karena tantangan, kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah cukup tinggi, tetapi peluangnya sangat prospektif. Adapun kendala, tantangan, dan peluang usaha yang dimaksud adalah seperti berikut:

1. Tantangan yang dihadapi usaha kecil dan menengah a) GATT/WTO

b) AFTA tahun 2003 c) APEC tahun 2020

d) Blok-blok perdagangan dan investasi lain 2. Kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah

a) Kualitas sumber daya manusia rendah

b) Tingkat produktivitas & kualitas produk dan jasa rendah c) Kurangnya teknologi dan informasi


(24)

d) Faktor produksi, sarana & prasarana belum memadai e) Aspek pendanaan & pelayanan jasa pembiayaan

f) Iklim usaha yang belum mendukung (peraturan perundangan persaingan sehat)

g) Koordinasi pembinaan belum berjalan 3. Peluang usaha kecil dan menengah

a) Adanya komitmen politik pemerintah

b) Pembangunan yang makin berkeadilan dan transparan c) Ketersediaan SDM yang berkualitas (eks PHK) d) Sumber daya lama yang beraneka ragam e) Terpuruknya usaha-usaha pengusaha besar f) Apresiasi US dolar yang sangat tinggi.

Adanya tantangan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah, yang diimbangi dengan peluang usaha yang terbuka dengan lebar, tentunya tidak akan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluar dengan sebaik-baiknya. Apalagi pemerintah menyadari usaha kecil dan menegah masih dapat menyerap tenaga kerja di tengah situasi perekonomian yang sedang terpuruk.

Melihat kondisi ini, tentunya bagi pengusaha kecil dan menengah harus dijadikan tonggak awal bagi pengembangan dan kesempatan usaha yang seluas-luasnya, terutama untuk menggantikan posisi pengusaha besar yang sedang terpuruk. Pemerintah tentunya akan membantu pengusaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usaha, tanpa melihat besar atau kecilnya skala usaha yang dilakukan.


(25)

2.1.3 Pengembangan UKM

Pengembangan UKM dalam dimensi pembangunan nasional yang berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar golongan pendapatan, antarpelaku, ataupun penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu, pengembangan UKM mampu memperluas basis ekonomi dan cepat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah, ketahanan ekonomi nasional.

Dalam rangka pengembangan UKM, program-program pokok yang perlu dilaksanakan adalah (GBHN 1999-2000) :

1. Program Pengembangan Iklim Usaha yang Kondusif

Tujuan program ini adalah membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya serta menjamin kepastian usaha dengan memperhatikan kaidah efisien ekonomi sebagai prasyarat utama untuk berkembangnya UKM. Sasaran yang ingin dicapai menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya skala UKM dalam kegiatan ekonomi. Termasuk juga didalamnya kemudahan pengembangan sistem dan jaringan lembaga keuangan pendukung UKM agar lebih meluas di daerah.

2. Program Peningkatan Akses Kepada Sumber Daya Produktif

Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan UKM dalam memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia. Adapun sasaran program ini adalah tersedianya lembaga pendukung untuk meningkatkan akses UKM terhadap sumber produksi.


(26)

3. Program Pengembangan Kewirausahaan dan UKM Berkeunggulan Kompetitif

Program ini bertujuan untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan serta meningkatnya daya saing UKM. Sasaran program ini adalah usaha meningkatkan produktivitas UKM.

2.2PENDAPATAN

Dalam mengukur ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Penghasilan atau pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balasan jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pengertian pendapatan dan penerimaan menurut Biro Pusat Statistik dibedakan mejadi:

1. Pendapatan faktor yang didistribusikan dibagi lagi menurut sumber menjadi:

- Penghasilan gaji dan upah

- Pengahasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas - Penghasilan dari pemilik harta.

2. Transfer yang bersifat redistributive, terutama terdiri atas transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang, jasa atau harta milik.


(27)

Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi, atau pendapatan selama bekerja. Setiap orang bekerja berusaha memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Tujuan utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup bagi dia dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup rumah tangganya, maka kehidupan sejahtera akan tercapai. Menurut Nurmansyah Hasibuan, upah adalah segala macam bentuk penghasilan (carmings) yang diterima buruh atau pekerja baik berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Peraturan pemerintah tahun 1982 tentang perlindungan upah dalam pasal 1: “ Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian atau peraturan perundang-undangan dan dibayangkan atas dasar perjanjian kerja antara perusahaan dan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya”.

Para pekerja lebih mengutamakan pendapatan real agar kebutuhan mereka secara minimal dapat dipenuhi dengan perhitungan yang tepat. Karena tenaga beli upah (uang) tersebut sangat dipengaruhi oleh harga umum barang-barang konsumsi atau biaya hidup.


(28)

2.3MODAL

Yang dimaksud dengan modal adalah dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi produksi. Misalnya dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya merek.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara


(29)

berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.

2.4TENAGA KERJA

Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi.Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Tenaga kerja menurut Payaman Simanjutak adalah ”Penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas maksimum”.

Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(30)

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Pengertian penduduk yang bekerja adalah :

1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.

2. Mereka yang sebelum seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja karena menunggu masa panen dan orang-orang yang bekerja dibidang keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok penganggur adalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam pasar tenaga kerja adalah, ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah (Kusumosuwidho,1981). Ketidakseimbangan itu dapat berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya excess supply of labor) dan sebaliknya, permintaan lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja kerja (adanya excess demand for labor).


(31)

Ada dua teori penting perlu dikemukakan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekeja di sektor lain.

Ada dua struktur di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern. Lebih murahnya biaya upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri meodern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.

Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi perbedaan/ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis


(32)

modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi ”terlalu banyak”.

Teori kedua adalah Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar daripada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.

2.5LAMA USAHA

Lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu usaha industri itu dilakukan atau umur dari usaha tersebut semenjak industri itu berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini. Suatu pengertian dimana semakin lama usaha tersebut berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari usaha tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha /


(33)

pasar. Dari segi pengalaman, maka industri kecil yang memiliki umur yang lebih lama tentunya lebih dapat berkembang dengan baik. Karena industri tersebut telah lebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada, serta selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang bisa di bilang mapan, lebih dapat untuk bersaing dengan industri lain.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Data dan atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu. Dalam BAB III ini akan dikemukakan mengenai proses pengumpulan data tersebut serta rencana pengolahannya.

3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Petisah Tahap II (di bawah pengelolaan PT GKKS), Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini mencakup usaha kecil yang terdiri atas pedagang pakaian (dewasa dan anak-anak), pedagang sepatu, pedagang aksesoris, pedagang pakaian dalam dan pedagang tas.

3.2 Populasi dan sampel

Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil yang ada di Pasar Petisah Tahap II (di bawah pengelolaan PT GKKS), Medan. Jumlah dari populasi ini sendiri adalah sebanyak 360 pedagang.

Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

Ne²

1

N

n

+

=


(35)

dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 5%, 10%.

Dari rumus diatas diperoleh :

(10%)² 360 1 360 + = n ) 01 , 0 ( 360 1 360 + = n 6 , 3 1 360 + = n 2 , 78 = n =78

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 pedagang.

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer atau data lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan penulis dengan melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.


(36)

c. Social Interview, melakukan wawancara atau tanya jawab langsung kepada para responden.

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan program Eviews 5.1 .

3.5 Analisis Data

Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana pengaruh faktor modal usaha (X1), tenaga kerja (X2), lamanya berusaha (X3), dan jam kerja

(X4) terhadap besarnya pendapatan pedagang di Pasar Petisah dengan

menggunakan analisis regresi berganda karena variabel dependen dipengaruhi tiga variabel independen.

Fungsi matematikanya adalah

Y = f (X1, X2, X3)………. 1)

Kemudian fungsi diatas ditransformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda dalam bentuk Logaritma sebagai berikut :

LogY = α + β1LogX1+ β2LogX2 + β3LogX3 + μ ………. 2)

Dimana :

Y = Pendapatan Pedagang (Rupiah) α = Intercept/Konstanta

X1 = Modal Usaha (Rupiah)

X2 = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)


(37)

β1, β2,β3 = Koefisien Regresi

µ = Error Terms

Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut:

Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (modal usaha), maka Y

(pendapatan pedagang) mengalami kenaikan, ceteris paribus. Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah tenaga kerja), maka

Y (pendapatan pedagang) mengalami kenaikan, ceteris paribus. Artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (lama usaha), maka Y

(pendapatan pedagang) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit

Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3. 6. 1 Koefisien Determinasi (R²)

Uji ketepatan perkiraan (R²) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R² merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1 (0 ≤R²≤1). Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan pekiraan model.

∂Y ∂X1

> 0

∂Y ∂X2

> 0

∂Y ∂X3


(38)

3. 6. 2 Uji t (Partial Test)

Uji statistik t (uji parsial) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut:

 Hipotesis nol atau Ho: bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

 Hipotesis alternatif atau Ha: bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan rumus :

t-hitung =

(

)

Sbi b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka menolak Ho dan menerima Ha artinya ada pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan adalah α = 1 %, α = 5%, α = 10 %, dan begitu pula sebaliknya.


(39)

3. 6. 3 Uji F (Overall Test)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang dipakai sebagai berikut:

 Ho: b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

 Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Dengan rumus :

F-hitung =

( )

(

R

)

(

n k

)

k R

− − 2 −

2

1

1

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen + variabel dependen n = Jumlah sampel

0

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima


(40)

Cara menentukan kriteria dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel sebagai berikut:

Jika F hitung > dengan F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen begitu pula sebaliknya.

3.7 Uji Asumsi Klasik

3. 7. 1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ

tersebut normal maka koefisien OLS (β OLS) juga tersebar normal, dengan demikian Y juga normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara μ, β

dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque Berra). Error

term (μ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai tabel

chi-square (derajat bebas, alpha).

Hipotesis yang dipakai adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai JB lebih besar dari tabel chi-square, berarti sebaran error (μ) dan Y tidak normal dan


(41)

Ho ditolak sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih dari nilai tabel chi-square

berarti sebaran error (μ) dan Y normal.

3. 7. 2 Uji Linieritas

Uji linieritas sangat penting, karena uji ini sekaligus dapat melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, specification error atau mis-spesification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey atau Ramsey RESET Test (Pratomo, 2007: 93)..

3. 7. 3 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan kesimpulan yang diambil keliru. Multikolinearitas yang berat dapat mengubah tanda koefisien regresi yang seharusnya bertanda (+) berubah (−) atau sebaliknya. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu

1). Melakukan regresi model lengkap Y = f (Xı…Xn) sehingga kita mendapatkan R square;

2). Melakukan regresi Xı terhadap seluruh X lainnya, maka diperoleh nilai Ri square (regresi ini disebut auxiliary regression); dan

3). Membandingkan nilai Ri square dengan R square. Hipotesa yang dapat dipakai adalah Ho diterima apabila Ri square < R square model pertama


(42)

berarti tidak terjadi multikolinearitas dan Ha diterima apabila Ri square > R square model pertama berarti terjadi masalah multikolinearitas.

3. 7. 4 Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu kondisi dimana sebaran atau variance (σ2) dari error term (µ) tidak konstan sepanjang observasi atas variabel bebas (X). Jika harga X makin besar maka sebaran Y makin lebar atau makin sempit.

Untuk menguji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White sebagai berikut:

1). Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk (estimasi error);

2). Lakukan regresi auxiliary kita dapatkan nilai R² dari regresi ini kemudian kita hitung X² dengan rumus n x R²;

3). Dibandingkan X² dari regresi diatas dengan nilai chi square dengan derajad bebas 2 dan alpha 1 %.

Jika R² x n lebih besar dari nilai tabel chi square (alpha, df) berarti terjadi heteroskedastisitas jika sebaliknya berarti tidak heteroskedastisitas.


(43)

3. 8 Definisi Operasional

1. Pendapatan adalah total penjualan pedagang dalam satu bulan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

2. Modal usaha adalah jumlah total modal dalam bentuk uang tunai yang dibutuhkan pedagang dalam mengembangkan operasinya yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

3. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang dipekerjakan dalam suatu usaha kecil termasuk pemilik yang terjun langsung dalam usahanya yang dinyatakan dalam satuan orang.

4. Lama Usaha adalah lamanya usaha yang telah dijalankan oleh pemilik usaha tersebut yang dinyatakan dalam satuan bulan.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Daerah Penelitian

4. 1. 1 Gambaran Umum Kota Medan dan Kecamatan Medan Petisah

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II (Dati II) yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan sekaligus merupakan ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak pada 2º.27’-2º.47’ LU dan 98º.35’-98º44’ BT yang berbatasan dengan (sebelah timur, barat, utara dan selatan) Kabupaten Deli Serdang.

Luas Kota Medan mencapai 265,10 km² atau sekitar 0,37% dari luas Propinsi Sumatera Utara dan berada pada 2,5-3,75 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 0-2 (datar) seluas 245,21 km² atau 92,57% dan kemiringan 2-15% seluas 19,69 km² atau 7,4% dari seluruh wilayah. Kedalaman 20-60 cm seluas 140-40 km² atau 52,98% dari luas seluruh wilayah yang tidak bererosi. Kota Medan memiliki iklim tropis dengan temperature rata-rata tahunan adalah 26º celcius.

Secara administratif, Kota Medan dibagi dalam 21 wilayah kecamatan dan 151 kelurahan. Potensi lahan yang dimiliki Kota Medan sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pertanian.

Kecamatan Medan Petisah adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Pada tahun 2007, jumlah penduduk di kecamatan ini adalah. Dengan luas wilayah 4,93 km². Letaknya di atas permukaan laut adalah 20 meter. Dan kecamatan Medan Petisah ini berbatasan dengan


(45)

Sebelah utara : kecamatan Medan Barat

Sebelah selatan : kecamatan Medan Baru/kecamatan Medan Sekip Sebelah barat : kecamatan Medan Sunggal dan Medan Sekip Sebelah timur : kecamatan Medan Barat.

Kecamatan Medan Petisah dibagi dalam 7 kelurahan, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1:

Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2007

No Kelurahan Luas (km²) Persentase Terhadap Luas

Kecamatan

1 Sei Sikambing D 0.91 18.46

2 Petisah Tengah 1.27 25.76

3 Sekip 0.61 12.37

4 Sei Putih Timur II 0.34 6.90

5 Sei Putih Timur I 0.32 6.49

6 Sei Putih Tengah 0.5 10.14

7 Sei Putih Barat 0.98 19.88

Medan Petisah 4.93 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan

Pada tahun 2007 jumlah penduduk Medan Petisah adalah sebesar 66.896 jiwa dengan luas wilayah 4.93 km² dan dengan kepadatan penduduk per km² adalah sebesar 13.569, atau dapat dilihat selengkapnya pada tabel berikut:


(46)

Tabel 2:

Jumlah penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan penduduk per km² dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2007

No Kelurahan Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah

Kepadatan Penduduk per

km²

1 Sei Sikambing D 8 929 0.19 9 812

2 Petisah Tengah 11 852 1.27 9 332

3 Sekip 6 995 0.61 11 467

4 Sei Putih Timur II 9 767 0.34 28 726

5 Sei Putih Timur I 6 650 0.32 20 781

6 Sei Putih Tengah 9 398 0.5 18 796

7 Sei Putih Barat 13 305 0.98 13 577

Medan Petisah 66 896 4.93 13 577

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan

4. 1. 2 Gambaran Singkat PT G.K.K.S. (Gunung Karya Kencana Sentosa)

PT G.K.K.S. (Gunung Karya Kencana Sentosa) berada di Kecamatan Medan Petisah tepatnya berada di Jalan Orion No.5. PT ini bergerak di bidang developer dan sudah berdiri sejak tahun 1990. PT ini dipimpin oleh Direktur Utama bernama Bapak Supianto. Struktur organisasi PT sama dengan PT biasa. Bagaimana PT ini bisa mengelola Pasar Petisah Tahap II yaitu karena memenangkan tender. Dibangunlah Pasar Petisah Tahap II ini pada tahun 2000. Dan hingga sampai sekarang masih berada dibawah pengelolaan PT ini.

4. 1. 3 Potensi Ekonomi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian Kota Medan. Hal ini disebabkan, usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dibanding usaha besar seperti dapat dilihat pada tabel di bawah.


(47)

Tabel 3:

Banyaknya Perusahaan / Usaha Menurut Kategori dan Skala Usaha (Unit)

No Sektor Ekonomi Kota Medan Provinsi Sumatera

Utara

1 Usaha Besar 1 222 2 245

2 Usaha Menengah 3 317 7 817

3 Usaha Kecil 75 644 207 301

4 Usaha Mikro 141 143 837 885

5 Tidak dapat diklasifikasikan 807 1 305

Jumlah 222 133 1 056 553

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan

Di Kecamatan Medan Petisah juga terlihat bahwa industri mikro, kecil dan menengah juga memiliki jumlah yang relatif lebih besar dibanding dengan industri besar seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4:

Banyaknya Perusahaan Industri Besar, Sedang, Kecil dan Rumah Tangga menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2007

No Kelurahan Besar/Sedang Kecil Rumah

Tangga

1 Sei Sikambing D 0 9 20

2 Petisah Tengah 3 1 20

3 Sekip 5 8 15

4 Sei Putih Timur II 0 8 6

5 Sei Putih Timur I 0 1 2

6 Sei Putih Tengah 0 0 0

7 Sei Putih Barat 0 0 18

Medan Petisah 8 44 81

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan

Oleh karena kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK), pengembangan daya saing UKMK, secara langsung merupakan upaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi.


(48)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di Kota Medan jumlah pengusaha besar hanya 0,55% sedangkan Pengusaha Kecil, menegah dan koperasi mencapai 99,45%. Ini berarti jumlah usaha kecil, menegah dan koperasi mencapai hampir 200 kali lipat dari jumlah usaha besar. Persoalannya kontribusi UKMK terhadap PDRB, hanya 39,8%, sedangkan usaha besar mencapai 60,2%.

Terhadap pertumbuhan ekonomi, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya memberikan kontribusi sebesar 16,4% sedangkan usaha besar 83,6%. Berdasarkan penguasaan pangsa pasar, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20% (80% oleh usaha besar). Hal tersebut menunjukkan dua sekaligus, yaitu super kuatnya sektor usaha besar dan teramat lemahnya sektor UKMK. Keberadaan UKMK sebagai tulang punggung perekonomian kota menjadi perhatian khusus, sejalan dengan misi pertama pembangunan Kota Medan tahun 2005-2010 yakni mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi, untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

4. 2 Karakteristik Responden

Adapun karakteristik dari para responden yang menjadi sample penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Distribusi Usia Responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia sampel bervariasi antara 20 sampai 59 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pengusaha kecil industri kecil tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :


(49)

Tabel 5 :

Usia Responden di Pasar Petisah Medan

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 20-29 4 5,13

2 30-39 29 37,18

3 40-49 34 43,59

4 50-59 11 14,10

Jumlah 78 100

Sumber : Diolah dari data primer 2009

Dari data di atas terlihat bahwa pedagang di Pasar Petisah yang menjadi responden paling banyak berusia antara 40 hingga 49 tahun, yaitu berjumlah 34 orang atau 43,59% dari jumlah keseluruhannya. Lalu diikuti responden yang berusia 30-39 tahun yang berjumlah 29 orang atau 37,18%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia 20-29 tahun yang berjumlah 4 orang atau 5,13% dari jumlah keseluruhan.

b. Distribusi Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa distribusi pendidikan responden bervariasi mulai dari lulusan sekolah dasar (SD) sampai lulusan sarjana (S1).

Tabel 6:

Tingkat Pendidikan Responden Di Pasar Petisah Medan

No Pendidikan terakhir Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 0 0

2 SLTP 5 6,41

3 SLTA 48 61,54

4 Universitas/Akademik 25 32,05

Jumlah 78 100

Sumber : Diolah dari data primer 2009


(50)

berpendidikan universitas/akademik berjumlah 25 atau 32,05%. Dari hasil ini dapat dilihat secara umum (93,59%) tingkat pendidikan responden sudah baik.

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel berikut ini akan memperlihatkan jumlah orang yang harus ditanggung oleh pedagang di Pasar Petisah saat ini :

Tabel 7:

Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Pasar Petisah Medan

No Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak ada 11 14,10

2 1-3 23 29,49

3 4-6 36 46,15

4 7-9 8 10,26

Jumlah 78 100

Sumber : Diolah dari data primer 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang tidak memiliki tanggungan berjumlah 11 orang atau 14,10%, selanjutnya harus menanggung 1 sampai 3 orang berjumlah 23 orang atau 29,49%, disusul oleh yang harus menanggung 4 sampai 6 orang berjumlah 36 responden atau 46,15%, dan yang terakhir yang harus menanggung 7 sampai 9 orang berjumlah 8 orang atau 10,26% dari keseluruhan jumlah responden.

4. 3 Interpretasi Data

Untuk menganalisa tingkat pendapatan responden, dalam penelitian ini pedagang Pasar Petisah Medan, penulis menggunakan model regresi linear berganda yang diaplikasikan ke dalam program komputer Eviews 5.1. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pendapatan yaitu pendapatan yang telah


(51)

dikurangi dan diperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan usaha tersebut.

Dalam tabel yang telah dilampirkan di bagian daftar lampiran 3 dapat dilihat data pendapatan per bulan, modal, jumlah tenaga kerja, dan lama berusaha para pedagang di Pasar Petisah Medan.

Untuk mengestimasi pengaruh variabel independen (X) yaitu modal (X1), jumlah tenaga kerja (X2), dan lama berusaha (X3) terhadap variabel dependen (Y) yaitu tingkat pendapatan para pedagang di Pasar Petisah yang menjadi responden digunakan analisa regresi linear. Sesuai dengan prosedur penelitian yang telah di bahas dalam BAB III, maka pada BAB IV ini berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer Eviews 5.1 diperolah hasil dari penelitian ini sebagai berikut:

Dependent variable: LogY

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.110250 0.726582 8.409586 0.0000 LogX1 0.343551 0.072506 4.738213 0.0000 LogX2 0.371683 0.097225 3.822917 0.0003 LogX3 -0.190061 0.065216 -2.914312 0.0047

R-squared 0.520596 Mean dependent var 9.919524 Adjusted R-squared 0.501161 S.D. dependent var 0.427546 S.E. of regression 0.301969 Akaike info criterion 0.492938 Sum squared resid 6.747728 Schwarz criterion 0.613795 Log likelihood -15.22459 F-statistic 26.78615 Durbin-Watson stat 2.193416 Prob(F-statistic) 0.000000


(52)

Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program eviews 5.1 diperoleh estimasi sebgai berikut:

LogY = 6.110250 + 0.343551 LogX1 + 0.371683 LogX2 − 0.190061 LogX3 + µ

Dari hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yakni modal usaha, tenaga kerja, dan lama usaha adalah sebagai berikut:

a. Modal Usaha

Modal Usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Petisah dan besarnya koefisien adalah 0.343551, artinya jika Modal Usaha meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar 0.343551%, ceteris paribus.

b. Tenaga Kerja

Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah 0. 371683, artinya jika Tenaga Kerja meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Petisah sebesar 0.371683%, ceteris paribus.

c. Lama Usaha

Lama usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang Pasar Petisah dan besarnya koefisien adalah −0.190061, artinya jika lama usaha meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan pendapatan pedagang Pasar Petisah pada saat itu dikarenakan oleh sesuatu hal sebesar 0.190061%, ceteris paribus. Penurunan dikarenakan oleh beberapa hal seperti adanya dampak subprime mortgage atau baru diadakannya pemilu sehingga daya beli masyarakat masih rendah.


(53)

4. 4. Test of Goodness of Fit

4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi ( R2 ) dari model diatas adalah 0.520596 atau 52,06%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen seperti X1 (Modal Usaha), X2 (Jumlah Tenaga Kerja), X3 (Lama Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan) sebesar 52,06% sedangkan sisanya yaitu sebesar 47,94% dijelaskan oleh variabel lain µ (error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

4.4.2 Uji t-statistik

- Ho : b = 0 ; Ha : b ≠ 0 - df = n-k-1 = 78-3-1 = 74

- Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

Variabel X1 (Modal Usaha)

Hipotesis : Ho : b = 0 Ha : b ≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

)

1

(

1

*

b

Se

b

t

=

t* = 4.738213

t-tabel = 2,650 α = 1%


(54)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

−2,650 2,650 4,738213

Gambar 4. 1: Uji t-Statistik pada variabel X1 (Modal Usaha)

Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel (4.738213 > 2,650). Dengan demikian diterima Hipotesis alternatif (Ha), artinya variabel X1 (Modal Usaha) berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang Pasar Petisah) pada tingkat kepercayaan 99%.

Variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja)

Hipotesis : Ho : b = 0 Ha : b ≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

)

1

(

1

*

b

Se

b

t

=

t* = 3.822917

t-tabel = 2,650 α = 1%


(55)

Ha diterima Ha diterima

−2,650 2,650 3.822917

Gambar 4. 2: Uji t-Statistik pada variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja)

Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel (3.822917 > 2,650). Dengan demikian diterima Hipotesis alternatif (Ha), artinya variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja) mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang Pasar Petisah) pada tingkat kepercayaan 99%.

Variabel X3 (lama usaha)

Hipotesis : Ho : b = 0 Ha : b ≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

)

1

(

1

*

b

Se

b

t

=

t* = −2.914312

t-tabel = −2,650 α = 1%


(56)

Ha diterima Ha diterima Ho diterima

−2.914312 −2,650 2,650

Gambar 4. 3: Uji t-Statistik pada variabel X3 (Lama Usaha)

Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel (−2.914312 > −2.650). Dengan demikian diterima Hipotesis alternatif (Ha), artinya variabel X3 (Lama usaha) berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang Pasar Petisah) pada tingkat kepercayaan 99%.

4.4.3 Uji F-statistik

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen X1 (Modal Usaha), X2 (Jumlah Tenaga Kerja), X3 (Lama Usaha) secara bersama-sama terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang Pasar Petisah).

Hipotesis : Ho : b1 = b2 = b3 = 0

Ha : b1≠ b2≠ b3≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel

(

R

)

n k

k R F

− −

=

/ 1

1 / 2 2 *

a. α = 1% b.


(57)

c. V2 = 78-4 =74 d. F-hitung = 26.78615 e. F-tabel = 4.088

Ho diterima

Ha diterima

4.088 26,78615

Gambar 4. 4: Uji F-statistik

Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat ditentukan bahwa F-hitung lebih besar dar F-tabel (26.78615 > 4.088). Artinya bahwa variabel X1 (Modal Usaha), X2 (Jumlah Tenaga Kerja), X3 (Lama usaha) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang Pasar Petisah) pada tingkat kepercayaan 99%.


(58)

4. 5. Uji Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ tersebut normal maka koefisien OLS (β OLS) juga tersebar normal, dengan

demikian Y juga normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara μ, β

dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque Berra).

Dari hasil estimasi diatas ditemukan bahwa besarnya nilai Jarque Bera normality test statistics adalah 3.675398. Lalu dibandingkan dengan nilai χ2 tabel (0,05) degree of freedom (derajat kebebasan) = 3 maka diperoleh nilai 7.81, maka µ adalah berdistribusi normal.

Cara lain adalah dapat juga dengan melihat angka probability-nya. Apabila angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Dan dari hasil diatas kita melihat probability (0.379273) > 0,05, dengan kata lain data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.

0 4 8 12 16 20

-0.5 -0.0 0.5 1.0

Series:Residuals Sample178 Observations78

Mean 1.88e-16

Median -0.020377

Maximum 1.274793

Minimum -0.581646

Std. Dev. 0.296028

Skewness 1.201373

Kurtosis 6.570267

Jarque-Bera 3.675398


(59)

4.5.2 Uji Linearitas

Uji linieritas sangat penting, karena uji ini sekaligus dapat melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, specification error atau mis-spesification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey atau Ramsey RESET Test (Pratomo, 2007 :93).

Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.830512 Prob. F(1,73) 0.365124 Log likelihood ratio 0.882386 Prob. Chi-Square(1) 0.347549

Test Equation:

Dependent Variable: LogY Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:54 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.769171 7.583785 -0.101423 0.9195 LogX1 -1.551077 2.080250 -0.745620 0.4583 LogX2 -1.721498 2.298918 -0.748830 0.4564 LogX3 0.860862 1.155029 0.745316 0.4585 FITTED^2 0.283466 0.311049 0.911324 0.3651 R-squared 0.525989 Mean dependent var 9.919524 Adjusted R-squared 0.500016 S.D. dependent var 0.427546 S.E. of regression 0.302316 Akaike info criterion 0.507267 Sum squared resid 6.671824 Schwarz criterion 0.658338 Log likelihood -14.78340 F-statistic 20.25123 Durbin-Watson stat 2.145552 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil pengujian dengan Ramsey RESET Test diperoleh nilai F-statistik yang cukup besar yakni 0.830512 dan diikuti dengan probabilitas yang besar pula


(60)

0.365124. Dari sini kita menyimpulkan bahwa model persamaan di atas adalah linear.

4.5.3 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas (X) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan kesimpulan yang diambil keliru. Multikolinearitas yang berat dapat mengubah tanda koefisien regresi yang seharusnya bertanda (+) berubah (-) atau sebaliknya. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu :

1). Melakukan regresi model lengkap Y = f (X1…Xn) sehingga kita mendapatkan R square;

2). Melakukan regresi X1 terhadap seluruh X lainnya, maka diperoleh nilai Ri square (regresi ini disebut auxiliary regression); dan

3). Membandingkan nilai Ri square dengan R square. Hipotesa yang dapat dipakai adalah Ho diterima apabila Ri square < R square model pertama berarti tidak terjadi multikolinearitas dan Ha diterima apabila Ri square > R square model pertama berarti terjadi masalah multikolinearitas.


(61)

Model analisis :

LogY = α + β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + μ

Hasilnya :

LogY = 6.110250 + 0.343551 LogX1 + 0.371683 LogX2 − 0.190061 LogX3 + µ

R-squared = 0.520596; F-statistic = 26.78615

Pengujian di antara masing – masing variabel dependen sebagai berikut: log X1 = α + β2log X2 + β3log X3 + μ……… 1) R-squared = 0.490910 ; F-statistic = 36.16089

log X2 = α + β1log X1 + β3log X3 + μ……… 2) R-squared = 0.308608 ; F-statistic = 16.73843

log X3 = α + β1log X1 + β2log X2 + μ……… 3) R-squared = 0.304345 ; F-statistic = 16.40605

Dari hasil regresi diantara variabel dependen terlihat bahwa koefisien determinasinya masih lebih kecil dari koefisien determinasi dari hasil regresi antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen, yaitu sebesar 52,06%. Hal ini berarti bahwa diantara variabel independen tidak terdapat multikolinearitas.

4.5.4 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila varians (σ2) dari faktor pengganggu (µ) tidak sama/tidak konstan untuk semua observasi atas variabel bebas (X). Jika nilai X meningkat maka sebaran Y makin lebar atau makin sempit.


(62)

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.632759 Prob. F(9,68) 0.123433 Obs*R-squared 13.86056 Prob. Chi-Square(9) 0.127373

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:55 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.68128 7.569809 -1.411037 0.1628 LogX1 1.557641 1.487253 1.047328 0.2987 LogX1^2 -0.044550 0.074708 -0.596315 0.5529 LogX1*LogX2 0.060749 0.159908 0.379901 0.7052 LogX1*LogX3 -0.172618 0.105192 -1.640976 0.1054 LogX2 -0.748665 1.833113 -0.408412 0.6843 LogX2^2 -0.010746 0.102911 -0.104422 0.9171 LogX2*LogX3 0.024369 0.184442 0.132124 0.8953 LogX3 1.162335 0.852182 1.363951 0.1771 LogX3^2 0.131715 0.054013 2.438573 0.0174 R-squared 0.177699 Mean dependent var 0.086509 Adjusted R-squared 0.068866 S.D. dependent var 0.205496 S.E. of regression 0.198294 Akaike info criterion -0.278925 Sum squared resid 2.673789 Schwarz criterion 0.023217 Log likelihood 20.87808 F-statistic 1.632759 Durbin-Watson stat 2.150117 Prob(F-statistic) 0.123433

Dari hasil diatas yang harus diperhatikan Obs*R-squared dan juga nilai Probability-nya. Apabila nilai Probability lebih rendah dari 0,05 berarti terdapat Heteroskedastisitas pada hasil estimasi. Sebaliknya, apabila nilai Probability-nya lebih tinggi dari 0,05, maka hasil estimasi tidak terkena Heteroskedastisitas. Dan dari pengamatan yang dilakukan terhadap hasil estimasi di atas tidak ditemukan adanya Heteroskedastisitas.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dalam BAB IV, dapat ditarik kesimpulan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Petisah Medan:

a. Bahwa variabel-variabel independen yaitu X1 (Modal Usaha), X2 (Jumlah Tenaga Kerja), X3 (Lama Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan) sebesar 52,06% sedangkan sisanya yaitu sebesar 47,94% dijelaskan oleh variabel lain µ (error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

b. Variabel X1 (Modal Usaha) mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan). Hal ini tampak pada nilai dimana t-hitung > t-tabel (4.738213 > 2.650). Itu berarti variabel X1 (Modal Usaha) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, dimana dengan meningkatnya modal maka pedagang dapat meningkatkan jumlah output produksi. Peningkatan output produksi dapat meningkatkan pendapatan mereka.

c. Variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja) mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan). Hal ini tampak pada nilai dimana t-hitung > t-tabel (3.822917 > 2.650). Itu


(64)

berarti variabel X2 (Jumlah Tenaga Kerja) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang pada tingkat kepercayaan 99%, dimana penambahan tenaga kerja mereka akan meningkatkan efektifitas kerjanya yang disertai dengan peningkatan pendapatannya.

d. Variabel X3 (Lama Usaha) mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang di Pasar Petisah Medan). Hal ini tampak pada nilai dimana t-hitung > t-tabel (−2.914312 > −2.650). Itu berarti variabel X3 (Lama Usaha) mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pendapatan pedagang pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien bertanda negatif dikarenakan oleh karena beberapa hal yakni pada saat itu adanya dampak dari subprime mortgage dan baru diadakannya pemilu sehingga daya beli masyarakat masih rendah.

e. Dalam uji penyimpangan asumsi klasik dilihat bahwa model estimasi yang digunakan berdistribusi normal dan linier serta terhindar dari masalah multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian tersebut di atas, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan:

a. UKM sebagai tulang punggung perekonomian dengan jumalah yang lebih besa dibandiungkan dengan Usaha Besar ternyata belum memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi kota Medan. Oleh sebab itu UKM ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah.


(65)

b. Gejolak ekonomi yang terjadi pada tahun 2007-2008 yaitu subprime mortgage ternyata masih terasa di tahun 2009 sehingga variabel Lama Usaha tidak selalu memberikan pengaruh positif bagi UKM. Oleh karenanya para pedagang hendaknya mempersiapkan diri untuk tetap bertahan di tengah gejolak/krisis yang mungkin akan terjadi lagi.

c. Variabel Modal memberikan pengaruh signifikan positif bagi Pendapatan pedagang di sektor UKM sehingga pemerintah hendaknya membantu pedagang dalam memperluas sumber pendanaan, meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan dan memberikan kemudahan dalam pendanaan.

d. Variabel Jumlah Tenaga Kerja juga memberikan pengaruh signifikan positif bagi Pendapatan Pedagang di sektor UKM sehingga pemerintah hendaknya memperhatikan kualitas tenaga kerja dalam hal kemampuan, ketrampilan, keahlian dan lainnya.

e. Jika penelitian selanjutnya ingin meneliti terntang pendapatan pedagang maka hendaknya dicari variabel lain yang lebih signifikan dengan cara misalnya memperluas dan mengubah daerah penelitian.


(1)

Lampiran 4: Hasil Estimasi

Dependent variable: LogY

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.110250 0.726582 8.409586 0.0000

LogX1 0.343551 0.072506 4.738213 0.0000

LogX2 0.371683 0.097225 3.822917 0.0003

LogX3 -0.190061 0.065216 -2.914312 0.0047

R-squared 0.520596 Mean dependent var 9.919524 Adjusted R-squared 0.501161 S.D. dependent var 0.427546 S.E. of regression 0.301969 Akaike info criterion 0.492938 Sum squared resid 6.747728 Schwarz criterion 0.613795 Log likelihood -15.22459 F-statistic 26.78615 Durbin-Watson stat 2.193416 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

72

Lampiran 5: Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

-0.5

-0.0

0.5

1.0

S

e

r

i

e

s

:

R

e

s

i

d

u

a

l

s

S

a

m

p

l

e

1

7

8

O

b

s

e

r

v

a

t

i

o

n

s

7

8

Mean

1.88e-16

Median

-0.020377

Maximum

1.274793

Minimum

-0.581646

Std. Dev.

0.296028

Skewness

1.201373

Kurtosis

6.570267

Jarque-Bera

3.675398

Probability

0.379273


(3)

Lampiran 6: Uji Linearitas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.830512 Prob. F(1,73) 0.365124 Log likelihood ratio 0.882386 Prob. Chi-Square(1) 0.347549

Test Equation:

Dependent Variable: LogY Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:54 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.769171 7.583785 -0.101423 0.9195 LogX1 -1.551077 2.080250 -0.745620 0.4583 LogX2 -1.721498 2.298918 -0.748830 0.4564 LogX3 0.860862 1.155029 0.745316 0.4585 FITTED^2 0.283466 0.311049 0.911324 0.3651 R-squared 0.525989 Mean dependent var 9.919524 Adjusted R-squared 0.500016 S.D. dependent var 0.427546 S.E. of regression 0.302316 Akaike info criterion 0.507267 Sum squared resid 6.671824 Schwarz criterion 0.658338 Log likelihood -14.78340 F-statistic 20.25123 Durbin-Watson stat 2.145552 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

74

Lampiran 7: Multikolinearitas

Dependent Variable: LogX1 Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:43 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.604867 0.329956 29.10953 0.0000 LogX2 0.722765 0.130418 5.541912 0.0000 LogX3 0.481151 0.087751 5.483153 0.0000 R-squared 0.490910 Mean dependent var 12.06326 Adjusted R-squared 0.477335 S.D. dependent var 0.665187 S.E. of regression 0.480901 Akaike info criterion 1.411391 Sum squared resid 17.34492 Schwarz criterion 1.502033 Log likelihood -52.04424 F-statistic 36.16089 Durbin-Watson stat 1.527816 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LogX2 Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:44 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.452807 0.765304 -4.511680 0.0000 LogX1 0.401971 0.072533 5.541912 0.0000 LogX3 -0.117209 0.076263 -1.536902 0.1285 R-squared 0.308608 Mean dependent var 0.967802 Adjusted R-squared 0.290171 S.D. dependent var 0.425674 S.E. of regression 0.358636 Akaike info criterion 0.824687 Sum squared resid 9.646500 Schwarz criterion 0.915329 Log likelihood -29.16277 F-statistic 16.73843 Durbin-Watson stat 1.816113 Prob(F-statistic) 0.000001


(5)

Dependent Variable: LogX3 Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:45 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.266697 1.229920 -2.656024 0.0097 LogX1 0.594733 0.108465 5.483153 0.0000 LogX2 -0.260498 0.169495 -1.536902 0.1285 R-squared 0.304345 Mean dependent var 3.655606 Adjusted R-squared 0.285794 S.D. dependent var 0.632651 S.E. of regression 0.534658 Akaike info criterion 1.623323 Sum squared resid 21.43942 Schwarz criterion 1.713965 Log likelihood -60.30958 F-statistic 16.40605 Durbin-Watson stat 1.774866 Prob(F-statistic) 0.000001


(6)

76

Lampiran 8: Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.632759 Prob. F(9,68) 0.123433 Obs*R-squared 13.86056 Prob. Chi-Square(9) 0.127373

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/17/10 Time: 10:55 Sample: 1 78

Included observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.68128 7.569809 -1.411037 0.1628 LogX1 1.557641 1.487253 1.047328 0.2987 LogX1^2 -0.044550 0.074708 -0.596315 0.5529 LogX1*LogX2 0.060749 0.159908 0.379901 0.7052 LogX1*LogX3 -0.172618 0.105192 -1.640976 0.1054 LogX2 -0.748665 1.833113 -0.408412 0.6843 LogX2^2 -0.010746 0.102911 -0.104422 0.9171 LogX2*LogX3 0.024369 0.184442 0.132124 0.8953 LogX3 1.162335 0.852182 1.363951 0.1771 LogX3^2 0.131715 0.054013 2.438573 0.0174 R-squared 0.177699 Mean dependent var 0.086509 Adjusted R-squared 0.068866 S.D. dependent var 0.205496 S.E. of regression 0.198294 Akaike info criterion -0.278925 Sum squared resid 2.673789 Schwarz criterion 0.023217 Log likelihood 20.87808 F-statistic 1.632759 Durbin-Watson stat 2.150117 Prob(F-statistic) 0.123433