Latar Belakang Kesimpulan dan Saran 19

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009. USU Repository © 2009 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem identifikasi atau tanda pengenal dapat diwujudkan dengan tandatangan atau dengan sidik jari. Sebelum manusia mengenal pendidikan atau pengetahuan tentang baca tulis, manusia selalu memakai sistem sidik jari sebagai tanda pengenalnya. Seiring berkembangnya zaman, maka sidik jari diubah menjadi tanda tangan, tetapi sistem tandatangan tidak aman untuk digunakan. Banyak orang yang meniru tandatangan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri dan merugikan orang lain, misalnya peniruan tandatangan untuk sertifikat-sertifikat penting dan lain-lain Soekanto, 1986. Sidik jari manusia merupakan salah satu contoh untuk mengetahui peranan poligen. Pola sidik jari setiap individu tidak memiliki kesamaan, walaupun terlahirkan secara kembar identik Dewanto, 2005. Pola sidik jari baik pada jari di tangan kanan dan tangan kiri kadang-kadang tidak sama. Berdasarkan sistem Galton, sidik jari dapat dibedakan menjadi 3 pola dasar yaitu: bentuk lengkung atau “Arch” A, bentuk sosok atau “loop” L dan bentuk lingkaran atau “Whorl” W. Pada ujung jari-jari tangan setiap manusia terdapat garis-garis serta alur yang membentuk gambaran sidik jari. Perhitungan banyaknya rigi dilakukan mulai triradius sampai ke pusat dari pola sidik jari Suryo, 1997. Menurut teori evolusi, pola A berevolusi ke pola L dan terus berevolusi ke pola W. Pada manusia sekarang Homo sapiens sangat jarang di temukan orang yang memiliki banyak berpola A. Maka bila ditemukan pola A, dianggap saja pola L Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009. USU Repository © 2009 berperilaku kasar, kurang sopan santun, meskipun telah berpendidikan tinggi Kastama, 2000. Frekuensi kehadiran setiap pola sidik jari baik pola sidik jari loop, arch dan whorl tidak sama. Pada orang normal frekuensi kehadiran pola sidik jari untuk pola loop lebih banyak daripada frekuensi kehadiran pola sidik jari whorl dan arch, inilah yang sering digunakan para ahli untuk mengidentifikasi karakteristik sifat seseorang Suryo, 2003. Setiap kasus kriminalitas sidik jari merupakan hal yang terpenting dalam pemecahan sebuah kasus. Pengambilan sidik jari tersebut bertujuan untuk mengenal ciri-ciri khusus setiap orang, dimana ciri-ciri khusus tersebut hanya dimiliki satu individu dan tidak ada seorang pun yang memiliki kesamaaan secara persis dengan orang lain. Salah satu dari kekhususan tersebut adalah garis dan guratan ujung jari telunjuk masing-masing orang. Guratan tersebut menunjukan bahwa tidak ada orang lain yang memiliki sidik jari yang sama Haris, 2008. Pada tahun 1970, Henry Fauld seorang ahli anatomi manusia mengatakan bahwa pola yang ada di bagian bawah jari tangan merupakan hal yang penting dalam mengidentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Dua belas tahun kemudian 1982, Francis Galton mempublikasikan buku yang berjudul “finger print”, dan sejak saat itu pola sidik jari banyak digunakan dalam dunia kepolisian. Pola ini dimanfaatkan seorang petugas dalam mencari sidik jari di TKP maupun di benda-benda yang berhasil dikumpulkan. Saat ini sidik jari banyak digunakan sebagai petunjuk dalam penanganan kasus-kasus tindak kejahatan dan kriminal Elvyandri, 2008. Sidik jari merupakan poligen, dimana sekali terbentuk maka akan tetap untuk selamanya, tidak akan berubah oleh apapun kecuali apabila terjadi kerusakan pada jari tangan seperti kebakaran Kimura, 1994. Sidik jari banyak digunakan para ahli untuk menyelidiki tentang penyakit gen, ataupun terhadap perilaku seseorang Rafiah, 1990. Seorang mantan narapidana sering dikucilkan dari masyarakat setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan. Tidak sedikit orang yang ketakutan apabila seorang Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009. USU Repository © 2009 mantan narapidana kembali ke masyarakat untuk hidup normal. Tidak banyak pula lapangan pekerjaan untuk mantan narapidana. Masyarakat menganggap bahwa mantan narapidana tidak begitu mudah untuk mengubah cara hidupnya, hal ini disebabkan karena gen yang melekat tidak akan berubah. Masyarakat sering menganggap bahwa sifat seorang mantan narapidana yang kurang sopan, dan kasar akan selalu melekat dalam dirinya Suryanto, 2008.

1.2 Permasalahan