Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.
USU Repository © 2009
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sepuluh jari tangan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dan sepuluh jari
tangan masyarakat di Luar Lembaga Pemasyarakatan. Jumlah sidik jari yang akan digunakan berasal dari 50 narapidana dari Klas IA, 50 narapidana dari Klas IIB, 50
orang kelompok Pria normal di luar Lembaga Pemasyarakatan.
3.3 Metoda Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan Metoda Acak Berstrata Stratified Random Sampling untuk narapidana dan Acak Sederhana Simple Random Sampling untuk kelompok
normal di luar narapidana. Sidik jari yang akan diperoleh dari narapidana dan kelompok normal di luar Lembaga Pemasyarakatan dipilih secara acak Singarimbun,
1995.
3.4 Metoda Kerja
Narapidana yang berada di masing-masing lembaga pemasyarakatan dikelompokkan sesuai dengan kasus yang dilakukan masing-masing. Jari-jari tangan terlebih dahulu
dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan sidik jari, jari-jari tersebut dapat dibersihkan menggunakan air atau alkohol untuk membersihkan jari-jari tersebut dari
debu atau kotoran lainnya, supaya pola sidik jari tersebut dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan sidik jari dengan cara narapidana meletakkan jari tangan pada bantalan
stempel dilakukakan sampai selesai kesepuluh jari tangan, kemudian ditempelkan di atas kertas putih sehingga terbentuk cap jari. Sidik jarinya ditentukan polanya dan
dihitung jumlah rigi-riginya. Kelompok normal Pria di luar Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dilakukan hal yang sama.
3.5 Analisis Data
a. Perhitungan Persentase Pola Sidik Jari
Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Suryo 2003, dari pola sidik jari yang telah didapatkan, dapat dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing pola sidik jari tersebut dengan rumus
sebagai berikut:
a. loop = 100
x jari
sidik n
keseluruha jumlah
loop n
keseluruha jumlah
b.arch = 100
x jari
sidik n
keseluruha jumlah
arch n
keseluruha jumlah
c.whorl = 100
x jari
sidik n
keseluruha jumlah
whorl n
keseluruha jumlah
b. Uji Chi-square X
2
Setelah didapatkan persentase pola sidik jari, menurut Dalton dalam Suryo 2003 data yang didapatkan dapat diuji Chi-square untuk melihat baik ataupun buruk data yang
didapatkan. Rumus pengujian secara chi-square dapat dilakukan sebagai berikut: X
2
=
∑
e d
2
Keterangan: X
2
= Uji Chi-square d = deviasi
e = harapan
Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Frekuensi Tipe Pola Sidik Jari
4.1 Pola Sidik Jari Normal dan Narapidana Setiap Strata
Persentase Tipe Pola Sidik Jari dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan yang membandingkan jumlah setiap pola sidik jari dengan jumlah keseluruhan sidik jari.
Data perhitungan persentase sidik jari kelompok pria normal di luar narapidana dan sidik jari narapidana setiap strata dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Pria Normal dan Narapidana Setiap Strata
Kelompok n
Loop Whorl
Arch n
n n
Normal 500
335 67
141 28,2
24 4,8
Narkoba 621
373 60
208 33
40 7
Pencurian 349
205 59
108 31
36 10
Pembunuhan 30
15 50
6 20
9 30
Keterangan: n
= jumlah keseluruhan sidik jari n = jumlah tiap pola sidik jari
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase normal loop =
67
, whorl = 28.2, arch = 4.8, Narkoba; Loop = 60, Whorl = 33, Arch = 7. Pencurian; Loop =
59, Whorl = 31, Arch = 10. Pembunuhan; Loop = 15, Whorl = 20, Arch = 30. Dari data di atas bahwa dapat dilihat bahwa persentase untuk setiap pola sidik
jari berbeda. Perbedaan yang sangat jelas adalah persentase untuk pola arch, dimana persentase pola arch yang terbesar pada Pembunuhan yaitu sebesar 30 dan paling
Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.
USU Repository © 2009
rendah adalah pada persentase arch pada kelompok normal diluar Lembaga Pemasyarakatan yaitu sebesar 4.8.
Dermatoglifi sidik jari bersifat khas dan berbeda pada tiap individu banyak digunakan sebagai alat identitas. Variasi pola dermatoglifi suatu spesies berbeda
dengan spesies yang lain dan menunjukkan kekhasan pada spesies tersebut. Dermatoglilfi banyak digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar kelompok
masyarakat yang terisolasi baik secara geografis maupun budaya. Sidik jari dipakai sebagai penanda bagaimana seseorang mengelolah informasi yang terkait dengan
karakter emosionalnya Holtzman, 2000.
Pola sidik jari untuk manusia normal memiliki frekuensi pola arch kurang dari 5, bahkan tidak setiap individu yang memiliki pola arch, pola loop = 65-75, pola
whorl = 25-30 Suryo, 1997. Berbeda dengan penderita sindrom Down, menurut Dalton dalam buku Suryo, 2003, bahwa lebih dari setengah jumlah anak penderita
sindrom Down mempunyai semua sidik jari bentuk whorl atau lingkaran. Menurut Kastama 2000, apabila seseorang yang memiliki pola arch yang banyak
dalam sidik jarinya cenderung individu tersebut memiliki watak yang keras, kurang sopan santun, menemukan lebih banyak pola arch pada mantan narapidana, satpam
dan mantan polisi. Penelitian yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan mengamati bahwa rata-rata sifat narapidana kurang sopan santun,
bertubuh tegap, berotot dan berwatak keras Kastama, 2000. Menurut Stephan 1986, orang normal memiliki perkembangan yang seimbang sehingga kepri
badiannya menjadi normal, dan apabila perkembangannya imbalance tidak seimbang, maka akan menjadi problem kepribadiannya.
Menurut Suryadi 1993, menemukan bahwa frekuensi tertinggi tipe pola sidik jari tangan kelompok umum dan mahasiswa adalah tipe loop ulna. Menurut Rafiah
1990, mendapatkan pola loop lebih banyak pada kelompok sarjana dengan yang bukan sarjana. Perbedaan pola sidik jari juga dapat untuk melihat penyakit genetis.
Menurut Meier et al., 1993, Cerly et al., 1994, Makol et al., 1994 menemukan frekuensi pola sidik jari yang berbeda nyata antara pria infertil dengan pria normal.
Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.
USU Repository © 2009
Orang yang menderita cystic fibrosis juga mempunyai karakter sidik jari yang khas dan berbeda dengan orang yang normal Kobyliansky et al., 1999. Persentase pola
sidik jari anak-anak yang mengalami keterbelakangan perkembangan mental berbeda nyata dengan anak-anak yang normal Naugler and Ludman, 1996.
Berdasarkan pengujian chi-square x
2
Lampiran G, hal 27, bahwa data persentase pola sidik jari yang didapatkan pada kelompok normal dan pencurian tidak
berbeda nyata, sedangkan persentase sidik jari narkoba dan pembunuhan berbeda nyata dari normal.
4.2 Pola Sidik Jari Setiap Strata Kriminalitas