Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo,
2009. USU Repository © 2009
4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang
yang pernah mengunjungi tempat- tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah
bepergian ke daerah lain dianggap atau dengan sendirinya naik gengsinya, naik statusnya. Dalam wisata aktif, motif prestise ini sangat penting untuk
negara- negara berkembang atau negara bekas jajahan. Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan
menjadi kelompok- kelompok motif yang lebih kecil. Motif- motif yang lebih kecil itu oleh WTO digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata.
Misalnya tipe wisata rekreasi, wisata olahraga, wisata ziarah, wisata kesehatan. Disamping cara itu juga ada kebiasaan untuk menentukan perjalanan wisata
berdasarkan modal atraksi wisata misalnya wisata alam, wisata bahari dan sebagainya.
2.4 Objek dan Atraksi Wisata
Objek wisata adalah suatu bentukan dan atau aktivitas maupun fasilitas yang berhubungan dan dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang
ke daerah tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata- mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya
tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu dari kunjungannya.Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan.
Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang jika mempunyai lebih dari satu jenis objek wisata.
Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo,
2009. USU Repository © 2009
Dalam buku Pengetahuan Kepariwisataan 2002:80 dijelaskan bahwa objek wisata dapat dibagi dalam dua kategori yaitu objek wisata alam dan objek
wisata sosial buda ya. Objek wisata alam adalah daerah tujuan wisata yang berasal dari Sang Pencipta. Objek wisata alam meliputi pantai, wisata tirta bahari,
pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi, dan health resort.
Sedangkan yang termasuk objek wisata sosial budaya meliputi peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen seperti penelitian bawah air,
industri arkeologi, dan taman- taman bersejarah; museum dan fasilitas budaya seperti museum sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu
pengetahuan, ilmu dan teknologi atau tema khusus lainnya. Atraksi wisata akan dijelaskan melalui gambar berikut ini:
Gambar 2.3 : Sumber- sumber atraksi wisata
Attractions
Event Natural
Attraction Cultural
Attractio Recreation
Entertainment Attaction
Historica l sites
Architecture
Cuisine Landscape
Park Mountains
Flora Mega- events
Community Festivals
Religious Events Sightseeing
Theme Parks Golf
Amusement Parks
Swimming
Tennis Casinos
Cinemas
Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo,
2009. USU Repository © 2009
Sumber: Marpaung, 2002.
2.5 . Pengaruh Pariwisata terhadap Kebudayaan
Kebudayaan manusia antara lain terdiri dari kepercayaan, nilai, sikap dan kelakuan, semua itu bagian dari masyarakat yang dilewati dari satu generasi ke
generasi lain. Kebudayaan diwujudkan dengan cara yang berbeda seperti dalam pekerjaan, pakaian, arsitektur, kerajinan, sejarah, budaya, bahasa, pendidikan,
tradisi, kegiatan mengisi waktu luang, kesenian, musik dan kesukaran lainnya. Proses pengembangan kebudayaan dan terpengaruhnya kebudayaan asli
akan membuat kebudayaan tersebut utama beradaptasi dengan perubahan zaman. Proses ini dalam kepariwisataan diakibatkan karena terjadi kontak antara dua
pendukung kebudayaan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda pula. Dalam proses, kedua masyarakat ini mulai berubah.
Pengunjung yang datang ke sebuah daerah dapat menikmati makanan tradisional dari daerah tersebut dan ketika kembali ke tempat asal mereka
Monuments
Museums
Ethnic Fauna
Coasts
Islands Sports Events
Trade Shows Hiking
Biking
Snow Sports Shopping
Facilities
Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo,
2009. USU Repository © 2009
kadang- kadang membuat makanan yang sama seperti yang telah mereka makan selama liburan. Masyarakat setempat juga sering mempunyai keinginan untuk
meniru pakaian turis yang datang, yang pernah mereka lihat. Proses kebudayaan saling meminjam atau saling mempengaruhi tersebut melahirkan suatu produk
budaya baru. Biasanya penerimaan ini terjadi ketika kebudayaan yang mempengaruhi
lebih kuat dari kebudayaan lokal yang dipengaruhi. Namun, ada pula kalanya ketika kebudayaan lokal yang lebih kuat mempengaruhi budaya impor. Pengaruh
pariwisata terhadap kebudayaan ini dapat dilihat secara kasat mata di Bali, khususnya di sekitar pantai diseputar pulau dewata itu.
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Ilmu Antropologi 1980 : 254, dalam kebudayaan kita dikenal proses difusi, akulturasi dan asimilasi. Proses
difusi adalah persebaran manusia. Ilmu paleoantropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu di muka bumi , yaitu
daerah sabana tropikal di Afrika Timur, sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi ini dalam segala macam lingkungan iklim.
Selain itu juga ada akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan satu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur- unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo,
2009. USU Repository © 2009
Sedangkan asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan- golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda- beda, saling bergaul
langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan- golongan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-
unsurnya masing- masing berubah wujudnya menjadi unsur- unsur kebudayaan campuran.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG TANA TORAJA