Mitos Aluk UPACARA ADAT RAMBU SOLO

Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 3.11: Batutumonga

BAB IV UPACARA ADAT RAMBU SOLO

4.1 Mitos

Menurut mitos, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana Sumber: http:ilovetoraja.blogspot.com2008_04_01_archive.html, mitos yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan tangga dari langit untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua Tuhan Yang Maha Kuasa - dalam bahasa Toraja. Lain lagi versi dari Dr. C. Cyrut seorang antropolog Sumber: http:torajakoeblogspot.com200612sejarah-tana-toraja.html, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk lokal yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin daratan Tiongkok. Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya imigran Indochina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo, 2009. USU Repository © 2009 sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.

4.2 Aluk

Aluk adalah merupakan budayaaturan hidup yang dibawa oleh kaum imigran dari dataran Indocina pada sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum masehi. Konon manusia yang turun ke bumi telah dibekali dengan aturan keagamaan yang disebut aluk. Aluk merupakan aturan keagamaan yang menjadi sumber dari budaya dan pandangan hidup leluhur suku Toraja yang mengandung nilai-nilai religius yang mengarahkan pola-pola tingkah laku hidup dan ritual suku Toraja untuk mengabdi kepada Puang Matua Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiSuku_Toraja. Cerita tentang perkembangan dan penyebaran Aluk terjadi dalam dua tahap, yakni: Tipamulanna Aluk ditampa dao langi yakni permulaan penciptaan Aluk diatas langit, Mendemme di kapadanganna yakni Aluk diturunkan kebumi oleh Puang Buru Langi dirura. Kedua tahapan ini lebih merupakan mitos. Dalam penelitian pada hakekatnya aluk merupakan budaya aturan hidup yang dibawa kaum imigran dari dataran Indocina pada sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum masehi. Aluk ada 2 macam yaitu: Aluk Sanda Saratu. Tokoh penting dalam penyebaran aluk ini adalah Tomanurun Tamboro Langi yang merupakan pembawa aluk Sanda Saratu yang mengikat penganutnya dalam daerah terbatas yakni wilayah Tallu Lembangna; Aluk Sanda Pitunna. Tokoh penting dalam Rotua Tresna Nurhayati Manurung : Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo, 2009. USU Repository © 2009 penyebaran aluk ini di wilayah barat Tana Toraja adalah Pongkapadang bersama Burake Tattiu yang menyebarkan ke daerah Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Babana Minanga, dengan memperkenalkan kepada masyarakat setempat suatu pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja to unnirui suke papa, to ungkandei kandian saratu yakni pranata sosial yang tidak mengenal strata. Di wilayah timur Tana Toraja, Pasontik bersama Burake Tambolang menyebarkannya ke daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa, Tabi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan memperkenalkan pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : To Unnirui suke dibonga, To unkandei kandean pindan, yaitu pranata sosial yang menyusun tata kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial. Tangdilino bersama Burake Tangngana menyebarkan aluk ke wilayah tengah Tana Toraja dengan membawa pranata sosial To unnirui suke dibonga, To ungkandei kandean pindan.

4.3 Kesatuan Adat