xiv
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat .......................................................................... 64
B. Analisis Bivariat ............................................................................ 69
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................. 79
Daftar Pustaka Lampiran
xv
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1
IMTU menurut WHO 2006 34
2.2 IMTU menurut CDC 2000
34 3.1
Definisi Operasional 39
4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan IX
42 4.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 44
4.3 Hasil Uji Valid Instrumen Penelitian
46 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 46
4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas
47 4.6
Interpretasi Hasil Hipotesis 54
5.1 Hasil Uji Normalitas Data
57 5.2
Karakteristik Remaja berdasarkan Jenis Kelamin 58
5.3 Karakteristik Remaja berdasarkan Suku
59 5.4
Gambaran Perilaku Makan Remaja 60
di SMP YMJ Ciputat 5.5
Distribusi Indeks Massa Tubuh IMT Remaja 61
di SMP YMJ Ciputat 5.6
Hubungan Emotional Eating terhadap IMT 62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat 5.7
Hubungan Restraint Eating terhadap IMT 62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat 5.8
Hubungan External eating terhadap IMT 63
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka Teori
37 3.1
Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 38
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 9. Hasil Olahan SPSS Bivariat
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009. United Nations
Children’s Fund UNICEF, 2011 mengelompokkan usia remaja menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok remaja awal 10-14 tahun dan kelompok remaja
akhir 15-19 tahun. Hasil sensus kependudukan yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah remaja awal berusia 10-14 tahun di Indonesia terdapat sekitar 22.677.490 remaja atau 9, 54 dari keseluruhan penduduk di
Indonesia. Di Banten, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BPS tahun 2010 jumlah remaja awal 10-14 tahun terdapat sekitar 1.063.133 remaja
atau 10 dari jumlah keseluruhan penduduk. Di Tangerang Selatan berdasarkan data BPS Tangerang Selatan presentase jumlah remaja awal 10-
14 tahun 2010 sebesar 8,6 dari jumlah keseluruhan penduduk. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan kelompok usia remaja lainnya.
Remaja merupakan masa transisi terpenting dalam kehidupan WHO, 2014. Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik aspek fisik,
emosional, dan psikososial Tzafettas, 2009. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja membuat perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder Jafar, 2005. Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja
membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat,
vitamin dan mineral Supartini, 2004. Sementara itu, menurut Ikatan Dokter Anak Seluruh Indonesia IDAI tahun 2013 mengatakan bahwa remaja
dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien dan malnutrisi.
Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 mengenai masalah gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada
remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 terdiri dari 3,3 sangat kurus dan 7,8 kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun
adalah sebesar 10,8 yang terdiri dari 8,3 gemuk dan 2,5 obesitas. Di provinsi Banten, prevalensi kejadian kekurusan dan kegemukanberada
diatas angka nasional Riskesdas, 2013. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukanterjadi pada
remaja awal. IDAI 2013 menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja
disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm 2006 dalam jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehatpenting bagi remaja karena
dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga menghasilkan kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti.
Selain itu, masa remaja adalah masa penting untuk menerapkan perilaku makan sehat karena perilaku makan yang terbentukpada remaja akan bersifat
menetap sampai dewasa Ogdon, 2003; Spear Kulbolk, 2001 dalam Sangperm.
Perilaku makan yang tidak sehat pada remaja dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah body image atau citra tubuh Patcheep, 2011.
Perubahan psikososial yang terjadi pada remajamembuat remaja ingin terlihat menarik didepan sebayanya, dan membuat remaja lebih memperhatikan citra
tubuh dirinya Muscary, 2005. Citra tubuh merupakan sikap subjektif yang dimiliki individu terhadap tubuh mereka sendiri Wong, dkk 2008. Perhatian
yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk tubuhnya Rahayu Dieny, 2012. Pada remaja perempuan umumnya
ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan bentuk tubuh karena ingin menjadi lebih
besar, lebih tinggi, dan berotot Smolack dalam Evan dalam Indika, 2010. Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam Kuessous, 2009.
Killen et al 1994, dalam Ramsay et al, 2013 menyatakan bahwa fenomena dari kesenangan berat badan dan bentuk badan pada remaja
merupakan perilaku awal dalam perkembangan gangguan makan.Hal tersebut didukung oleh pernyataan Emilia 2009 bahwa keinginan remaja untuk
memiliki bentuk tubuh yang dianggap ideal menyebabkan remaja berusaha membatasi makan. Dikutip dari kompas 2013 bahwa untuk mendapatkan
tubuh yang diinginkan remaja membatasi intake yang masuk, makan berlebihan kemudian memuntahkannya, menggunakan obat-obatan seperti
laksatif, diuretik, dan penggunaan steroid pada laki-laki agar lebih berotot. Gangguan makan akan berdampak sangat negatif bagi kesehatan tulang, berat
badan yang rendah, amenore, penurunan kadar insulin, dan gangguan keseimbangan hormonal Gibney, 2008.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairiah 2012 pada siswi putri di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 66,3 remaja putri memiliki
citra tubuh yang positif dan berpola makan yang baik. Dari hasil penelitian Rahmawati 2013 menunjukkan semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki
remaja maka semakin tinggi pula kontrol diri terhadap pola makan remaja, sebaliknya jika semakin rendah citra tubuh maka semakin rendah pula kontrol
diri terhadap pola makan remaja. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa citra tubuh berpengaruh terhadap perilaku makan remaja.
Patcheep 2011 dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa mood dan emosi seperti rasa bosan, depresi, stres atau marah yang dialami remaja juga
berpengaruh terhadap perilaku makan. Stres emosional pada remaja timbul dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas Hall dalam
Aghla, 2004. Emosi pada remaja menjadi sulit dikontrol sehingga kerap melakukan kesalahan tanpa disadari Nugroho Intan, 2009.
Streint 2013 mengungkapkan bahwa perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Bruch
1973, dalam Van streint, 2013 menjelaskan teori psychosomatic mengenai emotional eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif
seperti depresi dan putus asa. Beberapa individu akan makan berlebihan dalam menanggapi setiap rangsangan emosional yang tinggi, biasanya
mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan lemak tubuh Zellner, 2006.Restraint eating merupakan usaha secara
kognitif dalam perilaku makan untuk melawan dorongan makan Uyun, 2007, yang dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan
Wough, et al 2007. Individu yang membatasi makanannya akan cenderung makan berlebihan ketika terjadi perubahan kognitif untuk tidak membatasi
makan Streint, 2013. Sedangkan Schachter 1971, dalam Van streint, 2013 menjelaskan teori externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang
meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan lapar dan kenyang. Singh 2011 dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa
ketiga aspek perilaku makan tersebut berhubungan terhadap adipositas atau cadanganlemak tubuh.
Arisman 2009 menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur cadangan lemak tubuh yaitu perhitungan secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung menggunakan densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, “uptake of lipid-solube
inert gases ” dan pengukuran tersebut hanya cocok dilakukan di laboratorium.
Sedangkan secara tidak langsung cadangan lemak dapat dinilai dengan mengukur ketebalan lipatan kulit dan Indeks Massa Tubuh IMT. Namun,
pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur ketebalan lipatan kulit memiliki kekurangan yaitu ketersediaan nilai baku. Jika nilai baku acuan
tidak tersedia untuk mengukur ketebalan kulit maka pengukuran cadangan lemak dapat dilakukan dengan mengukur IMT.
IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai cadangan lemak tubuh bagi kebanyakan orang dan digunakan untuk
mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan CDC,
2011. IMT merupakan indeks sederhana dari berat badan BB dan tinggi badan TB yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal,
kelebihan berat badan, dan obesitas WHO, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12
tahun di Chili mengenai perilaku makan menunjukkan hasil bahwa ada hubungan restraint eating terhadap IMT, ada hubungan negatif external
eating terhadap IMT, dan ada hubungan terbalik emotional eating terhadap IMT. Di Indonesia penelitian mengenai perilaku makan sudah banyak
dilakukan, namun perilaku makan yang diteliti lebih melihat dari aspek makanan yang dikonsumsi, pola makannya, kebiasaan makan dll. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 2012 yang melihat perilaku makan remaja terhadap konsumsi kalsium.
Hasil studi pendahuluan di SMP YMJ Ciputat terhadap 10 remaja terkait dengan perilaku makan emotional eating, restrain eating, dan external
eating didapatkan hasil sebagai berikut: 3 dari 10 anak mengatakan jika marah atau kesal sering dilampiaskan dengan makan yang banyak, 5 dari 10
remaja mengurangi porsi makan dan menghindari makan ketika malam karena takut gemuk, dan 2 dari 10 remaja mengatakan makan lebih banyak
ketika makanannya enak. SMP YMJ merupakan sekolah yang seluruh siswa dan siswinya berdomisili di Ciputat, yang mana Ciputat merupakan bagian
dari provinsi Banten. Dan berdasarkan data riskesdas 2013 di Provinsi Banten, remaja awal mengalami malnutrisi baik itu kekurusan maupun
kegemukan.
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Perilaku Makan Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada
Remaja di SMP YMJ Ciputat”.
B. Rumusan Masalah
Perubahan fisik, emosional dan psikososial yang terjadi pada remaja berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Streint 2013 membahas
mengenai perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Singh 2011 dalam jurnalnya
mengungkapkan bahwa ketiga aspek perilaku makan tersebut berpengaruh terhadap adipositas. IMT merupakan pengukuran yang dapat menggambarkan
adipositas Gibney, 2009 dan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi kebanyakan orang yang digunakan untuk mendeteksi berat
badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan CDC, 2011. Di Indonesia, penelitian mengenai perilaku makan lebih banyak melihat dari
aspek pola makan, makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan, dll. Sedangkan perilaku makan yang mencakup emotional eating, restraint
eating, dan external eating masih sedikit peneliti temukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karekteristik remaja di SMP YMJ Ciputat? 2. Bagaimana gambaran perilaku makan emotional eating, restraint eating
dan external eating pada remaja di SMP YMJ Ciputat? 3. Bagaimana rata-rata indeks massa tubuh pada remaja di SMP YMJ
Ciputat? 4. Bagaimana hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja di SMP
YMJ Ciputat? 5. Bagaimana hubungan restraint eating terhadap IMT pada remaja di SMP
YMJ Ciputat? 6. Bagaimana hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP
YMJ Ciputat?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan setiap aspek perilaku makan terhadap indeks massa tubuh remaja di SMP YMJ Ciputat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin dan suku di SMP YMJ Ciputat.
b. Mengetahui gambaran perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat. c. Mengetahuirata-rata IMTpada remaja di SMP YMJ Ciputat.
d. Mengetahui hubunganemotional eating terhadap IMT remaja di SMP YMJ Ciputat.
e. Mengetahuihubungan restraint eating terhadap IMTremaja di SMP YMJ Ciputat.
f. Mengetahuihubungan external eating terhadap IMT remajadi SMP YMJ Ciputat.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan remaja dilihat dari tiga aspek perilaku makan sehingga pengkajian
keperawatan penyebab malnutrisi pada remaja dapat menyeluruh pada aspek fisik,psikologis, dan emosi.
2. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan siswa dan IMT siswa sehingga sekolah dapat ikut berperan serta
terhadap kesehatan remaja.
3. Bagi Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan yang menyebabkan malnutrisi pada remaja.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian
yang menghubungkan perilaku makan yang terdiri dari 3 aspek gaya makan yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating terhadap IMT.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di YMJ Ciputat yang berjumlah 90. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa
data yang digunakan adalah Uji Spearman dengan bantuan program aplikasi statistik.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA