7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secara
Linguistik kebahasaan Kata akhlak merupakan isim Jamid atau ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut
begitu adanya. Kata akhlaq adalah jama’ dari kata Khulqun atau khuluq yang
artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya di dalam al-
Qur’an maupun al-Hadits.
1
Dilihat dari segi terminologi akhlak terdapat definisi beberapa pakar yang diutarakan antara lain:
a. Muhamad bin `Illaan ash-Shadiqy
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik dengan cara yang mudah tanpa dorongan dari
orang lain.
2
b. Abdullah Dirroz
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan
pihak yang benar dalam hal akhlak yang baik atau pihak yang jahat dalam hal akhlak yang jahat
3
c. Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik dan buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
4
1
Moh. Ardani, akhlak – Tasawuf Jakarta: Karya Mulia, 2005, Cet. II, h. 25.
2
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, Cet. V , h. 3.
3
H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. III, h. 14.
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo, 2003, Cet. V , h. 4.
8 d.
Ibnu Maskawaih Akhlak is the state of the soul which causes it to perform its action without
thought and deliberation. Akhlak adalah suatu kondisi jiwa yang menyebabkan ia bertindak tanpa
memerlukan pemikiran dan timbangan yang mendalam.
5
e. Imam al-Ghazali
Menurut al-Ghazali akhlak adalah al-khuluq jamaknya al-akhlak ialah ibarat sifat atau keadaan dari perilaku yang konstan tetap dan
meresap dalam jiwa, darinya timbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
6
Dari beberapa pengertian di atas tentang definisi akhlak dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak adalah, pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan
berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya,
bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan
harapan-harapan yang indah-indah dan lain sebagainya.
7
Ketiga, perbuatan tersebut dilakukan dengan spontan tanpa adanya pertimbangan dan
pemikiran.
B. Pengertian, Tugas dan Tanggung Jawab Guru
1. Pengertian Guru
Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar.
Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik,
ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah. Dalam bahasa Arab istilah
5
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Resolusi Spiritual, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2007, h. 2.
6
Zainudin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. I, h. 104..
7
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: Bina Ilmu, 1979, h. 10
9 yang mengacu kepada pengertian guru, yaitu al-alim jamaknya ulama atau
al-muallim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulamaahli pendidikan untuk menunjuk pada arti guru. Selain itu, adalah al-
mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran dan al-muaddib yang merujuk kepada guru yang secara khusus
mengajar di istana serta al-ustadz untuk menunjuk kepada guru yang mengajar bidang pengetahuan agama Islam, dan sebutan ini hanya dipakai
oleh masyarakat Indonesia dan Malaysia.
8
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing.
9
Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran
kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai
materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid
Baja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
10
Guru dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh
potensi peserta didik, baik potensi afektif rasa, kognitif cipta, maupun psikomotorik karsa.
11
Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melaksanakan
8
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid Studi Pemikiran Tasawuf al-Ghazali, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, h.41.
9
Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang: Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1982, h. 42.
10
Ibid., h. 36.
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, h. 74-75.