Jenis-Jenis dan Prinsip-Prinsip Kejahatan Hukum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

humanity adalah satu dari empat “kejahatan-kejahatan internasional” international crimes, disamping The Crime of Genocide, War Crimes dan The Crime of Aggression. International Crimes sendiri didefinisikan sebagai kejahatan-kejahatan yang karena tingkat kekejamannya, tidak satupun pelakunya boleh menikmati imunitas dari jabatannya; dan tidak ada yurisdiksi dari satu negara tempat kejahatan itu terjadi digunakan untuk mencegah proses peradilan oleh masyarakat internasional terhadapnya. Dengan kata lain, internasional crimes ini menganut asas universal yurisdiction. 24 1 Pembunuhan Jadi, definisi dari kejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan sendiri adalah “tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari sebuah penyerangan yang luas dan sistematik yang terjadi secara langsung terhadap populasi sipil”.

B. Jenis-Jenis dan Prinsip-Prinsip Kejahatan Hukum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Crimes Againts humanity Jenis-jenis Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Crimes Againts humanity Lebih spesifik lagi yang dapat dikatergorikan kedalam kejahatan terhadap kemanusiaan adalah: Pembunuhan adalah suatu tindakan yang dapat mengakibatkan matinya orang lain. Pembunuhan dalam kasus kejahatan terhadap kemanusiaan ini harus 24 Ibid Universitas Sumatera Utara memenuhi unsur-unsur kesengajaan dan yang lebih penting lagi harus dikategorikan kedalam kejahatan yang paling serius. 2 Pemusnahan Pemusnahan ini ditimbulkan secara sengaja pada kondisi kehidupan, antara lain dengan dihilangkannya akses kepada pangan dan obat-obatan, yang diperhitungkan akan membawa kehancuran terhadap sebahagian penduduk. 25 3 Perbudakan Perbudakan berarti pelaksanaan dari setiap atau semua kekuasaan yang melekat pada hak kepemilikan atas seseorang dan termasuk dilaksanakannya kekuasaan tersebut dalam perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak- anak. 26 4 Deportasi atau pemindahan secara paksa penduduk Deportasi atau pemindahan secara paksa penduduk berarti perpindahan orang-orang yang bersangkutan secara paksa dengan pengusiran atau perbuatan pemaksaan lainnya dari daerah dimana mereka hidup secara sah, tanpa alasan yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional. 27 5 Penyiksaan Memenjarakan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional. Penyiksaan berarti ditimbulkannya secara sengaja rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik fisik maupun mental terhadap seseorang yang ditahan atau dibawah penguasaan tertuduh; kecuali kalau siksaan tersebut tidak 25 Statuta Mahkamah Internasioan, Pasal 7 ayat 2 sub b. 26 Ibid, sub c 27 Ibid, sub d Universitas Sumatera Utara termasuk rasa sakit atau penderitaan yang timbul hanya dari yang melekat pada atau sebagai akibat yang sah. 28 7 Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pengahmilan paksa, pemaksaan sterilisasi, atau bentuk lain dari kekerasan seksual lain yang cukup berat Pengahmilan paksa berarti penahanan tidak sah, terhadap seorang perempuan yang secara paksa dibuat hamil, dengan mempengaruhi komposisi etnis dari suatu kelompok penduduk atau melaksanakan suatu pelanggaran berat terhadap hukum internasional 29 8 Penganiayaan Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat didefinisikan atau klektivitas atas dasar politik, ras nasional, etnis budaya, agama, jender atau atas dasar lain yang secara universal diakui sebagai tidak diijinkan berdasarkan hukum internasional yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksuddalam jurisdiksi mahkamah. 9 Penghilangan paksa Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa berarti perpindahan orang-orang yang bersangkutan secara paksa dengan pengusiran atau perbuatan pemaksaan lainnya dari daerah dimana mereka hidup secara sah, tanpa alasan yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional. 10 Kejahatan Apartheid 28 Ibid, sub e 29 Ibid, sub f Universitas Sumatera Utara Berarti perbuatan tidak manusiawi dengan sifat yang sama dengan sifat- sifat yang disebutkan dalam ayat 1, yang dilakukan dalam konteks suatu rejim kelembagaan berupa penindasan dan dominasi sistematik oleh satu kelompok rasial atas suatu kelompok atau kelompok-kelompok ras lain dan dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan rejim itu. 11. Perbuatan tidak manusiawi lain Perbuatan tidak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara sengaja menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau mental atau kesehatan fisik. Prinsip-prinsip Hukum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Crimes Againts humanity Seperti yang diketahui, bahwa Pasal 7 dalam Statuta Roma harus dihargai sebagai Pasal yang bernilai tinggi dalam Statuta Roma. Oleh karena itu, Pasal ini merealisasikan konsep kejahatan terhadap kemanusiaan yang wajib dipatuhi oleh negara-negara di dunia dan membedakannya dari kejahatan lain dengan mengaitkan pada kebijakan negara atau organisasi politik. Kejahatan ini tidak didefinisikan atas dasar gawatnya kejahatan itu: seseorang pembunuh berantai dapat menimbulkan kerusakan lebih luas daripada penyiksaan rutin yang dilakukan oleh polisi. Yang memisahkan kejahatan terhadap kemanusiaan baik dalam kelicikannya dan dalam kebutuhan akan peraturan-peraturan khusus tentang penolakan terhadapnya adalah suatu fakta yang sederhana, yaitu bahwa kejahatan itu merupakan suatu aksi brutal yang nyata-nyata dilakukan oeh pemerintah atau setidaknya oleh organisasi yang melaksanakan atau memaksakan Universitas Sumatera Utara kekuasaan politiknya. Yang menjadikan kejahatan itu sangat mengerikan dan menempatkan kejahatan ini dalam dimensi yang berbeda dari kejahatan biasa adalah bukan apa yang ada di pikiran si pelaku penyiksaan, tetapi kenyataan bahwa individu tersebut merupakan ‘bagian dari aparat negara’. Itulah sebabnya mengapa diperlukan tanggung jawab individu dan yurisdiksi universal jika ada ingin pembendungan terhadap kejahatan tersebut. Seperti halnya para bajak laut dan pedagang budak pada abad ke-18 tak tersentuh oleh hukum, mengingat mereka berada dilaut lepas sehingga bukan merupakan subjek yurisdiksi negara manapun, begitu juga halnya para politisi dan jenderal diabad ke-20 yang kebal hukum selama mereka menjalankan kedaulatan negara. Kini yurisdiksi univesal akan mengaitkan mereka dengan kejahatan terhadap kemanusiaan, Pasal 27 menghilangkan seluruh kekebalan bagi kepala negara serta anggota pemerintahan dan parlemen. Ini akan diberlakukan pada negara-negara yang merupakan negara pihak dalam perjanjian ICC dan hal ini juga akan membawa pengaruh dalam hukum internasional. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, disamping kebiasaan dan prinsip- prinsip hukum umum, kejahatan terhadap kemanusiaan sudah diterima dalam sebuah perjanjian internasional yaitu Statuta Roma mengenai Pengadilan Pidana Internasional. Sudah diterima secara internasional pula bahwa norma-norma didalamnya merupakan kodifikasi dari hukum pidana internasional. Beberapa prinsip yang diakui dalam kejahatan kemanusiaan, adalah 30 1. Prinsip non retroaktif dalam kejahatan terhadap kemanusiaan : 30 Op.cit. http:www.sekitarkita.com Universitas Sumatera Utara Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan terhadap kemanusiaan karena alasan-alasan berikut ini: a. Kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan kejahatan dalam hukum kebiasaan internasional dan prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum itu, orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan baik secara commission maupun ommission dapat dihukum secara retroaktif. b. Pasal 15 2 dalam Statuta Roma mengenai hak-hak sipil dan politik memungkinkan pengecualian azas non retroaktif untuk kejahatan- kejahatan yang telah diterima sebagai kejahatan menurut prinsip- prinsip hukum umum. 2. Pertanggung jawaban komando Pelaku tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan dapat dituntut dalam kapasitasnya sebagai penanggung jawab komando command respondsibility. Secara konseptual seorang komandan dapat dimintai pertanggung jawabannya baik atas perbuatan pidananya karena langsung memberi perintah kepada pasukan yang berada dibawah pengendaliannya untuk melakukan salah satu atau beberapa perbuatan dari kejahatan terhadap kemansiaan by commission maupun karena membiarkan atau tidak melakukan tindakan apapun terhadap pasukan dibawah pengendaliannya by ommission. Pertanggung jawaban karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutan tidak melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada pihak berwenang agar dilakukan penyelidikan. Sebagai contoh dari pertanggung jawaban pidana karena Universitas Sumatera Utara pembiaran adalah Jenderal Yamashita, perdana Menteri Tokyo, menteri Luar Negeri Hirota pada pengadilan tokyo, Perdana Menteri Kambada dari Rwanda dan yang sekarang masih berlangsung proses persidangannya Presiden Slobodan Milosevic, di Den Haag. Konsep demikian sudah diterima cukup lama dalam hukum internasional, terakhir terkodifikasi dalam Statuta Roma. 3. Prinsip praduga tak bersalah Berdasarkan Pasal 61 Statuta Roma, prinsip ini menempatkan adanya beban pada jaksa pnuntut umum untuk membuktikan kesalahan dengan alasan- alasan yang meyakinkan. Pasal 97 i Statuta Roma menyarankan bahwa bukti- bukti dan bantahan tidak dibebankan kepada terdakwa, meskipun banyak pembelaan yang dinyatakan dalam Statuta, seperti perintah atasan dan paksaan, menempatkan beban-beban tersebut kepada terdakwa. Masalah beban dan standar bukti dapat menjadi sangat penting dalam pengadilan yang menggunakan sistem juri, walaupun mereka mencoba untuk bersikap akademis dalam membuat putusan-putusan pengadilan dengan alasan-alasan yang meyakinkan. Pada praktiknya, pada saat tuntutan telah membuktikan tanpa keraguan adanya keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, tugas yang berat dalam membuat kondisi tidak bersalah seperti adanya paksaan atau keadaan yang tidak sadar atau kesalahan akan berpindah kepada terdakwa.

C. Kejahatan Terhadap kemanusiaan Crimes Againts humanity Dalam