Ada empat jenis tindak pelanggaran serius yang menjadi pelanggaran,yaitu:
1. Genocide Genosida
2. Crimes Againts humanity Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
3. War Crimes Kejahatan Perang
4. Aggression kejahatan Agresi
Statuta ini belum bisa diberlakukan sebelum 60 negara meratifikasinya. Sampai Juli 2001, 37 negara telah meratifikasinya dan 139 menyatakan
persetujuannya. Jumlah ini tidak termasuk Indonesia. Dalam Statuta ini juga menjelaskan beberapa hal tentang struktur mahkamah, jenis pelanggaran,
penyelidikan dan penuntutan, persidangan dan hukuman serta beberapa hal penting lainnya. Amerika Serikat yang dikenal sebagai salah satu negara yang
menjunjung nilai kemanusiaan merupakan salah satu negara bersama dengan China dan Irak yang menolak disahkannya Statuta Roma. Beberapa mahkamah
yang telah dibentuk untuk berbagai kasus pelanggran adalah sebagai berikut
34
a International Criminal Tribunal for Yugoslavia ICTY, dibentuk pada
tahun 1993. :
b International Criminal Tribunal for Rwanda ICTR, dibentuk DK PBB
pada tahun 1994.
D. Kejahatan Kemanusiaan Crimes Againts humanity dalam Piagam
Pererikatan Bangsa-Bangsa
34
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-konvensi Palang Merah 1949, Bina Cipta, Bandung, 1999, hal 204.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan Mahkamah Internasional bertujuan untuk mengisi kekosongan lembaga pidana kejahatan hak azasi manusia dan memutus rantai
panjang impunity kekebalan hukum. Statuta Roma merupakan sebuah perjanjian multilateral untuk membentuk Mahkamah Pidana internasional International
Criminal Court, yang dihasilkan dalam sebuah Konferensi Diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa di Roma Italia pada 17 Juli 1998. Disetujuinya
Statuta Roma merupakan suatu langkah penting bagi penegakan hak azasi manusia didunia. Dari 148 negara peserta konferensi, 120 mendukung, 7
menentang, dan 21 abstain. Tindak pelanggaran serius hak azasi manusia yang diadopsi didalam statuta ini adalah genosida genocide, kejahatan terhadap
kemanusiaan crime againts humanity, kejahatan perang war crimes, dan kejahatan agresi agression.
35
Statuta ini bisa diberlakukan bila diratifikasi oleh 60 negara. Hingga sampai sekarang ini, sudah ada 56 negara yang meratifikasinya. Statuta Roma
dapat dikatakan sebagai yurisprudensi dari sejumlah pengadilan kriminal internasional yang pernah dibentuk atas keputusan Dewan Keamanan PBB,
seperti International Tribunal for Yugoslavia ICTY 1993 dan International Criminal Tribunal for Rwanda ICTR 1994.
36
Sebelum munculnya Statuta Roma, PBB telah memiliki International Court of Justice ICJ yang bermarkas di Den Haag, Belanda. Tetapi ICJ hanya
mengadili sengketa antara negara-negara, bukan mengadili tindak pidana. ICJ
35
Sumaryo, Diereito, “Kejahatan terhadap Kemanusiaan”, http:www.yayasanhak. minihub.org.
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tidak memadai untuk mengadili kejahatan internasional, seperti kejahatan perang kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pembentukan Mahkamah Pidana Internasional, suatu pengadilan pidana yang permanen merupakan langkah untuk mengisi kekosongan lembaga pidana
ditingkat internasional pelanggaran berat Hak Azasi Manusia HAM. Ini jelas merupakan langkah maju untuk memutus mata rantai panjang impunity
kekebalan hukum yang terjadi dibanyak negara yang penegakan hukumnya masih sangat rendah. Pembentukkan Mahkamah Internasional bertujuan untuk
mengisi kekosongan lembaga pidana kejahatan Hak Azasi Manusia HAM dan memutus rantai panjang impunity kekebalan hukum.
37
1. Pembunuhan;
Istilah kejahatan terhadap kemanusiaan pertama kali digunakan dalam piagam Nuremberg. Piagam ini merupakan perjanjian multilateral antara Amerika
Serikat dan sekutunya setelah berakhirnya Perang Dunia II. Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Jerman Nazi sebagai pelaku yang harus bertanggung jawab
atas kejahatan terhadap kemanusiaan selama Perang Dunia II. Kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Pasal 7 Statuta Roma
didefinisikan sebagai salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Perbuatan tersebut beupa:
2. Pemusnahan;
3. Perbudakan;
37
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum internasional; 6.
Penyiksaan; 7.
Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lainnya yang setara; 8.
Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin, atau alasan lainnya yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9. Penghilangan orang secara paksa;
10. Kejahatan Apartheid;
Pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan bisa jadi aparat, instansi negara, pelaku non negara.
Sebagai sumbangan bagi dunia internasional, khususnya dibidang penegakan Hak Azasi Manusia HAM, negara Timor Lorosae merdeka bisa
meratifikasi Statuta Roma. Jika Stauta Roma ini berlaku, maka kejahatan seperti yang terjadi di Timor Lorosae sepanjang 1999 akan dibawa langsung ke
pengadilan internasional. Tidak seperti sekarang, keputusan untuk mengadili atau tidak terletak pada Dewan Keamanan PBB, yang didominasi oleh negara-negara
adikuasa itu.
Universitas Sumatera Utara
E. Kejahatan Kemanusiaan Crimes Againts humanity dalam Konvensi Den