xxxi
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. MAN 4 Model Jakarta
Sejak tahun 1992 Sekolah Menengah Keguruan di seluruh Indonesia ditiadakan. Karena itu pendidikan Guru Agama Negeri PGAN 28 Jakarta
beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta Selatan. Pada tanggal 20 Februari 1998 MAN 4 Jakarta Selatan ditetapkan menjadi MAN
percontohan untuk propinsi DKI Jakarta, dengan nama MAN 4 Model
Jakarta.
Visi yang ingin dicapai adalah, pengembang pendidikan Islami unggul dalam prestasi, dengan Misi mengabdi kepada profesi sebagai wujud
syukur kepada Ilahi dengan belajar dan etos kerja yang tinggi. Untuk menunjang aktifitas belajar mengajar, MAN 4 Model Jakarta
dilengkapi dengan fasilitas berupa gedung sekolah yang terbagi menjadi tiga, yaitu Gedung A, Gedung B dan Gedung Multimedia dan setiap gedung
memiliki 3 lantai.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi MAN 4 Model Jakarta
xxxii
2.2. Proyeksi
Proyeksi adalah teknik untuk menggambarkan suatu objek ke dalam bidang gambar atau bidang proyeksi dengan cara menempatkan bidang
gambar atau bidang proyeksi di antara mata dan objek
Julistiono, 2005 : 23.
Proses proyeksi pada dasarnya dapat dipandang sebagai penarikan garis cahaya dari primitif-primitif objek ke suatu titik pusat proyeksi COP =
Center of Projection menembus suatu bidang dua dimensi. Citra primitif- primitif yang terbentuk pada bidang proyeksi ini setelah tertembus garis-
garis cahayanya merupakan hasil proses proyeksi. http:www2.toki.or.id.
Gambar 2.2. Proyeksi perspektif sumber gambar :
http:www2.toki.or.id
Jika COP terletak pada titik tak hingga di balik bidang proyeksi,
maka garis-garis cahaya itu membentuk garis lintasan sejajar. Sementara jika terletak tidak terlalu jauh dari bidang proyeksi maka garis-garis cahaya itu
akan memusat di COP. Karenanya dapat dibedakan dua macam proyeksi yaitu proyeksi paralel dan proyeksi perspektif. Pada proyeksi paralel, COP
tidak dapat didefinisikan, sehingga yang digunakan adalah arah proyeksinya
DOP = Direction of Projection. http:www2.toki.or.id.
xxxiii Gambar 2.3. Proyeksi paralel sumber gambar :
http:www2.toki.or.id.
Proyeksi yang digunakan dalam penggambaran tata letak ruang di sini menggunakan proyeksi perspektif. Di sini akan dijelaskan dengan
singkat gambar proyeksi lainnya, walaupun di dalam aplikasi digunakan proyeksi perspektif dengan 2 titik hilang karena gambar akan lebih
mendekati bentuk benda sebenarnya. Hubungan antara jenis proyeksi dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Bagan hubungan jenis proyeksi sumber gambar http:linux. if. itenas.ac.id
xxxiv
2.2.1. Proyeksi Perspektif
Kata “Perspektif” berasal dari kata Itali “Prospettiva” yang berarti “gambar pandangan”. Yohannes Suparyono, 2003 : 7
Proyeksi perspektif adalah cara penggambaran pandangan tunggal dimana dalam menggambarkan gambar proyeksinya, garis-
garis yang sejajar pada salah satu atau dua dimensinya bertemu pada suatu titik hilang. Julistiono H, 2005 : 29
Kelebihan gambar proyeksi ini adalah bentuk gambarnya akan lebih mendekati bentuk benda sebenarnya seperti penglihatan
secara nyata atau terkesan sebagai bentuk tiga dimensi, dimana benda yang letaknya lebih jauh dari mata akan terlihat lebih kecil
ukurannya. Untuk membuat gambar perspektif diperlukan suatu pedoman
ukuran. Pedoman ukuran ini didapat dari bidang frontal. Bidang frontal adalah bidang yang berhimpit atau sejajar dengan bidang
gambar. Kekhususan bidang frontal adalah perbandingan ukuran dan bentuknya sesuai dengan ukuran dan bentuk yang sebenarnya.
Untuk mendapatkan titik hilang dalam gambar perspektif, selalu ditarik dari titik pandang sejajar dengan garis-garis objek ke
arah garis cakrawala atau garis yang berada sejajar dengan pandangan mata. Garis-garis objek pada penggambarannya akan
menghilang di titik hilang. Dari berbagai tipe gambar perspektif,
xxxv yang paling umum dikategorikan adalah perspektif dengan 1, 2 dan 3
titik hilang.
a Perspektif dengan 1 titik hilang
Objek ditempatkan sedemikian rupa sehingga 2 pasang tepi utamanya sejajar dengan bidang gambar dan pasangan
ketiganya tegak lurus terhadap bidang gambar. Pasangan garis sejajar ketiga ini akan mengumpul ke arah 1 titik hilang dalam
perspektif.
Gambar 2.5. Rel kereta api dalam pandangan perspektif. Sumber gambar http:en.wikipedia.org
Seperti pada Gambar 2.5, koridor rel kelihatan mengecil dan menghilang di satu titik yaitu pada titik hilang vanishing
point seandainya pada rel itu diletakkan bangun kubus atau balok, maka sisi-sisi kubus atau balok juga akan mengecil pada
titik hilang. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.6.
xxxvi Gambar 2.6. Perspektif 1 titik hilang.
Pada Gambar 2.6. digambarkan sebuah kubus dengan 1 titik hilang. Sisi depan kubus menempel pada bidang gambar,
berarti bahwa ukuran sisi depan kubus merupakan ukuran sebenarnya.
Cara menggambar perspektif 1 titik hilang adalah sebagai berikut Yohannes Suparyono, 2003 : 53 :
1. Menentukan titik pandang. Apabila titik pandang terlalu
dekat dengan bidang gambar maka terjadilah gambar perspektif dengan kedalaman yang berlebihan. Untuk itu
perlu diperhatikan batas sudut pandang atau kerucut pandang, yaitu maksimal 60
untuk kontrusi perspektif. 2.
Untuk dapat melihat seluruh objek, maka posisi pengamat dimundurkan lebih jauh dari bidang gambar sehingga
seluruh bagain objek dapat terjangkau oleh sudut pandang maksimum. Lihat Gambar 2.7.
xxxvii Gambar 2.7. Posisi pengamat dan objek sumber gambar :
Yohannes 2003,52.
3. Gambarkan objek dan bidang gambar.
4. Tentukan sumbu pandang dan baris cakrawala, maka
otomatis titik hilang didapatkan. Titik hilang berasal dari pertemuan sumbu pandang dan garis cakrawala.
5. Tentukan titik pandang menurut kedua sudut pandang
horisontal dan vertikal. Untuk sudut pandang horisontal selalu ditarik dari titik benda terjauh terhadap TH dengan
kemiringan 30 terhadap sumbu pandang. Kemudian sudut
pandang vertikal dengan mengukur tinggi cakrawala dari sumbu pandang ke kiri dan ditarik garis dengan kemiringan
30 terhadap sumbu pandang. Lihat Gambar 2.8
xxxviii 6.
Tentukan titik ukur dengan cara menarik garis dari titik pandang ke bidang gambar dengan kemiringan 45
terhadap sumbu pandang. Lihat Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Membuat titik ukur. sumber gambar : Yohannes 2003,53
7. Dari setiap sudut bidang muka kubus ditarik garis menuju
TH titik lenyap. 8.
Kedalaman kubus diukur dari ukuran sisi kubus dan diletakkan disebelah kiri, kemudian ditarik menuju titik
ukur yang berada di garis cakrawala. Lihat Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Hasil akhir. sumber gambar : Yohannes 2003,54
xxxix
b Perspektif dengan 2 titik hilang
Objek ditempatkan sedemikian rupa, sehingga satu pasang tepi sejajarnya tegak dan tidak memiliki titik hilang.
Perspektif 2 titik hilang dapat digunakan untuk menggambar objek yang sama seperti perspektif 1 titik hilang.
Memperlihatkan jalanan yang bercabang dua yang cabangnya menghilang pada jarak tertentu. Satu titik mewakili satu dari
garis yang sejajar, titik lainnya mewakili garis lainnya. Pada rumah, satu dinding akan menyusut ke arah titik hilangnya dan
dinding yang lain akan menyusut ke arah titik hilang kebalikannya.
Gambar 2.10. Perspektif 2 titik hilang. sumber gambar http:en.wikipedia.org
Cara menggambar perspektif 2 titik hilang adalah sebagai berikut Julistiono H, 2005 : 31 :
1. Tentukan dahulu TM atau TP titik matatitik pandang
yang diletakkan sedemikian rupa sehingga garis pandang merupakan jarak terdekat mata terhadap bendanya.
2. Tentukan bidang frontal, salah satu bidang yang sejajar
dengan garis horizontal.
xl 3.
Tentukan sumbu koordinat benda dan dari TM ditarik garis- garis sejajar dengan sumbu koordinat tersebut yang
memotong bidang frontal di titik T
1
dan T
2.
4. Tentukan garis lantai serta garis horizon yang berada di atas
garis lantai dengan jarak tertentu disebut tinggi horizon. 5.
Proyeksikan secara vertikal titik-titik T
1
dan T
2
ke garis horizon akan didapat titik-titik hilang TH
1
dan TH
2
. 6.
Gambarkan penampang perpotongan benda dengan bidang frontal dengan bentuk dan ukuran yang sesuai sebenarnya
serta dasarnya tepat pada garis lantai. 7.
Tarik garis-garis proyeksi dari titik hilang ke titik-titik sudut penampang benda yang frontal tersebut, akan
tergambar bidang-bidang depan benda tersebut. 8.
Untuk menggambarkan setiap titik dari benda tersebut didapat dengan cara menghubungkan titik-titik tersebut ke
TP yang memotong atau dipotongkan ke bidang frontal dan dari titik-titik potong ini ditarik garis-garis vertikal yang
memotong garis-garis proyeksi yang bersangkutan sehingga terbentuk garis-garis atau titik-titik bendanya.
xli Gambar 2.11. Hasil gambar perspektif dengan 2 titik hilang
Sumber gambar : Julistiono 2005,32
c Perspektif dengan 3 titik hilang
Objek ditempatkan sedemikian rupa, sehingga tidak satupun dari tepi utamanya sejajar dengan bidang gambar. Oleh
sebab itu tiap pasangan tepi sejajar dari ketiga pasangan itu memiliki titik hilang tersendiri. Bidang gambar dianggap
hampir tegak lurus terhadap garis sumbu kerucut sinarnya. Perspektif 3 titik hilang biasanya digunakan untuk
bangunan yang dilihat dari atas atau bawah. Titik hilang yang ketiga merupakan tambahan dari dua titik hilang yang
sebelumnya. Jika dua titik hilang sebelumnya menghilang ke arah kanan dan kiri, titik hilang yang ketiga menghilang ke arah
tanah. Jika melihat bangunan dari bawah, titik hilang yang ketiga akan mengarah ke angkasa
xlii Gambar 2.12. Perspektif 3 titik hilang sumber gambar
http:en.wikipedia.org
Cara menggambar proyeksi perspektif dengan 3 titik hilang adalah http:www.khulsey.com:
1. Tarik garis bidang gambar, garis horizon, garis tanah, posisikan
objek dan tentukan titik pandang. Lihat Gambar 2.13.
Gambar 2.13. Objek berbentuk persegi panjang.
2. Tentukan sumbu koordinat benda dan dari TP ditarik garis-garis
sejajar dengan sumbu koordinat tersebut yang memotong bidang frontal di titik T
1
dan T
2.
Proyeksikan secara vertikal kedua titik
tersebut terhadap garis horizon, maka didapatlah titik lenyap 1 dan 2. Untuk titik lenyap 3 ditentukan sembarang sejajar dengan titik
pandang. Lihat Gambar 2.14.
xliii Gambar 2.14. Titik T1 dan T2 menghasilkan TH1 dan TH2.
3. Tarik garis dari setiap sudut objek menuju titik pandang, dan
perpotongan garis-garisnya pada bidang gambar. Lihat Gambar 2.15.
Gambar 2.15. Garis-garis proyeksi ditarik dari objek.
4. Tambahkan tampak samping objek untuk acuan ukuran tinggi
objek yang sebenarnya. Tarik garis dari TH1 dan TH2 ke arah garis tanah, pada sudut objek paling depan. Lihat Gambar 2.16.
xliv Gambar 2.16. Garis proyeksi pada bagian bawah objek.
5. Tarik garis dari TH1 dan TH2 ke bagian sisi atas melalui garis
Bantu dari objek tampak samping. Lihat Gambar 2.17.
Gambar 2.17. Garis proyeksi pada bagian atas dan bawah.
6. Tarik garis dari TH1 ke sisi atas kanan objek dan tarik garis dari
TH2 ke sisi kiri atas objek. Lihat Gambar 2.18.
xlv Gambar 2.18. Garis proyeksi pada bagian atas objek.
7. Tarik garis dari sudut kanan atas hasil perpotongan 2 garis, ke arah
TH3. Sehingga terbentuklah bagian luar dari objek. Lihat Gambar 2.19
Gambar 2.19. Garis proyeksi dari TH3.
8. Tarik garis dari TH1 dan TH2 ke arah sudut bawah kiri dan kanan
objek. Sehingga terbentuklah bagian dalam dari objek. Lihat Gambar 2.20.
xlvi Gambar 2.20. Garis proyeksi dari sisi dalam objek.
9. Hasil akhir yang didapat. Lihat Gambar 2.21.
Gambar 2.21. Proyeksi perspektif dengan 3 titik hilang.
2.2.2. Proyeksi Paralel
Disebut proyeksi paralel, karena garis proyeksi berupa garis-garis yang sejajar. Pada proyeksi paralel, posisi koordinat diubah ke dalam
penglihatan pada bidang datar dengan menggunakan bantuan garis-garis paralel. Yang termasuk dalam proyeksi paralel adalah:
a Ortogonal
Gambar proyeksi ortogonal menyajikan gambar suatu objek dengan skala yang tepat. Ukuran yang terdapat pada bidang
gambar adalah ukuran yang terlihat dalam kenyataan Yohannes Suparyono, 2003 : 20.
xlvii Gambar 2.22. Gambar ortogonal dengan tiga sisi sumber
gambar: http:linux.if.itenas.ac.id
b Aksonometri
Proyeksi aksonometri adalah proyeksi miring dimana tiga muka dimensi dari objek akan terlihat dengan bentuk dan ukuran
yang sebanding dengan objek aslinya. Macam-macam proyeksi aksonometri adalah isonometri, dimetri dan trimetri. Julistiono,
2005 : 25.
c Oblique
Proyeksi oblique atau miring digambarkan dengan cara meletakkan sisi utama sejajar dengan bidang proyeksi. Sisi utama
digambarkan seperti objek sebenarnya dengan skala yang sama dengan aslinya. Sisi yang tegak lurus terhadap sisi utama
diproyeksikan dengan skala perbandingan 1, ½ atau 13. pada proyeksi oblique terdapat dua metode yaitu Cavalier yang
xlviii menggunakan skala penuh pada semua sisinya. Dan Cabinet yang
menggunakan skala penuh hanya pada sisi utama, dan skala ¾ atau ½ pada sisi lainnya. Perbedaan antara kedua metode dapat dilihat
pada Gambar 2.32.
Gambar 2.23. Proyeksi Cavalier dan Cabinet sumber gambar : http:linux.if.itenas.ac.id.
2.3. Multimedia