6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepuasan penghuni
Kepuasan berhuni atau housing satisfaction mengukur kepuasan secara meluas terhadap situasi hunian McCray Day, dalam Lee Park, 2010.
Menurut Galster 1987 di dalam penelitian Heryanti 2013, housing satisfaction adalah suatu ukuran dari celah antara kebutuhan dan aspirasi keadaan yang di-
idamkan penghuni terhadap keadaan hunian sebenarnya. Terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan berhuni, yakni faktor individu
penghuni, atribut hunian, dan atribut lingkungan sekitar hunian Toscano Amestoy, 2007.
Kepuasan atau satisfaction dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran dari celah antara keadaan penghunisebenarnya dan yang diidamkan Galster, 1987
dalam Amole, 2008. Menurut Thomsen 2008 di dalam penelitian Heryanti 2013, tentang aspek kepuasan berhuni bagi mahasiswa menemukan bahwa
tinggal di dekat pusat kota dan dekat dengan tempat belajar merupakan aspek yang signifikan dalam menentukan tingkat kepuasan. Ia juga menyatakan bahwa
akan lebih bermanfaat apabila penelitian tidak hanya menanyakan apakah penghuni sudah merasa puas tidak puas dengan kondisi huniannya, tetapi juga
fokus pada ketidaksesuaian antara preferensi dan kondisi aktual hunian. Menurut Amole 2008 di dalam penelitian Heryanti 2013, evaluasi kepuasan penghuni
dapat dilihat dari karakteristik fisik bangunan.
Universitas Sumatera Utara
7
2.2. Hunian Sewa Mahasiswa
Menurut Nurdini 2012, hunian sewa dapat didefinisikan sebagai hunian yang oleh pemiliknya disewakan seluruh atau sebagian unitnya kepada mahasiswa
sebagai pihak pengguna atau konsumen. Hunian sewa dapat dikategorikan sebagai komoditas investasi oleh pihak penyedia untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Penyedia dan konsumen hunian sewa bersepakat melakukan transaksi sewa menyewa atas hunian sesuai dengan harga tertentu yang berlaku dalam
mekanisme pasar. Dari sudut pandang kebutuhan pengguna, kondisi berhuni dengan cara menyewa dapatterjadi akibat beberapa hal, yaitu:
1. Belum adanya kemampuan untuk memiliki hunian home ownership,
2. Adanya kebutuhan berhuni yang non-permanen untuk periodet ertentu di
suatu lokasi, 3.
Preferensi untuk menyewa daripada membeli. Kenyon dan Heath 2001 dalam Nurdini, 2012.
Menurut Yudohusodo 1991 dalam Saleh 2010, pembangunan rumah sewa sederhana diarahkan kepada dua kebijaksanaan dasar yaitu:
Penyediaan rumah sewa oleh sektor non formal perseorangan. Pembangunan rumah sewa sederhana berdasarkan azas swadaya, dengan
pengerahan sumber daya masyarakat setempat dan dengan pemberian subsidi yang diusahakan sekecil mungkin.
Karakteristik Pondokan Mahasiswa adalah merupakan ciri-ciri khas atau sifat-sifat khas yang melekat pada keadaan lingkungan, yang memberikan
kekhususan dan yang membedakan dengan keadaan lingkungan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
8
Mahasiswa penghuni rumah pondokan sangat terbatas dari segi kemampuan finansial dimana mereka hanya mengandalkan kirimanpenghasilan sehingga
mahasiswa mempunyai pertimbangan dalam menentukan hunian rumah pondokan yang ditempatinya. Drakakish Smith dalam Saleh 2010 menyatakan bahwa
semakin rendah penghasilan seseorang maka pertimbangan utama dalam memilih hunian tempat tinggal yaitu kedekatan dengan lokasi bekerja atau pusat pelayanan
kota. Sama halnya mahasiswa dengan keterbatasan penghasilankiriman kedekatan dengan kampus merupakan faktor utama dalam penentuan hunian
untuk bertempat tinggal.
2.3. Fasilitas Hunian Mahasiswa