BAB III ANALISIS HADIS-HADIS TENTANG TALQÎN MAYIT SETELAH
PENGUBURAN
Dalam menganalisis suatu hadis diperlukan kegiatan men-takhrîj
46
. Ada empat
47
metode dalam melakukan kegiatan takhrîj, tetapi di sini penulis Hanya menggunakan tiga metode dari empat metode tersebut. Pertama, penulis
menggunakan metode yang terambil dari kata-kata atau lafaz fi’îl, kedua, menggunakan metode awal matan hadis, dan ketiga, melalui tema.
A. Hadis Pertama
46
Takhrîj secara bahasa berarti berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu. Kata takhrîj sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian, dan pengertian-
pengertian yang popular untuk kata takhrîj ialah, al-istinbat h mengelurkan, al-tadrîb h melatih atau h pembiasaan, dan al-taûjih h memperhadapkan. Menurut istilah kata takhrîj mempunyai
beberapa arti, yakni : 1 Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang di susun oleh para mukharrij-nya langsung yakni
para periwayat yang juga sebagai pengimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan. 2 Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadis,
yang di dalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanad-nya masing-masing, serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan kualitas hadis-nya. 3 Ulama hadis mengemukakan
berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya,
atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan. Lih : M. Syuhudi Ismâ’îl, Metodologi Penelitian Hadis Nabi
Jakarta : Bulan Bintang, 2007, cet ke-2, h. 39.
47
Pertama, melalui nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut, kedua, melalui awal matan hadis, ketiga, melalui kata-kata fi’il atau terambil dari fi’il yang jarang digunakan, dan yang
keempat melalui tema. Lihat : Bustamin dan M. Isa H.A. Salâm, Metodelogi Kritik Hadis Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet ke-1, h. 28.
ﻰ أ
ﺮ آ ﺪ ﻌﺳ
ﺪ ﷲا
يدوﺄﻟا لﺎ
: تﺪﻬ
ﻮ أ ﺔﻣﺎﻣأ
ﻮهو عﺰﱠﻟا
لﺎﻘ :
اذإ ﻣ
اﻮﻌ ﺎ ﺎ آ
ﺎ ﺮﻣأ لﻮﺳر
ﷲا ﻰﱠ
ﷲا و
ﱠﺳ ﱠنأ
ﺎ ﺎ ﻮ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﷲا
ﻰﱠ ﷲا
و ﱠﺳ
لﺎﻘ :
اذإ تﺎﻣ
ﺪﺣأ ﻣ
ﻜ اﻮ إ ﱠﻮ
باﺮ ﻟا ﻰ
ﺮ ﻘ
آﺪﺣأ ﻰ
سأر ﺮ
ﱠ ﻘ ﻟ
: ﺎ
نﺎ ﺔ ﺎ
ﱠﺈ ﻌ
ﺎﻟو ﱠ
لﻮﻘ :
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
يﻮ اﺪ ﺎ
ﱠ لﻮﻘ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
لﻮﻘ :
ﺪ رأ ﺎ
ﻚ ﺣر ﷲا
ﻜﻟو ﺎﻟ
نوﺮﻌ ﻘ
: ﺮآذا
ﺎﻣ ﺮ
ﻣ ﺎ ﺪﻟا
ةدﺎﻬ ﺎﻟ
ﻟإ ﺎﱠﻟإ
ﷲا ﱠنأو
اﺪﱠ ﻣ ﺪ
ﻟﻮﺳرو ﻚﱠأو
ر ﷲﺎ
ﺎًر مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و
ﺎ د ﺪﱠ
و ﺎً ﱠ
ن ﺮﻘﻟﺎ و ﺎﻣﺎﻣإ
ﱠنﺈ اﺮﻜ ﻣ
اﺮ ﻜ و ﺬ ﺄ
ﺪﺣاو ﺎ ﻬ ﻣ
ﺪ ﺣﺎ
لﻮﻘ و :
ا ﺎ
ﺎﻣ ﺪﻌﻘ
ﺪ ﻣ
ﺪ ﻘﻟ
ﱠ ﺣ نﻮﻜ
ﷲا ﺣ
ﺎ ﻬ ود لﺎﻘ
ر :
ﺎ لﻮﺳر
ﷲا ﱠنﺈ
ﻟ فﺮﻌ
ﻣأ لﺎ
: ﻰﻟإ
ءاﱠﻮﺣ ﺎ
نﺎ ءاﱠﻮﺣ
48
ﻌ ﻟا ﺮ ﻜﻟا
: اﺮ ﻟا
a. Melalui awal matan
Dalam melakukan penelitian melalui awal matan, penulis menggunakan referensi kitab Mausû’ah al-Atrâf al-Hadis al-Nabawî al-Syarîf. Karya
Muhammad al-Sa’di Ibn Basyûnî Zaglûl. Dari kitab tersebut penulis dapatkan informasi sebagai berikut:
اذإ تﺎﻣ
ﺪﺣأ ﻣ
ﻜ ﻮ إ ﻮ
باﺮ ﻟا ﻃ
= :
، =
: ،
ﻣ =
: ،
ﺰ آ =
__________
ﻃ =
ﻌ ﻟا ﺮ ﻜﻟا
اﺮ ﻟا
48
Sulaimân bin Ahmad bin Ayyûb Abû al-Qâsim al-Tabrânî, Al-Mu’jam al-Kabîr, Maktabah al-‘Ulûm al-Hukm, 1983.M1404.H , Juz.8, h.249.
= ﻟا
ﺮ ﻟا ﺮ
دﺎﺣأ ﻌ اﺮﻟا
ﺮ ﻜﻟا ﺪ اوﺰﻟا
ﻣو ﺪ اﻮ ﻟا
ﻣ =
ﻣ ﺰ آ
= ﺰ آ
لﺎ ﻌﻟا ﺳ
لاﻮ ا لﺎﻌ او
Berdasarkan keterangan di atas, maka jelas bahwa matan tersebut terdapat pada :
1. al-Mu’jâm al-Kabîr, Juz 8, halaman 249, 6 sanad 2. al-Talkhîs al-Khabîr fi al-Takhrîj, Juz 2, halaman 315, 1 sanad
3. Majmu’ al-Zawâ’id, Juz 3 ,halaman 163, 1 sanad 4. Kanz al-‘Ummâl, Juz 15 , halaman 737, 1 sanad
b. Melalui fi’il pada matan Dalam menelusuri lafadz hadis yang terdapat pada matan, di sini penulis
menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras li alfâz al-Hadtîs al-Nabawî karangan A.J. Wensinck. Dan penggalan kata yang ditelusuri adalah
تﺎﻣ ,
اﻮﻌ ,
مﺎ
: .
Penulis tidak menemukan hadis yang diteliti dalam kitab Mu’jam tersebut.
c. Penelusuran Hadis Melalui Tema
Untuk men-takhrîj hadis melalui tema, penulis menggunakan rujukan kitab Miftâh Kunûz al-Sunnah karangan Muhammad Fu’âd al-Bâqi.
49
. Dan dari penelitian yang dilakukan penulis tidak menemukan hadis yang di teliti.
a. Penelitian Sanad Hadis Pertama
49
Muhammad Fu’âd al-Bâqi, Miftâh Kunûz al-Sunnah al-Qahirah: Dâr al-Hadis, 1411 H 1991 M, Cet ke-1, h. 351.
Berdasarkan penelitian di atas bahwa jelas matan hadis pertama, terdapat dalam kitab-kitab hadis di antaranya:
Al-Mu’jâm al-Kabîr
ﺎ ﱠﺪﺣ ﻮ أ
ﻘ أ
ﺳ ﺎﻟﻮ ﻟا
ﺎ ﺪﱠ ﻣ
هاﺮ إ ءﺎ ﻌﻟا
ﻟا ﺎ
ﺎ ﺳإ شﺎ
ﺎ ﺪ
ﷲا ﺪﱠ ﻣ
ﺮﻘﻟا ﻰ
أ ﺮ آ
ﺪ ﻌﺳ ﺪ
ﷲا يدوﺄﻟا
لﺎ :
تﺪﻬ ﻮ أ
ﺔﻣﺎﻣأ ﻮهو
عﺰﱠﻟا لﺎﻘ
: اذإ
ﻣ اﻮﻌ ﺎ
ﺎ آ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﷲا
ﻰﱠ ﷲا
و ﱠﺳ
ﱠنأ ﺎ ﺎ ﻮ
ﺎ ﺮﻣأ لﻮﺳر
ﷲا ﻰﱠ
ﷲا و
ﱠﺳ لﺎﻘ
: اذإ
تﺎﻣ ﺪﺣأ
ﻣ ﻜ اﻮ إ
ﱠﻮ باﺮ ﻟا
ﻰ ﺮ
ﻘ آﺪﺣأ
ﻰ سأر
ﺮ ﱠ
ﻘ ﻟ :
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
ﻌ ﺎﻟو
ﱠ لﻮﻘ
: ﺎ
نﺎ ﺔ ﺎ
ﱠﺈ يﻮ
اﺪ ﺎ ﱠ
لﻮﻘ ﺎ
نﺎ ﺔ ﺎ
ﱠﺈ لﻮﻘ
: ﺎ ﺪ رأ
ﻚ ﺣر ﷲا
ﻜﻟو ﺎﻟ
نوﺮﻌ ﻘ
: ﺮآذا
ﺎﻣ ﺮ
ﻣ ﺎ ﺪﻟا
ةدﺎﻬ ﺎﻟ
ﻟإ ﺎﱠﻟإ
ﷲا ﱠنأو
اﺪﱠ ﻣ ﺪ
ﻟﻮﺳرو ﻚﱠأو
ر ﷲﺎ
ﺎًر مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و
ﺎ د ﺪﱠ
و ﺎً ﱠ
ن ﺮﻘﻟﺎ و ﺎﻣﺎﻣإ
ﱠنﺈ اﺮﻜ ﻣ
اﺮ ﻜ و ﺬ ﺄ
ﺪﺣاو ﺎ ﻬ ﻣ
ﺪ ﺣﺎ
لﻮﻘ و :
ا ﺎ
ﺎﻣ ﺪﻌﻘ
ﺪ ﻣ
ﺪ ﻘﻟ
ﱠ ﺣ نﻮﻜ
ﷲا ﺣ
ﺎ ﻬ ود لﺎﻘ
ر :
ﺎ لﻮﺳر
ﷲا ﱠنﺈ
ﻟ فﺮﻌ
ﻣأ لﺎ
: ﻰﻟإ
ءاﱠﻮﺣ ﺎ
نﺎ ءاﱠﻮﺣ
50
ﻌ ﻟا ﺮ ﻜﻟا
: اﺮ ﻟا
“Dari Yahyâ bin Abî Katsîr dari Sa’îd bin ‘Abdillâh al-Awdî, berkata: “Aku menyaksikan Abû Umâmah r.a, ketika itu beliau dalam
keadaan naza’ menjelang kematiannya. Beliau berkata:”Apabila aku wafat maka hendaklah urus aku sebagaimana yang diperintahkan Nabi
Saw., dalam mengurus orang kita yang meninggal. Beliau Nabi Saw berkata: “Apabila meninggal salah seorang diantaramu maksudnya orang
Islam dan telah didatarkan tanah diatas perkuburannya, maka hendaklah salah seorang diantaramu berhenti sebentar dihadapan kepala si mayit itu,
hendaklah ia berkata: “Hai fulan anak wanita fulan, maka si mayit mendengar tetapi ia tidak bisa menjawab. Kemudian dikatakan lagi: “Hai
fulan anak wanita fulan Maka ia menjawab: “Berilah petunjuk kepada kami semoga Tuhan memberi rahmat kepadamu. Tetapi kamu tidak
50
Sulaimân bin Ahmad bin Ayyûb bin Abû al-Qasim Al-Tabrânî, Al-Mu’jam al-Kabîr, h.249
mendengar ucapannya itu. Kemudian katakan lagi: “Ingatlah hal ketika engkau keluar dari dunia, yaitu pengakuan bahwa tiada Tuhan selain
Allah, Muhammad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bahwasannya engkau telah rida bahwa Allah Tuhanmu, Islam agamamu, Muhammad
Nabimu, Al-Qur’an Imammu. Ketika itu malaikat Munkar dan Nakir saling memegang tangan kawannya dan berkata : “Mari kita kembali saja,
apa gunanya kita duduk dihadapan orang yang telah di-talqîn-kan jawabannya. Berkata Abû Umâmah r.a,: Seorang sahabat bertanya kepada
Nabi Saw.,: “Wahai Rasulullah, kalau orang yang men-talqîn-kan itu tidak tahu nama ibunya, bagaimana?. Jawab Nabi Saw,: “Dibangsakan saja
ia kepada ibunya Siti Hawa” H.R.Tabrânî, Mu’jam al-Kabîr
51
]
Al-Talkhîs al-Khabîr fi al-Takhrîj
ﺪﺣ ﱠأ
ﻰﱠ ﱠﻟا
ﱠﺳو نﺎآ
اذإ غﺮ
ﻣ د
ﻟا و
لﺎ و اوﺮ ﺳا
ﻜ ﺄﻟ اﻮﻟﺄﺳاو
ﻟ ﻟا
ﱠﺈ ن ﻟا
لﺄ ﻮ أ
دواد آﺎ ﻟاو
راﱠﺰ ﻟاو نﺎ
لﺎ راﱠﺰ ﻟا
ﺎﻟ ىوﺮ
ﱠﻟا ﻰﱠ
ﱠﻟا ﱠﺳو
ﺎﱠﻟإ ﻣ
اﺬه ﻮﻟا
3
. ﻟﻮ
و نأ
ﱠﻘ ﻟا
ﺪﻌ ﱠﺪﻟا
لﺎﻘ ﺎ
ﺪ ﱠﻟا
ﺎ ا
ﺔﻣأ ﱠﻟا
ﺮآذا ﺎﻣ
ﺮ ﻣ
ﺎ ﺪﻟا ةدﺎﻬ
نأ ﺎﻟ
ﻟإ ﺎﱠﻟإ
ﱠﻟا ﱠنأو
اﺪﱠ ﻣ لﻮﺳر
ﱠﻟا ﱠنأو
ﺔﱠ ﻟا ﱞ ﺣ
ﱠنأو رﺎﱠﻟا
ﱞ ﺣ ﱠنأو
ﻌ ﻟا ﱞ ﺣ
ﱠنأو ﺔ ﺎﱠ ﻟا
ﺔ ﺎﻟ
ر ﺎﻬ
نأو ﷲا
ﻌ ﻣ
رﻮ ﻘﻟا ﻚﱠأو
ر ﱠﻟﺎ
ﺎًر مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و
ﺎ د ﺪﱠ
و ﺎً
ن ﺮﻘﻟﺎ و ﺎﻣﺎﻣإ
ﺔ ﻌﻜﻟﺎ و ﺔ
ﻣﺆ ﻟﺎ و ﺎ اﻮ إ
درو ﺮ ﻟا
ﱠﻟا ﻰﱠ
ﱠﻟا ﱠﺳو
اﺮ ﱠ ﻟا أ
ﺔﻣﺎﻣأ اذإ
ﺎ أ ﻣ
ﺎ اﻮﻌ
ﺎ آ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﱠﻟا
ﻰﱠ ﱠﻟا
ﱠﺳو نأ
ﺎ ﺎ ﻮ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﱠﻟا
ﻰﱠ ﱠﻟا
ﱠﺳو لﺎﻘ
اذإ تﺎﻣ
ﺪﺣأ ﻣ
ﻜ اﻮ إ ﱠﻮ
باﺮ ﻟا ﻰ
ﺮ ﻘ
آﺪﺣأ ﻰ
سأر ﺮ
ﱠ ﻘ ﻟ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
ﻌ ﺎﻟو
ﱠ لﻮﻘ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
يﻮ اﺪ ﺎ
ﱠ لﻮﻘ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
لﻮﻘ ﺎ ﺪ رأ
ﻚ ﺣﺮ ﱠﻟا
ﻜﻟو ﺎﻟ
نوﺮﻌ ﻘ
ﺮآذا ﺎﻣ
ﺮ ﻣ
ﺎ ﺪﻟا ةدﺎﻬ
نأ ﺎﻟ
ﻟإ ﺎﱠﻟإ
ﱠﻟا ﱠنأو
اﺪﱠ ﻣ ﺪ
ﻟﻮﺳرو ﻚﱠأو
ر ﱠﻟﺎ
ﺎًر مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و
ﺎ د و
ﺪﱠ
51
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama Jakarta, Pustaka Tarbiyah, Cet.25, 2006,h.91
Majmu’ al-Zaw â’id
ﺪ ﻌﺳ ﺪ
ﷲا يدوﺄﻟا
لﺎ :
تﺪﻬ ﺎ أ
ﺔﻣﺎﻣأ هﺎ ﻟا
ﻮهو عﺰﱠﻟا
لﺎﻘ :
اذإ ﻣ
اﻮﻌ ﺎ ﺎ آ
ﺎ ﺮﻣأ لﻮﺳر
ﷲا ﻰﱠ
ﷲا و
ﱠﺳ ﱠنأ
ﺎ ﺎ ﻮ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﷲا
ﻰﱠ ﷲا
و ﱠﺳ
لﺎﻘ :
اذإ تﺎﻣ
ﺪﺣأ ﻣ
ﻜ اﻮ إ ﱠﻮ
باﺮ ﻟا ﻰ
ﺮ ﻘ
آﺪﺣأ ﻰ
سأر ﺮ
ﱠ ﻘ ﻟ
: ﺎ
نﺎ ﺔ ﺎ
ﱠﺈ ﻌ
ﺎﻟو ﱠ
لﻮﻘ :
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
يﻮ اﺪ ﺎ
ﱠ لﻮﻘ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
لﻮﻘ :
ﺎ ﺪ رأ ﻚ ﺣر
ﷲا ﻜﻟو
ﺎﻟ نوﺮﻌ
ﻘ :
ﺮآذا ﺎﻣ
ﺮ ﻣ
ﺎ ﺪﻟا ةدﺎﻬ
ﺎﻟ ﻟإ
ﺎﱠﻟإ ﷲا
ﱠنأو اﺪﱠ ﻣ
ﺪ ﻟﻮﺳرو
ﻚﱠأو ر
ﷲﺎ ﺎًر
مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و ﺎ د
ﺪﱠ و
ﺎً ﱠ ن ﺮﻘﻟﺎ و
ﺎﻣﺎﻣإ ﱠنﺈ
اﺮﻜ ﻣ اﺮ ﻜ و
ﺬ ﺄ ﺪﺣاو
ﺎ ﻬ ﻣ ﺪ
ﺣﺎ لﻮﻘ و
: : ا
ﺎ ﺎﻣ
ﺪﻌﻘ ﺪ
ﻣ ﺪ
ﻘﻟ ﱠ ﺣ
نﻮﻜ ﷲا
ﺣ ﺎ ﻬ ود
لﺎﻘ ر
: ﺎ
لﻮﺳر ﷲا
ﱠنﺈ ﻟ
فﺮﻌ ﻣأ
لﺎ :
ﻰﻟإ ءاﱠﻮﺣ
ﺎ نﺎ
ءاﱠﻮﺣ
Kanz al-‘Ummal
ﺪ ﻌﺳ يﻮﻣﺎﻟا
لﺎ :
تﺪﻬ ﺎ أ
ﺔﻣﺎﻣأ ﻮهو
عاﺰﱠﻟا لﺎﻘ
ﻟ :
ﺎ ﺪ ﻌﺳ
اذإ ﺎ أ
ﻣ اﻮ ﻌ ﺎ
ﺎ آ ﺎ ﺮﻣأ
لﻮﺳر ﷲا
ﻰﱠ ﷲا
ﱠﺳو ،
لﺎ ﺎ ﻟ
لﻮﺳر ﷲا
ﻰﱠ ﷲا
ﱠﺳو : :
اذإ تﺎﻣ
ﺪﺣأ ﻣ
ﻜ اﻮ إ ﱠﻮ
باﺮ ﻟا ﻰ
ﺮ ﻘ
آﺪﺣأ ﻰ
سأر ﺮ
ﱠ ﻘ ﻟ
: ﺎ
نﺎ ﺔ ﺎ
ﱠﺈ ﻌ
ﺎﻟو ﱠ
لﻮﻘ :
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
يﻮ اﺪ ﺎ
ﱠ لﻮﻘ
ﺎ نﺎ
ﺔ ﺎ ﱠﺈ
لﻮﻘ :
ﺎ ﺪ رأ ﻚ ﺣر
ﷲا ﻜﻟو
ﺎﻟ نوﺮﻌ
ﻘ :
ﺮآذا ﺎﻣ
ﺮ ﻣ
ﺎ ﺪﻟا ةدﺎﻬ
ﺎﻟ ﻟإ
ﺎﱠﻟإ ﷲا
و ﱠنأ
اﺪﱠ ﻣ
b. I’tibar Sanad
Kata al-i’tibar
رﺎ ا merupakan masdar dari kata ﺮ ا yang menurut
bahasa adalah: peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang jelas.
52
Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, al- i’tibar
berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak Hanya seorang perawi saja; dan
dengan menyertakan sanad-sanad lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang
dimaksud.
53
Melalui I’tibar ini pula, akan diketahui apakah hadis yang di teliti ini memiliki syahîd atau mutabi’ dari jalur lain.
Dalam hal ini hadis-hadis talqîn mayit setelah penguburan, i’tibar sanad akan jelas terlihat pada skema sanad yang tertera pada lampiran. Namun disini
akan diuraikan terlebih dahulu keadaan sanad tersebut secara rinci. Melalui penelitian yang dilakukan dengan menelusuri kitab-kitab induk
hadis, nampak bahwa hadis Rasulullah Saw meriwayatkan hadis hadis-hadis talqîn
mayit setelah penguburan memiliki satu riwayat yang berakhir pada jalur sahabat Abî Umâmah.
52
Totok Sumantoro, Kamus Ilmu Hadis Nabi Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet, I, h. 91.
53
Syuhudi Ismâ’îl, metodologi Penelitian Hadis Jakarta: Bulan Ibntang, 2007, h. 49.
Hadis ini tidak memiliki syahîd dan mutabi’. Namun sebelumnya, penulis akan menjelaskan sanad-sanad yang memerlukan uraian pada jalur periwayatan,
sehingga skema akan mudah dipahami.
Periwayat hadis dalam kitab al-Mu’jam al-Kabîr.
Periwayat I: Abî Umâmah Nama Abî Umâmah setelah penulis melakukan penelitian nama Abî
Umâmah yang di maksud ialah Sada ibn ‘Ajlan ibn Wahhâb, ibn ‘Umâr, Abî Umâmah al-Bâhili. Dalam skema nama tersebut akan di tulis dengan Abî
Umâmah. Periwayat II: Sa’îd ibn Abdillâh
Sedangkan yang di maksud dengan Sa’îd ibn Abdillâh setelah nama Abî Umâmah, nama lengkapnya ialah Sa’îd ibn Abdillâh. Dalam skema nama tersebut
akan di tulis dengan Sa’îd ibn Abdillâh. Periwayat III: Yahyâ ibn Abî Katsîr
Kemudian yang di maksud dengan Yahyâ ibn Abî Katsîr setelah nama Sa’îd ibn Abdillâh ialah Yahyâ ibn Abî Katsîr. Dalam skema nama tersebut akan
di tulis dengan Yahyâ ibn Abî Katsîr. Periwayat IV: ‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qudsyî
Nama ‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qudsyî, setelah penulis melakukan penelitian nama yang di maksud ialah ‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qudsyî.
Dalam skema nama tersebut akan di tulis dengan ‘Abdullâh ibn Muhammad al- Qudsyî.
Periwayat V: Ismâ’îl ibn ‘Iyâsy Sedangkan yang di maksud dengan Ismâ’îl ibn ‘Iyâsy setelah nama
‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qudsyî ialah Ismâ’îl ibn ‘Iyâsy. Dalam skema nama tersebut akan di tulis dengan Ismâ’îl ibn ‘Iyâsy.
Periwayat VI: Muhammad Ibrâhîm ibn al-‘Ulâ al-Hamsî. Nama lengkapnya ialah Muhammad Ibrâhîm ibn al-‘Ulâ al-Hamsî. Dalam
skema nama tersebut akan di tulis dengan Muhammad Ibrâhîm ibn al-‘Ulâ al- Hamsî.
Periwayat VII: Abû ‘Uqail Anas ibn Salâm Nama lengkapnya ialah Abû ‘Uqail Anas ibn Salâm. Dalam skema nama
tersebut akan di tulis dengan Abû ‘Uqail Anas ibn Salâm. Periwayat VIII: al-Tabrânî
Nama lengkapnya ialah Sulaimân ibn Ahmad ibn Ayyûb Abû al-Qasim al- Tabrânî. Dalam skema nama tersebut akan di tulis dengan al-Tabranî.
c. Kritik Sanad
Dalam kegiatan penelitian kritik sanad ini, penulis memulainya dari periwayat terakhir mukharij, yaitu al-Tabranî, yakni yang melalui jalur Abî
Umâmah. Kemudian diikuti oleh periwayat-periwayat sesudahnya dan seterusnya sampai periwayat pertama sahabat.
1. al-Tabranî Nama lengkapnya ialah Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyûb Abû al-Qasim al-
Tabrânî,
2. Abû ‘Uqail Anas ibn Salâm Setelah melakukan penelitian dari berbagai macam kitab al-Rijâl, penulis
tidak menemukan identitas nama tersebut diatas. 3. Muhammad Ibrâhîm ibn al-‘Alâ al-Hamsî
Nama: Muhammad bin Ibrâhîm bin al-‘Ala al-Syâmî al-Damasyqî, Abû ‘Abdillâh al-Zâhid al-Sâ’ih
Tingkatan ke-9 termasuk Atba’it Tabi’in kecil Yang meriwayatkan hadis darinya: Ibn Mâjah
Pendapat Para Ulama: Manurut Ibn Hajar: Munkar hadisnya
Menurut Al-Dzahabî: al-Dâruqutni mendustakannya 4. Ismâ’îl ibn ‘Iyâsy
Nama: Ismâ’îl bin ‘Iyâsy bin Salîm al-‘Ansî, Abû ‘Utbah al-‘Hamsî Tingkatan ke-8 dari pertengahan Atbâ’it Tabi’in
Wafat: tahun 181182. H Yang meriwayatkan hadis darinya: al-Bukhari Juz Raf’ulyadain Abû
Dâwud, al-Tirmidzi, al-Nasâ’i, Ibn Majah Pendapat para Ulama:
Menurut Ibn Hajar: Sadûq
Menurut Al-Dzahabî: Dia termasuk Ulama Syam pada zamannya, Yazîd bin Hârûn berkata: Saya tidak melihat seseorang yang paling hafidz selain Ismâ’îl
bin Iyâsy, 5. ‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qudsyî
Setelah melakukan analisis dari berbagai macam kitab al-Rijâl, penulis tidak menemukan identitas nama tersebut diatas.
6. Sa’îd ibn Abdillâh Setelah melakukan penelitian dari berbagai macam kitab al-Rijâl, penulis
tidak menemukan identitas nama tersebut diatas. 7. Abî Umâmah.
54
Nama lengkapnya ialah Sada ibn ‘Ajlan ibn Wahhâb, ibn ‘Umâr, Abî Umâmah al-Bâhili. Beliau wafat pada tahun 86 H di Syam.
Guru-gurunya ialah Nabi Saw, Ustman ibn Affân, Ali ibn Abî Tâlib, ‘Umâr ibn Khattab, Muaz ibn Jabâl, Abû Dardâ, dll.
Murid-muridnya ialah Makhûl al-syami, al-Qâsim Abî Abdurrahman, Lukman ibn Âmar, Yazîd ibn Yazîd ibn Jabir, dll.
Komentar kritikus tentang beliau: Ibn Barqi berkata dia ahli hadis bukan ahli sejarah.
Al-Waqda dari Khalid ibn Da’laj dari Qatadah dari al-Hasan berkata akhir dari sahabat yang wafat adalah Abî Umâmah.
Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya jelas bahwa Abî Umâmah adalah sahabat Nabi Saw. periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari
54
SyihAbûddîn Ahmad ibn ‘Alî ibn Hajar al-Asqalanî, Tahdzib al-Tahdzib, jilid 4, h.368.
Setelah sanad dari kitab Al-Mu’jam al-Kabîr, al-Talkhîs al-Khabîr fi al- Takhrîj, Majmu’ al-Zawâ’id,
dan Kanz al-‘Ummâl, ternyata semuanya memiliki satu jalur yang sama yaitu melalui jalur Abî Umâmah, kemudian setelah penulis
teliti dari beberapa kitab al-Rijâl al-Hadîts maupun kitab al-Takhrîj al-Hadîts, dapat dikatakan sanad-nya da’if, karena banyak para perawi hadis yang penulis
tidak temukan identitasnya dengan jelas. Dan untuk mengetahui apakah bisa meningkat kualitasnya, maka diperlukan penelitian dari jalur lain.
B. Hadis Kedua