Sunan Abû Dâwud

Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya jelas bahwa ‘Utsmân ibn Affân adalah sahabat Nabi Saw. periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari Nabi Saw. Ada hubungan murid dan guru antara keduanya. Dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung.

2. Sunan Abû Dâwud

Dalam kegiatan penelitian kritik sanad ini, penulis memulainya dari periwayat terakhir mukharij, yaitu 1. Sunan Abû Dâwud, yakni yang melalui jalur Ustmân ibn Affân. Kemudian diikuti oleh periwayat-periwayat sesudahnya dan seterusnya sampai periwayat pertama sahabat. 1. Sunan Abû Dâwud Nama lengkapnya ialah Abû Dâwud Sulaiman bin As’ab al-Sajastânî al- Azdî 2. Ibrâhîm ibn Mûsâ al-Râzi Nama lengkapnya: Ibrâhîm ibn Mûsâ ibn Yazîd ibn Zadzan al-Tamîmî, Nama lainnya adalah Abû Ishâq al-Fara’ al-Râzi, itu gelar ketika beliau masih kecil. Beliau wafat pada tahun 220.H. Guru-gurunya: Ibrâhîm ibn Mûsâ al-Ziyat al-Musilî, Ahmad ibn Basyîr, Baqiyah ibn Walid, Jarir ibn Abd al-Hamîd, Hisyâm ibn Yûsuf al-San’ani, Hatim ibn Ismâ’îl. Syuaib ibn Ishâq al-Damasyqi Murid-muridnya: al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwud, Ismâ’îl ibn ‘Amr, Abû Hatim ibn Muhammad ibn Idrîs, Abû Haitsam Khâlid ibn Yazîd al-Râzi Pendapat Ulama: Ibn Hajar berkata: Tsiqah Hafidz al-Dzahabi berkata:Beliau seorang hafidz, berkata Abû Zar’ah bahwa: Aku telah menulis hadis darinya sekitar seratus ribu hadis Abû Hâtim berkata: Tsiqah Abû Zar’ah berkata: hadisyang diriwayatkan darinya termasuk hadis sahih, dan saya termasuk orang yang hafal hadis darinya kira-kira lima puluh hadis. Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya tidak ada seorangpun yang mencela dirinya, periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari Hisyâm ibn Yûsuf dapat di percaya. Ada hubungan murid dan guru antara Ibrâhîm ibn Mûsâ al-Râzi dengan Hisyâm ibn Yûsuf. Karena dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung. 3. Hisyâm ibn Yûsuf Nama lengkapnya:Hisyâm ibn Yûsuf al-San’ani, Dan nama lainnya Abû ‘Abdurrahmân al-Abnawa, al-Qâdhi, beliau tergolong Tabi’in kecil, wafat pada tahun 197.H. Guru-gurunya: Ibrâhîm ibn ‘Amr ibn Kisan, ‘Umayah ibn Syibl, Bakar ibn ‘Abdillâh ibn Wahhâb ibn Munabbih, Dâwud ibn Qais, ‘Abdullâh ibn Bahîr ibn Risan, Rabbah ibn ‘‘Abdullâh ibn ‘Amr al-‘Umri. Murid-muridnya: Ibrâhîm ibn Mu’awiyah al-Nasri, Ibrâhîm ibn Mûsâ al- Râzi, Ishâq ibn Abî Isrâ’îl, Ishâq ibn Rahawaih, Pendapat Ulama: Ibn Hajar berkata: Tsiqah al-Dzahabî ketika beliau ditanya, tidak berkomentar Berkata al-Husain ibn al-Hasan al-Râzi: “Aku telah bertanya kepada Yahyâ ibn Mu’în tentangnya, Maka beliau berkomentar: “Tidak ada masalah, dan dia termasuk Dabit, menurut Ibn Juraij dari ‘Abd al-Razzâq. Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya tidak ada seorangpun yang mencela dirinya, periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari ‘‘Abdullâh ibn Bahîr dapat di percaya. Ada hubungan murid dan guru antara Hisyâm ibn Yûsuf dengan ‘‘Abdullâh ibn Bahir. Karena dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung. 4. ‘‘Abdullâh ibn Bahir Nama lengkapnya: ‘Abdillâh ibn Bahîr ibn Risan al-Maradi, Nama lainnya adalah Abû Wa’il al-Qas, Nama lainnya juga al-Yamâni al-San’ani Guru-gurunya: ‘Abd ar-Rahman ibn Yâzid al-Qas, ‘Urwah ibn Muhammad al-Sa’di, Hani Maula ‘Utsmân . Murid-muridnya: Ibrâhîm ibn Khâlid, Rabbah ibn Zaid, ‘Abd al-Razzâq ibn Hamam, Muhammad ibn al-Hasan ibn Atasy, Hisyâm ibn Yûsuf al-San’ani. Pendapat Ulama: Ibn Hajar mengatakan tsiqah menurut pendapat Ibn Mu’în al-Dzahabî berkata: Tsiqah dan tidak ada masalah. Ishâq ibn Mansûr berkata dari Yahyâ ibn Mu’în: Tsiqah Dan Ibn Hibbân menyebutkan dalam kitabnya: Tsiqah Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya tidak ada seorangpun yang mencela dirinya, periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari Hâni Maula ‘Utsmân ibn Affân dapat di percaya. Ada hubungan murid dan guru antara ‘‘Abdullâh ibn Bahîr dengan Hâni Maula ‘Utsmân ibn Affân. Karena dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung. 5. Hâni Maula ‘Utsmân ibn ‘Affân Nama lengkapnya: Hâni al-Barbara, ada yang mengatakan Abû Sa’îd, Maula ‘Utsmân ibn ‘Affân, beliau termasuk pertengahan tabi’in. Guru-gurunya: Jara ibn al-Harîts Maula ‘‘Umâr ibn al-Khattab, ‘Utsmân ibn ‘Affân Maulanya, Murid-muridnya: Sulaimân ibn Yatsribi, ‘Amr ibn Yatsrîbi, Abû Wa’il ‘‘Abdullâh ibn Bahîr Risan al-Qas, Pendapat Ulama Ibn Hajar berkata: Saduq al-Dzahabî berkata : Tsiqah al-Nasa’i berkata: Tidak ada masalah Ibn Hibbân dalam kitabnya: Tsiqah Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya tidak ada seorangpun yang mencela dirinya, periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari ‘Utsmân ibn Affân dapat di percaya. Ada hubungan murid dan guru antara Hâni Maula ‘Utsmân ibn Affân dengan ‘Utsmân ibn Affân. Karena dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung. 6. ‘Utsmân ibn ‘Affân Nama lengkapnya ‘Utsmân ibn ‘Affân ibn Abî al-‘As ibn Umayyah al- Qursîi al-Amwa Abû ‘Amru, dan ada yang menyebutnya Abû ‘Abdillâh, dan ada juga mengatakan Abû Laila, Dzu al-Nurin. Beliau wafat pada tahun 35.H di Madinah. Guru-guru beliau diantaranya: Nabi Muhammad Saw, Abî Bakar al- Siddîq, ‘Abdillâh ibn Abî Quhafah dan ‘Umâr ibn al-Khattab. Sedangkan Murid-murid beliau diantaranya; Abân ibn ‘Utsmân ibn ‘Affân, al-Ahnif ibn Qaisy, Abû Umâmah As’ad ibn Sahl ibn Hanif, Anas ibn Mâlik dan Hânni al-Barbara maula ‘Utsmân Pendapat Ulama Berkata Abû Hilâl al-Rasibi, Qatadah telah bercerita kepada kami, ia berkata: “Ketika terjadi peristiwa Jaisy al-‘Usra Utsmân membawa seribu unta dan tujuh puluh kuda untuk kaum Muslimin. Abû Hilal al-Rasibi berkata lagi bahwa Muhammad ibn Sirin suatu ketika pernah berkata: ‘Utsmân selalu mengidupkan waktu malamnya dengan membaca al-Qur’an dalam dua rakaat salâtnya. Dari pendapat para kritikus di atas nampaknya jelas bahwa ‘Utsmân ibn Affân adalah sahabat Nabi Saw. periwayatan bahwa dirinya telah meriwayatkan dari Nabi Saw. Ada hubungan murid dan guru antara keduanya. Dapat di lihat dari sanad ini bahwa di antara mereka memang bertemu dan bersambung. Setelah sanad Abû Dâwud yang melalui ‘Ustmân ibn Affân di teliti, dapat dikatakan sanad-nya bersambung mutasil, karena bila di lihat dari faktor waktu, memungkinkan bagi periwayat untuk berjumpa, terlebih di dukung oleh faktor pendidikan guru dan murid ternyata semua periwayat berkaitan. Setelah penulis teliti hadis Kedua, melalui jalur 1. Sunan al-Baihaqî terdapat sanad yang Majhul. Karena setelah diteliti ada beberapa perawi yang penulis tidak temukan identitasnya baik di kitab al-Rijâl al-Hadis maupun kitab al-Takhrîj al-Hadis. Dan melalui jalur 2. Sunan Abû Dâwud terdapat sanad yang Sahîh , karena secara keseluruhan sanad antara perawi satu dengan perawi yang lain tersambung, dengan kata lain mereka ada hubungan antara guru dan murid dan juga pernah hidup satu zaman. Kesimpualn dari análisis sanad terhadap hadis talqîn mayit setelah penguburan yang penulis lakukan ketika menggAbûngkan dari jalur hadispertama dan jalur hadis kedua ternyata kualitas hadisnya adalah hasan ligairihi, dengan alasan bahwa walaupun penelitian dari jalur hadispertama itu da’if ternyata diperkuat melalui penelitian dari jalur hadisyang kedua yang diriwayatkan dari Abî Dâwud yang berkualitas sahîh, kemudian diperkuat lagi oleh hadisyang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahîh-nya, yang sengaja penulis tidak teliti karena mengikuti kesepakatan ulama hadisyang bermadzhab Sunni bahwa semua hadisyang termuat dalam kitab sahîh Muslim itu sudah diakui ke- sahîh- annya. Oleh karena itu dari sini sudah jelas bahwa kualitas hadis talqîn mayit setelah penguburan adalah hasan ligairihi.

C. Kritik Matan