Pembatasan Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah

jangan dibantah dengan pendapat yang populer bahwa hadis lemah bisa digunakan dalam fadail a’mal, karena hal tersebut merupakan kaidah dalam masalah- masalah yang disyariatkan al-Qur’an dan Sunnah. Adapun bila tidak demikian maka tidak boleh diamalkan karena itu merupakan syariat dengan hadis lemah, dan hendaknya hal ini diperhatikan oleh orang yang menginginkan keselamatan dalam agamanya.” 11 Akan tetapi pendapat beliau ini juga bertentangan dengan pendapat mayoritas ulama hadis terdahulu bahwa hadis lemah bisa digunakan dalam fadail a’mal. Dalam kaitannya dengan permasalahan hadis, disini penulis merasa perlu untuk melakukan analisis sanad dan matan hadis tentang talqin agar mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian terhadap hadis-hadis talqîn baik untuk dilakukan. Selajutnya penulis mengangkatnya sebagai judul skripsi: “Talqîn Mayit Setelah Penguburan” Analisis Sanad dan Matan Hadis

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam mengkaji dan menganalisa suatu masalah baik berupa data-data atau yang lainnya, diperlukan pembatasan dan perumusan masalah untuk mengindari kekeliruan dan kerancuan dalam pembahasan, maka disini penulis telah membatasi masalah yang akan dikaji dengan mencoba menganalisa dengan metode takhrîj terhadap sebagian hadis tentang talqîn mayit setelah penguburan. Diantara batasan dalam penilitiannya sebagai berikut; Penulis telah meneliti semua hadis-hadis yang berkaitan dengan talqîn mayit setelah penguburan dari berbagai kitab hadis, akan tetapi sejauh penelitian 11 Nasîruddîn al-Albânî Silsilah Ahâdits al-Da’ifah, Riyad, Dar al-Ma’arif, Juz. 2, 1992, h.65 ini dilakukan, disini penulis hanya menemukan tiga hadis yang cocok dengan judul diatas, dan diantara hadisnya ada yang merupakan hadis pendukung, misalnya disini penulis menemukan salah satu hadis yang bersumber dari kitab Sunan Abî Dâwud , kemudian hadis tersebut telah dikomentari oleh salah seorang ulama hadis yaitu Ibn Taimiyah dalam kitabnya Al-Fatâwâ al-Kubrâ, bahwa hadis tersebut merupakan pendukung dari hadis Abû Umâmah, sehingga hadis tersebut merupakan diantara salah satu hadis yang akan penulis teliti dari hadis- hadis yang lain. Dan dibawah ini adalah hadis-hadis yang akan diteliti, yang telah penulis temukan dari berbagai kitab-kitab hadis, sebagai berikut: 1. Kitab Sahîh Muslim Karya Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim al-Qusyairî al-Naisâbûrî. Beirut, Dar al-Jayl, Dar al-Afaq,, Juz.1, h.78 2. Kitab Sunan Abî Dâwud Karya Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asy‘ats as-Sijistany, Beirut, Dar al-Fikr, 2003.M1424.H Juz.3, h.166. 3. Kitab al-Mu’jam al-Kabîr Karya Sulaiman bin Ahmad bin Ayyûb Abû Al-Qasim Al-Tabrânî. Maktabah al-‘Ulum al-Hukm, 1983.M 1404.H , Juz.8, h.249. Hadis ke-1 ﺎ ﱠﺪﺣ ﺪﱠ ﻣ ﻰﱠ ﻟا ىﺰ ﻌﻟا ﻮ أو ﻌﻣ ﻰ ﺎ ﱠﺮﻟا قﺎ ﺳإو رﻮ ﻣ ﻬ آ ﻰ أ ﺎ ﻆ ﱠﻟاو ﻰﱠ ﻟا ﺎ ﱠﺪﺣ كﺎﱠ ﱠﻀﻟا ﻰ ﻌ ﺎ أ ﺎ لﺎ ﺎ ﺮ أ ةﻮ ﺣ ﺮ لﺎ ﻰ ﱠﺪﺣ ﺪ ﺰ ﻰ أ ﺣ ا ﺔﺳﺎ ىﺮﻬ ﻟا لﺎ ﺎ ﺮﻀﺣ وﺮ صﺎﻌﻟا ﻮهو ﻰ ﺔ ﺎ ﺳ تﻮ ﻟا . ﻰﻜ ﻮﻃ لﱠﻮﺣو ﻬ و ﻰﻟإ راﺪ ﻟا لﺎ طﺮ اذﺎ . نأ ﺮ ﻰﻟ . لﺎ ﺎﻣأ ﱠنأ م ﺳ ا مﺪﻬ ﺎﻣ نﺎآ ﱠنأو ةﺮ ﻬﻟا مﺪﻬ ﺎﻣ نﺎآ ﺎﻬ ﱠنأو ﱠ ﻟا مﺪﻬ ﺎﻣ نﺎآ . ﺎﻣو نﺎآ ﺪﺣأ ﱠ ﺣأ ﱠﻰﻟإ ﻣ لﻮﺳر ﱠﻟا ﻰ ﷲا ﺳو و ﱠ أ ﻰ ﻰ ﻣ ﺎﻣو آ ﻃأ نأ ﻣأ ﱠﻰ ﻣ إ ﻟ ﻮﻟو ﺳ نأ أ ﺎﻣ ﻘﻃأ ﻰ ﻟ آأ ﻣأ ﱠﻰ ﻣ ﻮﻟو ﻣ ﻰ ﻚ لﺎ ﻟا تﻮ ﺮﻟ نأ نﻮآأ ﻣ هأ ﺔﱠ ﻟا ﱠ ﺎ ﻟو ءﺎ أ ﺎﻣ ىردأ ﺎﻣ ﻰﻟﺎﺣ ﺎﻬ اذﺈ ﺎ أ ﻣ ﻰ ﺔ ﺎ و رﺎ اذﺈ ﻰ ﻮ د اﻮ ﱠﻰ باﺮ ﻟا ﺎً ﱠ اﻮ أ لﻮﺣ ىﺮ رﺪ ﺎﻣ ﺮ روﺰ ﻘ و ﺎﻬ ﻟ ﻰﱠﺣ ﺄ ﺳأ ﻜ ﺮﻈ أو اذﺎﻣ ارأ ﺳر ﻰ ر 12 12 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim al-Qusyairî al-Naisabury Sahîh Muslim . Beirut, Dar al-Jayl, Dar al-Afaq,, Juz.1, h.78 ”Telah bercerita kepada kami Muhammad ibn al-Mutsannâ al-‘Anazî dan Abû Ma’in al-Raqqâsyî dan Ishâq ibn Mansûr, mereka semua dari Abî ‘Âsim dan lafadz oleh Ibn Mutsannâ, Ia bercerita kepada kami al-Dahhâq, yaitu Abû ‘Âsim ia berkata: Mengabarkan kepada kami Haiwah ibn Syuraîh, ia berkata: Telah bercerita kepada kami Yazîd ibn Abî Habîb dari Ibn Syumâsah al- Mahriyyî r,a., katanya “Kami menyaksikan Amru Ibn ‘Âs ketika dia hendak meninggal. Dia lama menangis sambil mengadapkan mukanya ke dinding. Karena itu anaknya berujar, “wahai ayahku, Bukankah Rasulullah saw telah menyampaikan berita gembira bagi ayah, begini dan begitu. Kenapa ayah masih menangis?” Lalu Amru Ibn ‘As menengok kepada anaknya sambil berkata : “sesungguhnya perbekalan kita yang paling utama adalah syahadat : Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Aku ini telah mengalami tiga zaman. Pertama, aku menyadari, tidak ada orang yang paling benci kepada rasulullah Saw, melebihi benciku. Ketika itu tidak ada yang lebih kuinginkan kecuali menangkapnya lalu membunuhnya. Kalaulah aku meninggal ketika itu, tentulah aku masuk neraka. Kedua, tatkala Allah menanamkan Islam ke dalam dadaku, aku datangi Nabi Saw. lalu aku berujar, “Ulurkanlah tangan anda, aku hendak berjanji setia dengan anda” beliau mengulurkan tangannya dan menjabat tanganku sambil berkata, “ Apa maksudmu hai ‘Amr?” Jawabku “aku hendak masuk Islam dengan syarat” Tanya beliau “ apa syarat yang hendak engkau pinta?” jawabku “ supaya dosaku diampuni” kata beliau “ apakah engkau belum tahu, bahwa islam mengapus segala dosa yang sebelumnya?” semenjak itu aku merasakan tidak ada orang yang paling cinta kepadaku melebihi cinta Rasulullah Saw. dan tidak ada orang yang paling terhornat melebihi beliau. Sebab itu aku tak kuasa demi untuk memuliakannya. Sehingga aku diminta orang untuk menggambarkan bentuk beliau, aku tak sanggup, karena aku tak pernah mengangkat pandanganku kepada beliau. Kalaulah aku mati ketika itu, sungguh besar harapanku bahwa aku masuk surga. Ketiga, kemudian aku menjabat berbagai jabatan pemerintah, dimana aku sendiri tidak tahu bagaimana sesungguhnya keadaanku selama dalam jabatan-jabatan itu. Karena itu, jika aku mati, janganlah jenazahku diantar para wanita peratap dan jangan pula membawa api. Apabila aku telah dikubur, timbunlah jenazah ku dengan rata, kemudian tunggulah kira-kira selama orang menyembelih kurban dan membagi-bagikan dagingnya, supaya aku tidak kesepian bersamamu, tatkala aku memikirkan jawaban tehadap malaikat yang dikirim Tuhanmu untuk menanyaiku” 13 13 Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Nisâbûrî, trjmh. Ma’mur Dâwud, Terjemah Sahîh Muslim , Malaysia: KLANG BOOK CENTRE, 1997, Cet.5 h.56 Hadis ke-2 ﺎ ﱠﺪﺣ ﻮ أ ﻘ أ ﺳ ﺎﻟﻮ ﻟا ﺎ ﺪﱠ ﻣ هاﺮ إ ءﺎ ﻌﻟا ﻟا ﺎ ﺎ ﺳإ شﺎ ﺎ ﺪ ﷲا ﺪﱠ ﻣ ﺮﻘﻟا ﻰ أ ﺮ آ ﺪ ﻌﺳ ﺪ ﷲا يدوﺄﻟا لﺎ : تﺪﻬ ﻮ أ ﺔﻣﺎﻣأ ﻮهو عﺰﱠﻟا لﺎﻘ : اذإ ﻣ اﻮﻌ ﺎ ﺎ آ ﺎ ﺮﻣأ لﻮﺳر ﷲا ﻰﱠ ﷲا و ﱠﺳ ﱠنأ ﺎ ﺎ ﻮ ﺎ ﺮﻣأ لﻮﺳر ﷲا ﻰﱠ ﷲا و ﱠﺳ لﺎﻘ : اذإ تﺎﻣ ﺪﺣأ ﻣ ﻜ اﻮ إ ﱠﻮ باﺮ ﻟا ﻰ ﺮ ﻘ آﺪﺣأ ﻰ سأر ﺮ ﱠ ﻘ ﻟ : ﺎ نﺎ ﺔ ﺎ ﱠﺈ ﻌ ﺎﻟو ﱠ لﻮﻘ : ﺎ نﺎ ﺔ ﺎ ﱠﺈ يﻮ اﺪ ﺎ ﱠ لﻮﻘ ﺎ نﺎ ﺔ ﺎ ﱠﺈ لﻮﻘ : ﺎ ﺪ رأ ﻚ ﺣر ﷲا ﻜﻟو ﺎﻟ نوﺮﻌ ﻘ : ﺮآذا ﺎﻣ ﺮ ﻣ ﺎ ﺪﻟا ةدﺎﻬ ﺎﻟ ﻟإ ﺎﱠﻟإ ﷲا ﱠنأو اﺪﱠ ﻣ ﺪ ﻟﻮﺳرو ﻚﱠأو ر ﷲﺎ ﺎًر مﺎ ﺳﺈﻟﺎ و ﺎ د ﺪﱠ و ﺎً ﱠ ن ﺮﻘﻟﺎ و ﺎﻣﺎﻣإ ﱠنﺈ اﺮﻜ ﻣ اﺮ ﻜ و ﺬ ﺄ ﺪﺣاو ﺎ ﻬ ﻣ ﺪ ﺣﺎ لﻮﻘ و : ا ﺎ ﺎﻣ ﺪﻌﻘ ﺪ ﻣ ﺪ ﻘﻟ ﱠ ﺣ ﻮﻜ ن ﷲا ﺣ ﺎ ﻬ ود لﺎﻘ ر : ﺎ لﻮﺳر ﷲا ﱠنﺈ ﻟ فﺮﻌ ﻣأ لﺎ : ﻰﻟإ ءاﱠﻮﺣ ﺎ نﺎ ءاﱠﻮﺣ 14 “Telah bercerita kepada kami Abû ‘Uqail Anas ibn Sallim al-Khaulânî, bercerita kepada kami Muhammad ibn Ibrâhîm ibn al- ‘Ulâ’i al-Hamsî, bercerita kepada kami ‘Iyâsy, bercerita kepada kami ‘‘Abdullâh ibn Muhammad al-Qursî dari Yahyâ bin Abî Katsîr dari Sa’îd bin ‘Abdillâh al-Awdî, berkata: “Aku menyaksikan Abû Umâmah r.a, ketika itu beliau dalam keadaan 14 Sulaimân bin Ahmad bin Ayyûb bin Abû al-Qasim Al-Tabrânî, Al-Mu’jam al-Kabîr, Al-Maktah al-‘Ulumi al-Hukmi, 1983, Juz.8, h.249 nazza’ menjelang kematiannya. Beliau berkata:”Apabila aku wafat maka hendaklah urus aku sebagaimana yang diperintahkan Nabi Saw., dalam mengurus orang kita yang meninggal. Beliau Nabi Saw berkata: “Apabila meninggal salah seorang diantaramu maksudnya orang Islam dan telah didatarkan tanah diatas perkuburannya, maka hendaklah salah seorang diantaramu berhenti sebentar dihadapan kepala si mayit itu, hendaklah ia berkata: “Hai fulan anak wanita fulan, maka si mayit mendengar tetapi ia tidak bisa menjawab. Kemudian dikatakan lagi: “Hai fulan anak wanita fulan Maka ia menjawab: “Berilah petunjuk kepada kami semoga Tuhan memberi rahmat kepadamu. Tetapi kamu tidak mendengar ucapannya itu. Kemudian katakan lagi: “Ingatlah hal ketika engkau keluar dari dunia, yaitu pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhammad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bahwasannya engkau telah ridha bahwa Allah Tuhanmu, Islam agamamu, Muhammad Nabimu, Al-Qur’an Imammu. Ketika itu malaikat Munkar dan Nakir saling memegang tangan kawannya dan berkata : “Mari kita kembali saja, apa gunanya kita duduk dihadapan orang yang telah di-talqîn-kan jawabannya. Berkata Abû Umâmah r.a,: Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw.,: “Wahai Rasulullah, kalau orang yang men-talqîn-kan itu tidak tahu nama ibunya, bagaimana?. Jawab Nabi Saw,: “Dibangsakan saja ia kepada ibunya Siti Hawa” H.R.Tabrânî, Mu’jam al-Kabîr 15 Hadis ke-3 ﺎ ﱠﺪﺣ هاﺮ إ ﻰﺳﻮﻣ ئزاﱠﺮﻟا ﺎ ﺪﺣ مﺎ ه ﺪ ﷲا ﺮ نﺎ ر ﺎه ﻰﻟﻮﻣ نﺎ نﺎ نﺎﱠ لﺎ : نﺎآ ﱠﻟا ﻰﱠ ﱠﻟا ﱠﺳو نﺎآ اذإ غﺮ ﻣ د ﻟا و لﺎﻘ اوﺮ ﺳا ﻜ ﺄﻟ اﻮﻟﺄﺳاو ﻟ ﻟا ﱠﺈ ن ﻟا لﺄ 16 “Telah bercerita kepada kami Ibrâhîm ibn Mûsâ al-Râzî, telah bercerita kepada kami Hisyâm, dari ‘Abdillâh ibn Buhair ibn Raisân dari Hânî Maula ‘Utsmân dari ‘Utsmân ibn ‘Affân, Ia berkata: Adalah Nabi Saw., apabila selesai menguburkan mayit 15 Sirajuddin,Abbas 40 Masalah Agama Jakarta, Pustaka Tarbiyah, Cet.25, 2006,h.91 16 Abî Dâwud Sulaimân bin al-Asy’ats, al-Sijistanî, Sunan Abî Dâwud, Beirut, Dar al- Fikr, 2003.M1424.H Juz.3, h.166. berhenti sebentar dan berkata: Mintakanlah ampun saudaramu ini kepada Allah, dan mohonkanlah supaya ia tetap tabah, karena ia sekarang akan ditanya. Pada hadis yang pertama diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Sahîh- nya. Sebagaimana kita ketahui bahwa hampir semua ahli hadis dari kalangan ulama Sunni sepakat bahwa hadis-hadis yang termuat dalam Kitab Sahîh Muslim itu sudah diakui ke-sahîh-an sanad-nya. Oleh karena itu penulis tidak akan meneliti hadis tersebut. Dalam penilitian sanad ini penulis Hanya terfokus pada dua hadis saja, yaitu hadis kedua dan hadis ketiga, yang masing-masing berada dalam kitab al- Mu’jam al-Kabîr dan Sunan Abî Dâwud yang keduanya merupakan kumpulan dari kitab-kitab hadis dan Kutub al-Tis’ah

2. Perumusan Masalah