Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

Adapun periode yang di ambil dalam penelitian ini adalah mulai triwulan pertama tahun 1990 sampai dengan triwulan ke dua tahun 1997 dan triwulan ke empat tahun 1997 sampai dengan ke pertama tahun 2005. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulanan. Alasan pemilihan tahun pada penelitian ini adalah karena pada tahun 1990 Indonesia masih menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali managed floating exchange rate system dan pada triwulan ke tiga tahun 1997 Indonesia mulai memberlakukan sistem nilai tukar mengambang bebas. Periode dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua periode, yaitu triwulan pertama tahun 1990 sampai dengan triwulan ke dua 1997 dan periode triwulan ke empat tahun 1997 sampai dengan triwulan ke pertama tahun 2005. Perhitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software statistik dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai, yaitu Eviews.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas dan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika di pasar valuta asing mulai tahun 1990 sampai dengan triwulan ke dua tahun 1997 dan periode triwulan ke empat tahun 1997 sampai dengan triwulan pertama tahun 2005 yang merupakan suatu wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan dan Bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan demand dan penjualan atau penawaran supply atas valas. Sedangkan untuk variabel independen dibatasi pada Ekspor dan Impor Indonesia, Tingkat inflasi Indonesia, Tingkat suku bunga Indonesia, Pendapatan nasional GDP serta Jumlah Uang Beredar yang ada di Indonesia.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Data Sekunder Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu time series dengan skala triwulanan yang diambil dari sumber data antara lain Bank Indonesia BI, International Financial Statistic IFS yang dipublikasikan International Monetary Fund IMF, buku statistik Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. 2. Kepustakaan Pengumpulan data dalam penelitian ini dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari buku, artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis

1. Metode ARCH dan GARCH Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka menggunakan model Regresi majemuk dengan persamaan sebagai berikut : Kurs = b + b 1 Ekspor + b 2 Impor + b 3 Inflasi + b 4 SBI + b 5 GDP + b 6 M1 + Error term Persamaan tersebut diteliti dan dianalisis dengan menggunakan metode ARCH Auto Regressive Conditional heteroscedasticity dan GARCH Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity. Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman 2006 alasan yang mendasari untuk menggunakan metode tersebut adalah : 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang bersifat time series yaitu Ekspor, Impor, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan nasional GDP dan jumlah uang beredar M1. 2. Data dalam penelitian ini mempunyai varian error e t yang tidak konstan. 3. Dalam metode ARCH dan GARCH varian error e t yang tidak konstan dapat dimanfaatkan untuk membuat model. 4. Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik ananlisis lain. Berdasarkan alasan-alasan di atas maka sangatlah tepat untuk menggunakan metode ARCH dan GARCH sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Dalam metode ARCH dan GARCH tidak memandang heteroskedastisitas sebagai permasalahan, tetapi justru dapat dimanfaatkan untuk membuat model. Bahkan dengan memanfaatkan heteroskedastisitas dalam error dengan tepat, maka akan diperoleh estimator yang lebih efisien. Biasanya dalam sebuah model varian dari error tidak tergantung pada variabel bebas melainkan berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Pada model seperti ini, ada suatu periode dimana volatilitas sangat tinggi dan ada periode lain yang volatilitasnya sangat rendah. Pola volatilitas yang seperti ini menunjukan adanya heteroskedastisitas karena terdapat varian error yang besarnya tergantung pada volatilitas error di masa lalu. Data yang mempunyai sifat heteroskedastisitas seperti ini dapat di modelkan dengan ARCH Auto Regressive Conditional heteroscedasticity dan GARCH Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity yang dikenalkan oleh Robert Engle. Pada intinya model ARCH dapat dijelaskan sebagai berikut : Dengan menggunakan model penelitian yaitu : Y =b + b 1 X 1t + b 2 X 2t + e t σ t ² atau e t varian heteroskedastisitas dan mengikuti persamaan berikut : σ t ² = αo + α 1 e² t - 1 ; σ t ² = var e t Dapat dilihat bahwa var e t dijelaskan oleh dua komponen : αo : Komponen konstanta : αo α 1 e² t - 1 : Komponen variabel, disebut komponen ARCH Pada model ini, e t heteroskedastisitas, conditional pada e² t - 1. dengan menambahkan informasi “conditional” ini estimator dari b , b 1, b 2, b 3, b 4, b 5 dan b 6 menjadi lebih efisien. Model ARCH di atas, dimana var e t tergantung hanya pada volalitas satu periode lalu, seperti pada σ t ² = αo + α 1 e² t - 1, disebut model ARCH 1. Sedangkan secara umum, bila var e t tergantung pada volalitas beberapa periode lalu seperti σ t ² = αo + α 1 e² t - 1 + α 2 e² t - 2 + …… α p e² t –p disebut model ARCH p. atau dituliskan dengan : σ t ² = αo + ∑ α 1 e² t - i i=1 Pada model ini, agar varian menjadi positif var e² 0, maka harus dapat dibuat pembatasan, yaitu : αo 0 dan 0 α 1 1 . Untuk mengestimasi b , b 1, b 2, b 3, b 4, b 5 dan b 6 serta αo dan α 1 teknik yang digunakan biasanya teknik maximum likelihood, dalam penelitian ini proses estimasi model tersebut dilakukan dengan menggunakan program EViews. Pada model ARCH p tersebut, dengan jumlah p yang relatif besar akan mengakibatkan banyaknya parameter yang harus diestimasi, agar parameter yang diestimasi tidak terlalu banyak, var e t dapat dijadikan model berikut : σ t ² = αo + α 1 e² t - 1 + λ 1 σ² t - 1 Model ini disebut model GARCH 1 karena σ t ² tergantung pada e² t - 1 dan σ² t - 1 yang masing-masing mempunyai lag waktu satu. Sama halnya dengan model ARCH, agar varian menjadi positif var e² 0, maka pada model ini juga dibuat pembatasan, yaitu: αo 0 dan λ 1 ≥ 0; dan α 1 + λ 1 1. 2. Pengujian Persyaratan Analisisis Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Menurut Singgih Santoso 2000: 213, normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variable dependen, variable independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui kenormalan suatu model, maka dapat dibuktikan dengan melekukan Uji Jarque-Bera. Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman 2006: 438, Uji Jarque-Bera digunakan untuk mengetahui apakah residual dalam model estimasi berdistribusi normal atau tidak seperti yang diisyaratkan dalam model maximum Likelihood. Residual terdistribusi normal jika kurva mengikuti bentuk lonceng dan nilai statistik Jarque-Bera memiliki probabilitas lebih besar dari 5 atau 0,05. b. Multikoliniearitas Istilah kolinearitas ganda multicolinearity diciptakan oleh Ranger frish didalam bukunya “Statistical confluense Analysis by Means of complete regression system” istilah tersebut berarti adaya hubungan linier yang sempurna atau eksak perfect of exact di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel independen atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat dideteksi dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman 2006:247, korelasi tergolong kuat jika besarnya koefisien korelasi mencapai 0,8 atau lebih. c. Autokorelasi Istilah autokorelasi autocorrelation menurut Maurice G. Kendal dan William R. Buckland, A Dictionari Of Statistical Term : “Correlation between member’s of series of observations ordered in time as in time- series or space as cross-sectional data” . Jadi autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu seperti data time series atau menurut urutan tempat seperti data cross section atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi dapat didefinisikan pula sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan sebelumnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman 2006:433, uji korelasi dengan menggunakan Durbin-Watson sudah tidak relevan lagi dalam model ARCH GARCH. Maka untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan Uji autokorelasi data yang dilakukan dengan Correlogram statistic. Korelasi antar data dapat diketahui dengan melihat nilai probabilitas dari Correlogram statistic yang secara statistik memiliki signifikansi, jika nilai probabilitas lebih besar dari 5 atau 0,05 maka data dapat dikatakan tidak mengandung masalah autokorelasi. 3. Uji F Uji Secara Simultan Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5 α: 5 = 0.05 maka hal ini menunjukan bahwa H ditolak dan H 1 diterima yang berarti variabel independen secara simultan ekspor, impor, inflasi, suku bunga SBI, pendapatan nasional GDP dan jumlah uang beredar M1 berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing terhadap dolar Amerika Serikat sebelum dan setelah diterapkannya free ploating exchange rate system di Indonesia. 4. Uji t Uji Secara Parsial Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Z hitung lebih besar atau lebih kecil dari Z tabel atau nilai signifikan t α: 5 = 0.05 maka H ditolak dan H 1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial ekspor, impor, inflasi, suku bunga SBI, pendapatan nasional GDP dan jumlah uang beredar M1 terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing terhadap dolar Amerika sebelum dan setelah diterapkannya free ploating exchange rate system di Indonesia. 5. Uji Koefisien Determinasi R² Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua.

E. Operasional Variabel