Saran KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Pemerintah Republik Indonesia hendaknya mengatur dan menetapkan sebuah Undang-undang atau menyempurnakan Undang-undang tentang Jabatan Notaris didalam hal tata cara dan prosedur pengambilan Minuta Akta dan pemanggilan Notaris secara tegas dan jelas sehingga dengan demikian akan jelas dasar hukumnya bagi seorang Notaris untuk dilakukan tindakan dalam pengambilan Minuta Akta dan pemanggilan seorang Notaris dalam upaya penyidikan untuk kepentingan hukum. Karena di dalam Undang-undang tentang Jabatan Notaris tidak ada pembatasan waktu bagi Majelis Pengawas Daerah seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusi Republik Indonesia Nomor : M.03.HT.03.10 Tahun 2007 yaitu Majelis Pengawas Daerah MPD wajib memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya surat permohonan. 2. Pemerintah Republik Indonesia hendaknya merevisi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang pengambilan Minuta Akta dan pemanggilan Notaris, karena hal tersebut bertentangan dengan sumpahjanji Jabatan seorang Notaris didalam merahasiakan akta yang dibuatnya sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Selain itu, pada Undang-undang tentang Jabatan Notaris tidak mengatur tentang pengambilan Minuta Akta seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut melainkan hanya mengatur tentang pengambilan fotokopi Minuta Akta. Jika dikaji berdasarkan Pasal 9 Undang-undang nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama dengan materi muatan Undang-undang, namun dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut isinya melebihi materi muatan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Jabatan Notaris. 3. Pemerintah hendaknya mengatur dengan jelas dan tegas kewenangan Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim di dalam pengambilan fotokopi Minuta Akta dan pemanggilan Notaris, agar tidak terjadi pelanggaran Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

6 96 116

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris.

1 5 42

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 109

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEBATALAN DAN PEMBATALAN AKTA NOTARIS DALAM PRESPEKTIF UNDANG - UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 0 13

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 A. Karakter Yuridis Akta Notaris - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 21

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

1 6 58

TANGGUNGJAWAB NOTARIS ATAS PEMBUATAN AKTA PARTIJ BERDASARKAN KETERANGAN PALSU MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS SKRIPSI

0 0 12