2. Jenis Penelitian
“Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam tesis ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang
relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan bersifat teoritis ilmiah serta
dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.”
52
Sementara itu untuk mendukung penelitian normatif, dilakukan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap layak mengetahui dalam menganalisis
secara Yuridis Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris Ditinjau Dari Undang-undang Jabatan Notaris dan Peraturan Pelaksanaannya.
Informasi yang didapat dari informan ini dijadikan sebagai data pendukung untuk menambah dan memperkuat data sekunder yaitu bahan-bahan primer,
sekunder, dan tertier.
3. Bahan-bahan Penelitian
Bahan-bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan penelusuran kepustakaan yang berupa literatur dan dibantu dengan data
yang diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian ini. Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder.
Data sekunder dan bahan pustaka tersebut adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan peraturan perundang-undangan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Peraturan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
52
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit., halaman 13.
M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris.
b. Bahan hukum sekunder, antara lain buku-buku rujukan, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan berbagai makalah yang berkaitan dengan profesi
Notaris. c. Bahan hukum tertier, antara lain berupa kamus umum, kamus hukum,
ensiklopedia, majalah, surat kabar, artikel dan jurnal-jurnal hukum serta laporan ilmiah.
53
4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pedoman wawancara, yang berisikan daftar pertanyaan yang akan digunakan
dalam wawancara dengan para informan, yakni dari beberapa Notaris di Kota Medan.
2. Studi kepustakaan, yaitu menghimpun data dan hasil penelaahan bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.
5. Analisis Data
Analisis data terhadap data sekunder mengenai Analisis Yuridis Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris Ditinjau Dari Undang-undang
Jabatan Notaris dan Peraturan Pelaksanaannya, dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan, dan kemudian dievaluasi sehingga
diketahui validitasnya.
53
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, halaman 121.
Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif dengan logika, deduksi yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus,
dengan menggunakan perangkat normatif, yaitu dengan cara melakukan interpretasi dan konstruksi hukum atas peristiwa hukum konkrit yang terjadi terutama hal-hal
yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris Ditinjau Dari Undang-undang Jabatan Notaris dan Peraturan
Pelaksanaannya. Dari kegiatan interpretasi data sekunder yang diperoleh diharapkan dapat
menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.
BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN
PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA
A. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis Yang Sempurna
“Lembaga Notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul dari kebutuhan dalam pergaulan masyarakat berkenaan dengan hubungan hukum
keperdataan antara sesama individu yang menghendaki suatu alat bukti diantara mereka. Menurut sejarah, Lembaga Notariat tersebut sudah dikenal sejak abad ke-11
atau ke-12 di Italia Utara.”
54
Saat ini di Indonesia, pengaturan mengenai Lembaga Notariat diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Yang dimaksud
dengan Akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan. Maka berdasarkan atas uraian tersebut
dapat dikatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta notaris dimana yang dimaksud dengan akta notaris tersebut adalah akta autentik.
Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semua dengan sengaja untuk
pembuktian. Jadi untuk dapat digolongkan sebagai akta suatu surat harus ada tanda tangannya seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 1869 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, bahwa suatu akta yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai dimaksud di atas sebagaimana Pasal 1868 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan sebagai akta autentik namun demikian mempunyai kekuatan sebagai
tulisan di bawah tangan jika ia ditandatangani oleh para pihak. Ini berarti bahwa surat tanpa ada tanda tangan seperti karcis parkir tidak termasuk akta. Keharusan
54
Chairunnisa Said Selenggang, Profesi Notaris sebagai Pejabat Umum di Indonesia, Makalah disampaikan pada Program Pengenalan Kampus untuk Mahasiswai Magister Kenotariatan
Angkatan 2008, Depok, 2008, halaman 2.