Indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan antara lain: 1. Ketidakmampuan mengatur pertemuan dengan staf klien kunci.
2. Ketidakmampuan mencari dokumen. 3. Dokumen diubah atau di “Tipp-Ex“ atau mengubah tanda tangan yang sah.
4. Saldo dalam buku yang tidak dapat dijelaskan. 5. Keengganan karyawan untuk meninggalkan posnya.
6. Gaya hidup yang tidak masuk akal. 7. Sering mendapat kunjungan atau mengunjungi kontraktor.
8. Tidak senang jika orang lain hadir saat mengecek tugas. 9. Komputer sering “down“ saat dikunjungi oleh auditor atau saat auditor
akan menggunakannya. 10. Sering mengkambinghitamkan orang lain saat diperiksa oleh auditor.
J. Pencegahan Fraud
Pencegahan fraud terdiri atas berbagai tindakan yang dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan yang timbul bila terjadi kecurangan, memperkecil atau membatasi kerugian yang mungkin timbul bila terjadi kecurangan.
Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pencegahan yang utama adalah mengembangkan sistem pengawasan yang
andal Maryam 2007. Statements on Internal Auditing Standards SIAS no.3 Detection,
Investigation and Reporting Fraud menyatakan bahwa internal audit
bertanggung jawab dalam mendukung pencegahan kecurangan dengan cara
menguji dan mengevaluasi kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal sesuai dengan tingkat kerugian atau resiko yang potensial dalam
berbagai segmen kegiatan organisasi. Menurut Steve Albrecht dalam Maryam 2007, fraud dapat dikurangi
dan seringkali dapat dicegah dengan: 1. By create a culture of honesty, oppeness and assistance:
a. hire honest people and provide fraud awareness training. b. create a positive work environtment.
c. develop a company code of ethics. 2. By eliminating opportunities to commit fraud:
a. install good internal controls. b. monitor employees.
c. create an expectation of punishment.
Dilihat dari kerangka teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H
1
: Terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.
H
2
: Terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.
H
3
: Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
fraud
K. Kerangka Pemikiran Untuk memperjelas gambaran dari penelitian ini, maka kerangka
pemikiran dari penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Pengalaman Kerja
X1
Pendidikan Profesi
Auditor Internal X2
Kemampuan Mendeteksi
Fraud Y
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh auditor internal yang mengikuti
pelatihan audit internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit YPIA yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780
Gedung Graha Sucofindo Lantai 3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi
auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Objek atau sampel penelitian ini adalah para peserta auditor internal perusahaan yang mengikuti
pelatihan di YPIA pada bulan Mei tahun 2008.
B. Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Convinience Sampling dan Purposive Sampling
sebagai penentuan responden. Hal ini dimaksudkan agar sampel sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian
Nur Indriantoro, 2002, dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan yang akan dibagikan kepada responden dan kemudian dianalisa dengan analisa
linier. Dalam mengambil jumlah sampel dari populasi, pertimbangan yang dilakukan adalah dengan kriteria sebagai berikut: