Analisis Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN

AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM

MENDETEKSI KECURANGAN

BULCHIA

NIM: 103082029334

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BULCHIA,SE Tempat/ Tanggal Lahir : Batahan , 12 Januari 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Komp. Dian Asri II, Blok A6 No I. RT 01. RW 15 Pabuaran Cibinong, Bogor (16916).

Phone : (021) 92533450, 08567862460 E-Mail : Bulchia@Yahoo.co.id

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan Formal:

SD Negeri II Ujung Gurun (Padang) : s/d tahun 1992 SD Negeri Sukmajaya IX, Depok : s/d tahun 1994 SD Negeri Pabuaran IV, Cibinong : Lulus tahun 1997 SLTP YPI “45” Bekasi , Bekasi Timur : Lulus tahun 2000 SMU Negeri 6 Bekasi : Lulus tahun 2003 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Lulus tahun 2008


(3)

Pengalaman Kerja:

Accounting pada CV. Sukses Akbar

Anggota Penyuluhan Kelompok Tani Ikan Hias (Bogor)

Koordinator Lapangan Sistem Perparkiran /Managemen System (DIKNAS) Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sudharmadji dan Dadang.

Support Accounting PT. Ganendra Paraka Satria (GPS) 911

Account Executive Manager “DIABLO” enterprise communication.

Demikian daftar riwayat hudup ini saya buat dengan sebenarnya. Atas perhatianya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya


(4)

ABSTRACT

Analyzing of influence experient and training auditor knowledge in fraud detecting

This research explained that the experience of Auditor positively influenced to Auditor’s knowledge in detecting fraud. The result also gave evidence to get a quality audit , an experience’s auditor was needed.

This research multiple regression to examine hypothesis. The sample of this research was collected by using convenience sampling. The data that used by this research was primary data it was collected by questionaire. The questionary was collected as much as 72 questionaire from 77 questionary. The respondence in this research are from Registered Public Accountant and from the university student where place in Jakarta.

The objective of this research is to examine the influence of auditor’s experience to auditor’s knowledge in detecting fraud, the influence of auditor’s training to auditor’s knowledge in detecting fraud, and the influence of auditor’s experience and training to auditor’s knowledge in detecting fraud.


(5)

ABSTRAK

Analisis Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pengalaman auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, pengaruh pelatihan auditor

terhadap pangetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, dan pengaruh pengalaman dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling dan model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang terkumpul dan bisa diolah adalah sejumlah 72 kuisioner dari 77 kuisioner yang disebarkan. Responden dari penelitian ini adalah berasal dari Kantor Akuntan Publik dan universitas yang ada di wilayah jakarta.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor mendeteksi kecurangan (fraud). Sedangkan pelatihan

auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mendeteksi

kecurangan (fraud). Hasil keseluruhan ini memberikan bukti bahwa untuk mendapatkan kualitas audit dibutuhkan auditor yang berpengalaman.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Kepada-nya kita memohon pertolongan dan pengampunan. Kepada-nya kita berlindung dari kejahatan diri kita dan keburukan perilaku kita. Semoga kita selalu mendapat hidayahnya, sehingga kita tergolong dalam orang-orang yang yang berada dalam jalan yang benar. Aku bersaksi, tiada tuhan yang patut kusembah selain Allah, tiada sekutu baginya, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Aku juga bersaksi, bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa salam adalah utusan Allah.

Skripsi yang telah penulis selesaikan merupakan salah satu dari banyak nikmat yang Allah berikan penulis. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dikasihi oleh Allah SWT.

1. Yang Tercinta dan slalu ada dihatiku yakni Ibu (Sarimanur) Terkasih, yang mana hidupku ini hanya untuk mengapdi dan selalu berusaha membahagiakanmu dan Ayahanda (Bukhairan), mereka merupakan orang yang membuat hidupku menjadi lebih berarti, kasih sayangnya merupakan keridhoan yang ingin kudapat. Terima kasih yang tak mungkin dapatku balas sepanjang hidupku atas segala perhatian, kasih sayang serta dukungan moral, spiritual dan material pada penulis. Ibu, Ayah kasih sayang kalian yang teruntai begitu indah menjadi inpirasi dan motivasi bagi penulis dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid Ms, selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar membimbing, mengarahkan, memberikan solusi, dan meluangkan waktunya demi terselesaikannya skripsi ini

3. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak, MM , selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar, memberikan ide dan selalu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Kakak-kakak yang selalu menyayangiku serta tak henti-hentinya memberikan sumbangan moral dan material Terutama Cani yang selalu memberi support dalam materi atau motivasi. Adikku yang yang mau membantu menggantikan


(7)

posisi kakakmu yang sedang tidak ada di tempat. Keponakanku yang lucu-lucu semoga Allah slalu memberikan nikmat sehat bagi kalian

5. Kak Muji (Asisten CEO PT.Nawakara 911) yang telah memberikan ilmu dan kesempatan dalam mengejar karier penulis, insyaAllah saya mampu mengikuti jejak yang telah kakak tinggalkan.

6. Bapak, Drs Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku Dekan FEIS UIN Jakarta. 7. Bapak, Drs Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 8. Bapak , Amilin, SE, Ak, Msi. Selaku sekretaris Jurusan Akuntansi.

9. Para Dosen Dan Staf Adminsitrasi & keuangan yang telah memberikan ilmu dan pelayanannya.

10.Bapak, Erfan Ak. Selaku Partner KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu Selama satu setengah tahun serta pengalaman dan Starategi dalam menghadapi klien, terima kasih atas kesempatan yang bapak berikan karena dari sinilah penulis mendapatkan inspirasi judul skripsi ini.

11.Bapak, Sudarmadji (Selaku Partner DBS&D dan Guru Besar Universitas Trisakti) terima kasih atas pengarahan dan bimbinganya dan mau meminjamkan skripsi mahasiswa didiknya dan mengingatkan agar penilis segera menyelesaikan kuliahnya. Dan seluruh Staff KAP DBS&D cabang kalimalang yang lelah banyak memberikan pengalaman kepeda penulis. Staff Bp. Bambang terutama untuk pak kirno, mba Ema, Nana, Oni, Kahar, Heri, Mas Agus.

12.Bapak Jendral Hendarto dan Bapak Dino selaku direktur dan komisaris PT.Nakawara, Kol.Drs Zainal, MBA Selaku Direktur GPS 911 yang selalu memberikan restu dan izin selama penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama mass Anes yg Jenius dan Mbak Yos yg Asik dan Gaul thnks ya atas pengertianya.

13.Bapak Al-Halaz selaku Manager Management Resiko PT.Bank Niaga Custodian yang telah menjanjikan posisi pekerjaan di Bank Niaga sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan kuliah.

14.Sandi Sulistiyadi,.SE, Aditya Rizka,.SE , dan Anthon niino sebagai Accounting & finance manager, Account Executive Officer, dan HRD Manager of “Diablo”


(8)

Enterprise Communication, yang selalu menyediakan akomodasi dan tempat (Kantor) sebagai tempat untuk menyelesaikan skripsi penulis.

15.Buat calonku Nina Ainimar,.SE, “Terima kasih atas semua dukungannya dan Semoga kamu bisa jadi yang terakhir”.

16.Teman-temanku Akuntansi A angkatan 2003 Sigit (temen Gw yg paling Setia), Ahmad winanto (temen gw yg banyak warna), Badri, Ozan, Ilham, Fulail, Fikri (tukang bokis..he), Idul, Aulia (Ust, jngn ursn Motor mulu Dong,,.inget Kompre&Skripsi), Muhajir, Dimy, Bongkeng, Mira, Reni, rima, Khosim (smngat ya..tiada kata terlambat!!), sita, junet, Aii, Iip, May, Yuyun, Fazriah, Halimah, Dina, pokonya Semua deh.

17.Temen2 Jurusan Audit (Endah, Nina, Farah, Yoppy, Agus J, Andika, Wahid, Eko, Jauji, Wulan, Dede, Lutfi, Abduh, Ika, Reni Akmalia, pokoknya semuanya deh Gw seneng banget bisa sekelas bareng kalian.

18.Buat Rama Nasution yang udah ngajarin SPSS, Bangun yang udah bantuin pinjemin skripsi Asdos Trisakti, A. Afriadi ini juga udah makasih.

19.Buat Mass Khosim (Tax Lapindo Brantas Inc) tks U/ banyak Informasinya TTG Dunia Kerja,

20.Temen2 di KAP DBS&D (Uud, Sofyan, Mas iwan, Mba Dewi, Santi, Novi, Imel, Catur, Yuppy, Nandya, Hassan, Ali, Stefi, Aldi, Irma (Km baik banget deh), Putra, & Para senior dan Manejer Pak Eko, Sukardi, Summ, Sukardi, tks atas semuanya.

Seluruh teman seperjuangan, yang telah bersama-sama berjuang dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini semoga persahabatan kita abadi , kita telah sama sama berjuang dan juga bermain bersama mungkin ini merupakan kenangan untuk suatu saat kelak. Serta benar-benar menjadi orang yang dilindungi dan dikasihi oleh Allah Swt Amin……

Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat megharapkan saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak


(9)

Jakarta, Mei 2008


(10)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup………. i

Abstract……….………….……….………... iii

Abstrak……….…….… iv

Kata Pengantar………..…….. v

Daftar Isi………..……. ix

Daftar Tabel……….………….. xii

Daftar Gambar……….….………..xiii

Daftar Lampiran……… xiv

BAB I : PENDAHULUAN ………...….…. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….………...……... 1

B. Perumusan Masalah ………...…….. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………..…...……….…..…….. 9

A. Tinjauan Umum Atas Audit ………..………..….. 9

1. Pengertian Audit ………...…….. 9

2. Jenis-Jenis Audit ……….……...……… 9

3. Jenis-Jenis Auditor ………...……..……….…...…. 10

B. Tinjauan Umum Atas Akuntan Publik ………..…..….. 11

1. Pengertian Akuntan Publik .………..……….…….….. 11

2. Tujuan Pemeriksaan Akuntan ………..………. . 12

3. Syarat-syarat Praktik Akuntan Publik ...……….……. 12

4. Jasa-Jasa Kantor Akuntan Publik ……….……… 14

C. Pengalaman dan Pelatihan Auditor ……… 15

1. Definisi Pengalaman ………….………...… 15

2. Definisi Pelatihan …………...………. 17


(11)

D. Konsep Fraud ……….……….. 17

1. Materialitas ……….………...….. 17

2. Definisi Salah Saji ……….... 20

3. Perbedaan Salah Saji dan Fraud ………....…. 20

4. Definisi Kecurangan(Fruad) ………..…….…...….. 21

5. Kategori Kecurangan ……….….….. 23

6. Gejala Adanya Kecurangan ……….…..… 26

E. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Untuk Mendeteksi Fraud ……….…………..….. 28

F. Pengaruh Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Tentang Fraud ……….…………...…….…… 30

G. Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Tentang Fraud ……….. 33

H. Penelitian Terdahulu ….……….…………...……… 34

I. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ... 36

J. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………..……… 37

A. Ruang Lingkup Penelitian. ………...………...……… 37

B. Metode Penentuan Sampel ………...………. 38

C. Metode Pengumpulan Data ………...………...… 39

D. Metode Analisis Data ………….………...……… 40

E. Definisi Operasional Variabel ………...…...………. 47

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN …………...…………..………… 52

A. Gambaran umum objek penelitian. …………..……….…….. 52

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian …………...……….. 58

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ………..…….……... 62

D. Hasil Uji Hipotesis ………...……….….. 65


(12)

BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI………....………..…… 77

A. Kesimpulan. ………...…………..…………..….. 77

B. Implikasi ……….……….. 78

C. Saran ………...………….….. 79

DAFTAR PUSTAKA ………...………. 80


(13)

ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN

AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM

MENDETEKSI KECURANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

BULCHIA

103082029334

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM NIP. 131.474.891

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(14)

Hari ini Senin Tanggal 24 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama BULCHIA NIM: 103082029334 dengan judul Skripsi

“ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN AUDITOR

TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI

KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Maret 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amilin, SE., Ak., M.Si Rahmawati, SE.,AK M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(15)

Hari ini Jum’at Tanggal 15 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama BULCHIA NIM: 103082029334 dengan judul Skripsi

“ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Agustus 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE, Ak,MM

Ketua Sekretaris

Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA Penguji Ahli


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemelitian

Masalah pemeriksaan akuntansi (auditing) di Indonesia adalah masalah yang

sangat penting dan sering menjadi sorotan tajam bagi masyarakat yang semakin kompleks. Semakin kompleks perekonomian suatu masyarakat dan semakin kompleksnya transaksi keuangan yang dilakukan masyarakat tersebut, sehingga memerlukan suatu kompotensi yang tinggi bagi seseorang dalam melakukan audit laporan keuangan.

Akuntan dalam melakukan audit untuk sampai pada suatu pendapat harus senantiasa harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut, harus dinilai dengan pendidikan formal yang diperluas dengan pengalaman-pengalaman, selanjutnya diterapkan dalam proses audit.

Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public, terdapat pemisahan

antara pemilik dengan manajemen. Manajemen adalah pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan. Manajemen dipercaya dan diberi wewenang untuk mengelola sumber daya yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemilik, manajemen bertugas menjalankan kegiatan bisnis perusahaan.

Konsekuensi dari hal ini adalah pihak manajemen harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan wewenang tersebut secara periodik kepada pemilik. Pertanggungjawaban periodik ini umumnya menggunakan media laporan keuangan. Untuk itu manajemen harus merancang dan mengimplementasikan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan secara periodik yang


(17)

akurat dan dapat diandalkan. Selain pemilik, masih terdapat pihak lain yang memerlukan informasi yang berasal dari laporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas terlihat adanya sebuah kepentingan yang berbeda antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya, sedangkan pemakai laporan keuangan khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen di dalam mengelola perusahaan. Perbedaan ini menimbulkan konflik kepentingan antara menajemen dengan pemakai laporan keuangan. Akibat dari konflik kepentingan ini bisa berakibat timbulnya fraud.

Fraud dalam laporan keuangan merupakan perhatian utama, tidak hanya bagi dunia

usaha dan publik tetapi juga bagi profesi auditor(Christiawan, 2002).

Profesi auditor mendapatkan kepercayaan dari klien untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan kliennya. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widagdo., dkk. (2002)menunjukkan bahwa auditee memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik

Hampir setiap tahun terjadi fraud dalam laporan keuangan

perusahaan-perusahaan besar yang tidak terdeteksi oleh auditor yang bertugas mengaudit laporan keuangan contoh kasus berskala nasional yaitu PT Kimia Farma dengan auditor KAP Delloit Touch Tohmatsu (Hans Tuanakotta & Mustafa), terjadi pengelembungan laba dalam laporan keuangannya yang tidak terdeteksi. Kemudian kasus yang berskala internasional yaitu kasus Enron Corporotion dengan auditor dari Arthur Andersen yang gagal mendeteksi adanya inflasi pendapatan sampai


(18)

dengan 600 juta dollar Amerika sejak tahun 1994 dan menjadi kasus kebangkrutan terbesar di Amerika yaitu sebesar 62,8 miliyar dollar Amerika (Nasution, 2003).

Kejadian-kejadian tersebut mengagetkan publik dan mengurangi kredibilitas auditor terhadap fungsi pelaporan dan menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik sehingga banyak pihak yang mempertanyakan tanggung jawab dan fungsi akuntan publik ketika terjadi kegagalan dalam mendeteksi fraud.

Kemudian, semakin besarnya tuntutan publik agar auditor mampu mencegah dan mendeteksi adanya fraud di dalam laporan keuangan juga merupakan sesuatu

yang harus direspon oleh profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berhubungan dengan kepercayaan dan kredibilitas. Ketika dua tersebut hilang, maka profesi ini akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan lagi dan pada akhirnya akan hilang.

Seorang auditor sebagai penyedia laporan keuangan dalam melaksanakan audit tidak semata-mata hanya memperhatikan kepentingan kliennya, melainkan juga pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan hasil audit. auditor juga bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

Pem akai laporan keuangan m engharapkan audit or t idak hanya dapat m enem ukan kesalahan penyaj ian dalam laporan keuangan, nam un j uga kem ungkinan adanya fr au d. Oleh karena itu untuk

memuaskan para pengguna informasi keuangan, seorang auditor harus memiliki keahlian, keahlian auditor didapat melalui pelatihan dan pengalaman yang cukup. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) membuktikan bahwa


(19)

pengalaman yang lebih baik akan menghasilkan pengetahuan yang lebih baik pula. Tubs (1992) dalam Widagdo dkk., (2002) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan. Berbeda dengan hasil penelitian Tubs (1992) dalam Widagdo dkk, Sularso dan Na’im (1999) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang kekeliruan oleh akuntan pemeriksa tidaklah lebih unggul daripada yang dimiliki mahasiswa yang sedang belajar mata kuliah auditing sehingga pengalaman seorang auditor tidaklah berpengaruh terhadap pengetahuannya dalam mendeteksi kecurangan.

Selanjutnya tidaklah cukup dengan pengalaman, pendidikan memadai dalam bidang auditing dan akuntansi juga harus dimiliki oleh akuntan publik. Dimana, seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Peningkatan pengetahuan akan muncul dari penambahan pelatihan formal dan ini sama bagusnya dengan didapat dari pengalaman khusus Bonner dan Walker (1994). Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit (Christiawan, 2002).

Akuntan publik juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan, seperti: seminar, simposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Salah satu bentuk pelatihan adalah pengarahan kepada auditor pemula (junior Auditor) untuk dengan mendapatkan


(20)

supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari auditor senior. Karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan kerja auditor.

Noviyani dan Bandi (2002) melakukan penelitian terhadap pengalaman dan pelatihan auditor dan dari hasil penelitiannya didapat bahwa pengalaman dan pelatihan mempunyai pengaruh positif pada struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan di wilayah Jawa, sedangkan peneliti lebih fokus pada wilayah Jakarta. Berbeda halnya dengan Noviyani dan Bandi (2002).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mengambil judul:

“Analisis Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Auditor terhadap Pengetahuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, penulis mencoba membahas dan membatasi permasalahan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi fraud?

2. Apakah pelatihan auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi fraud?

3. Apakah pengalaman dan pelatihan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi fraud?


(21)

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor tentang fraud.

b. Untuk mengetahui apakah pelatihan auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor tentang fraud.

c. Untuk mengetahui apakah pengalaman dan Pelatihan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi KAP

1) Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi KAP dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan meningkatkan profesionalisme dalam setiap pengauditan laporan keuangan

2) Dijadikan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun prosedur pemeriksaan

b. Bagi auditor Eksternal

1) Dapat membantu auditor eksternal dalam membuat perencanaan audit atas laporan keuangan klien sehingga dengan pemahaman tingkat materialitas atas laporan keuangan tersebut.

2) Auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa audit.


(22)

3) Memberikan wawasan yang lebih luas tentang kemungkinan temuan-temuan yang dapat terjadi selama melakukan proses pemeriksaan

4) Pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam menambah kajian teoritis, khususnya di bidang pengauditan terutama yang berkaitan dengan pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap pengetahuan auditor untuk mendeteksi fraud.

c. Bagi Pemakai laporan keuangan

Dengan meningkatkan kinerja auditor, maka akan berdampak dalam menghasilkan laporan keuangan yang handal, sehingga bermanfaat bagi pemakai laporan audit.

d. Bagi penulis.

1) Untuk memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN).

2) Sebagai sumber wawasan dan pengetahuan di bidang auditing, terutama mengenai pengaruh pengalaman dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.


(23)

BAB 1I

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Atas Audit

1. Pengertian Audit

Definisi pemeriksaan (auditing) menurut Arens dan Loebbecke (2004:2)

adalah sebagai berikut:

‘Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasiaan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independent.’’

Selain itu defenisi pemeriksaan (auditing) menurut Agoes (2004) adalah

sebagai berikut:

‘’Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatmengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.’’

2. Jenis-jenis Audit

Menurut Arens dan Loebbecke (2004) bahwa ada tiga (3) jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan.

a. Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverivikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.

b. Audit Operasional


(24)

Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efesiensi dan efektifitas. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.

c. Audit Ketaatan

Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah

mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki orientasi lebih tinggi.

3. Jenis-jenis auditor

Menurut Boynton dkk (2002) auditor terbagi menjadi empat jenis, yaitu: a. Akuntan Publik Terdaftar

Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja pada pemerintah yang tugasnnya tidak berbeda dengan tugas kantor akuntan publik. Selain mengaudit informasi laporan keuangan seringkali melakukan evaluasi efesiensi dan efektifitas operasi sebagai program pemerintah dan BUMN. c. Auditor Pajak

Auditor pajak merupakan auditor-auditor khusus dalam kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (Karikpa) yang mempunyai tanggung jawab


(25)

melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.

d. Auditor Intern

Auditor intern merupakan auditor yang berkerja di satu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan.

B. Tinjauan Umum Atas Akuntan Publik.

1. Pengertian Akuntan Publik

Definisi Akuntan Publik menurut Mulyadi (2001) adalah sebagai berikut: “Akuntan publik adalah akuntan professional yang menjual jasanya kepada masyarakat terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya dan juga menjual jasanya sebagai konsultan pajak , konsultan di bidang manajemen, penyusunan system akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.’’

2. Tujuan Pemeriksaan Akuntan

Tujuan pemeriksaan akuntan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standard Akuntansi Keuangan (SAK) (2004) adalah sebagai berikut:

“ Tujuan pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk menyatakan pendapat, apakah posisi keuangan dan hasil usaha serta perubahan posisi keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia yang diterapkan secara konsisten.’’


(26)

Untuk dapat berpraktek sebagai akuntan publik diperlukan izin dari departemen Keuangan dan paling tidak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut Mulyadi (2001):

a. Persyaratan Pendidikan

Pendidikan akuntansi di Indonesia memasuki era baru dengan berlakunya SK menteri Pendidikan Nasional No.179/U/2001. Sebutan profesi ‘’Akuntan’’ hanya dapat diberikan kepada seseorang yang telah selesai menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Dahulu, seseorang haruslah memiliki gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari fakultas ekonomi universitas negri yang telah mendapat persetujuan dari panitia ahli persamaan Persamaan Ijazah Akuntan. Setelah itu yang bersangkutan harus mendaftarkan diri ke departemen keuangan untuk memperoleh nomor register Negara dan sertifikat sebagai akuntan terdaftar. Sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari perguruaan tinggi swasta dan universitas negeri tertentu, diharuskan mengikuti ujian Negara Akuntansi (UNA) untuk memperoleh sebutan akuntan. Kemudian, untuk mendapatkan nomor register Negara dan sertifikatnya, setelah lulus UNA profesi yang bersangkutan harus mendaftarkan diri ke Departemen Keuangan Republik Indonesia.

b. Profesi Akuntan

Sebutan profesi ‘’akuntan’’ hanya dapat diberikan kepada seseorang yang telah selesai menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Peserta yang telah lulus pendidikan PPAK akan mendapat sertifikat dari universitas yang bersangkutan dan berhak menyandang sebutan profesi “akuntan”, serta berhak mendapat nomor register akuntan dari Departemen Keuangan yang


(27)

dapat digunakan sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntan publik (USAP) untuk dapat gelar bersertifikat Akuntan Publik (BAP) sebagai syarat berkarir sebagai akuntan publik atau akuntan lainnya.

c. Persyaratan Pengalaman

Untuk memperoleh izin sebagai akuntan publik terdaftar, seseorang akuntan terdaftar harus memiliki pengalaman kerja sebagai auditor pada kantor Akuntan publik atau BKKP paling sedikit 3 tahun.

4. Jasa – Jasa Kantor Akuntan Publik

Jasa-jasa utama yang diberikan kantor akuntan publik (KAP) dalam Boynton dkk (2002) dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Jasa Atestasi

Jasa atestasi meliputi semua kegiatan di mana kantor akuntan publik mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi terlulis yang telah dibuat dab dipertanggungjawabkan pihak lain.

b. Jasa Perpajakan

Jasa perpajakan adalah jasa yang diberikan kantor akuntan publik (KAP) berupa jasa yang berhubungan dengan jasa-jasa perpajakan.


(28)

Jasa tertentu yang diberikan kantor akuntan publik yang memberi kemungkinan kliennya untuk meningkatkan efektifitas operasinya.

d. Jasa Akuntansi dan Pembukuan

Jasa yang diberikan berupa pembuatan laporan keuangan, mengerjakan buku besar dan ayat jurnalnya, melakukan tugas-tugas pembukuan dan juga mengeluarkan mengeluarkan laporan kompilasi guna memenuhi laporan klien.

C. Pengalaman dan pelatihan auditor.

1. Definisi pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki seorang auditor (Sumardi dan Hardiningsih, 2002). auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat untuk melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan ataupun instansi.

Tubbs (1992) dalam Widagdo dkk, (2002) menunjukkan bahwa ketika akuntan pemeriksa menjadi lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan yang terjadi, dan memiliki salah pengertian secara signifikan terhadap pembuat keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan dihadapi oleh auditor (Mohhammadi dan Wright, 1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2002).


(29)

Menurut Gibbins (1984) dalam Hastuti dkk (2003) pengalaman baik langsung maupun tidak langsung sangat penting dalam membentuk struktur proses dan prikologis dari judgment. Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki auditor (Cristiawan, 2002).

Pengalaman dalam praktik audit juga harus mensyaratkan asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapat supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya oleh atasan yang lebih berpengalaman. (IAI,2004).

Menurut Bonner (1990) semakin lama auditor tersebut bekerja, maka auditor tersebut akan memberikan pertimbangan yang lebih matang dengan sendirinya akan mengurangi resiko audit secara signifikan.

Suraida (2005) menyebutkan penelitian-penelitian mengenai pengalaman. Diantaranya, Butt J.L (1988) dalam Suraida (2005) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

Judgement dari akuntan publik yang lebih berpengalaman akan lebih


(30)

pembuat judgemnet lebih mendasarkan kebiasaan dan kurang mengikuti proses

pemikiran dari judgement itu sendiri (Slovic, Fischhoff and Lictensteib, 1972) dalam Hastuti dkk, (2003).

Tubbs (1992) dalam Widagdo dkk, (2002) mengatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki kenggulan dalam hal: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan secara akurat, dan 3) mencari penyebab kesalahan.

Di dalam defenisi tersebut pengalaman memadai adanya suatu yang terus hidup secara nyata dan diperoleh dari belajar bukanya diperoleh secara langsung melalui desas-desus atau laporan.

2. Definisi Pelatihan

Definisi pelatihan menurut Tanjung dan Arep (2002) adalah sebagai berikut:

“ pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan

(ability), keahliaan (skill) dan sikap (attitude).”

3. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Tanjung dan Arep (2002) adalah sesuatu dengan sebuah derajat yang bisa dipertanggungjawabkan yang diperoleh melalui pengalaman atau asosiasi atau kontrak dengan hal atau individu yang dikenal.

D. Konsep Fraud

1. Materialitas

Menurut SA Seksi 312.2 tentang resiko audit dan matrialitas dalam pelaksanaan audit (SPAP.No.25), menyatakan bahwa :


(31)

“Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Frishkoff (1970) dalam Hastuti dkk, (2003). Materialitas dalam akuntansi adalah sesuatu yang relatif, nilai kuantitatif yang penting dari beberapa informasi keuangan, bagi para pemakai laporan keuangan, dalam konteks pembuatan keputuasan.

Norman O.Olson dalam Hastuti dkk, (2003) percaya bahwa standar yang tinggi dalam praktek akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep materialitas. Pedoman materialitas yang beralasan yang diyakini oleh sebagian besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan dengan informasi laporan keuangan bagi para pemakai, dimana akuntan harus menentukan berdasarkan pertimbangannya tentang besarnya sesuatu atau informasi dikatakan meterial.

Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua informasi keuangan seharusnya dikomunikasikan dalam laporan akuntansi, hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan. Infomasi yang tidak material seharusnya diabaikan atau dihilangkan. Hal tersebut dapat dianalogikan bahwa konsep materialitas juga tidak memandang secara lengkap terhadap semua kesalahan, hanya kesalahan yang mempunyai pengaruh material yang wajib diperbaiki. (Hastuti dkk, 2003).


(32)

Tujuan dari penetapan meterialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bahan bukti yang cukup. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini (Mulyadi dan Kanaka, 2001):

a. auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapanya telah dicatat, diringkas, digolongkan dan dikompilasi.

b. auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi dalam hal terdapat perkecualian) bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.

c. auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan auditan.

Dalam melakukan auditnya, auditor berkepentingan terhadap hal-hal yang berdampak material terhadap laporan keuangan. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang diterapkan ikatan akuntan Indonesia mungkin akan mendeteksi terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan yang tidak material bagi laporan keuangan, tetapi audit semacam itu dapat memberikan keyakinan untuk mendeteksi terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan. Namun, terdapat perbedaan respon auditor terhadap masalah yang dideteksi.

Pada umumnya, kekeliruan yang tidak material berdiri sendiri dalam pengolahan akuntansi atau penerapan standar dipandang tidak signifikan dalam audit. Sebaliknya, deteksi ketidak beresan mengharuskan pertimbangan


(33)

implikasinya terhadap integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit lainnya.

2. Definisi Salah saji

Menurut standar auditing (SA) seksi 110 (SPAP No.02) yang menyatakan bahwa : auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melakukan audit untuk memperoleh keyakikan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.

Atas dasar di atas, maka salah saji dapat diakibatkan oleh dua (2) hal, yaitu kekeliruan dan kecurangan. Kecurangan adalah termasuk ke dalam ketidakberesan (irregularities). Maka hal yang membedakan antara kekeliruan

dan ketidakbersan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut disengaja atau tidak disengaja.

3. Perbedaan Salah Saji dan fraud

Sebagaimana telah diuraikan di atas menurut standar auditing (SA) seksi 110 (SPAP No.02) yang menyatakan bahwa : auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melakukan audit untuk memperoleh keyakikan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.

Atas dasar di atas, maka salah saji dapat diakibatkan oleh dua (2) hal, yaitu kekeliruan dan kecurangan. Kecurangan adalah termasuk ke dalam ketidakberesan (irregularities). Maka hal yang membedakan antara kekeliruan

dan ketidakbersan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut disengaja atau tidak disengaja. Apabila tindakan tersebut dilakukan atas niat disengaja maka dapat dikategorikan kecurangan. Jadi dapat diambil kesimpulan


(34)

bahwa kecurangan adalah salah satu penyebab terjadinya salah saji yang cukup material yang diakibatkan oleh faktor kesengajaan oleh pihak manajemen.

4. Definisi Kecurangan (Fraud)

Definisi kecurangan (fraud) yang paling tegas dan terkenal adalah definisi

yang disampaikan oleh The Association of Certified Fraud Examines (ACFE)

dalam Setiawan (2003) adalah sebagai berikut:

”All multifarious means whichs human ingenuity can devise, and which are resorted to by one individual to get advantage over another by false suggestions or suppressions of the truth, and includes all surprise, trick, curning, or dissembling and any unfair way by which another cheated”

Menurut ACFE tersebut, kecurangan adalah segala sesuatu yang secara lihai dapat dipakai dan dapat dipergunakan oleh seseorang untuk mendapartkan keuantunga terhadap orang lain dengan cara bujukan palsu atau menutupi kebenaran dan meliputi semua cara-cara tidak terduga (surprise), tipu daya

(trick), kelicikan (Curning) atau menkelabui (dissembling) dan semua cara tidak

jujur lainnya.

Kecurangan (fraud) menurut (Simanjuntak, 2008) sangat luas dan ini dapat

dilihat pada butir mengenai kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur-unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah:

a. harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation)

b. dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)

c. fakta bersifat material (material fact)

d. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or

recklessly)


(35)

f. pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan

tersebut (misrepresentation)

g. yang merugikannya (detriment).

Kecurangan dalam tulisan ini termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan

The Institute of internal auditor (1985) di Amerika mendefinisikan kecurangan mencakup suatu ketidakberesan (irregularities) dan tindakan illegal

yang bercirikan penipuan yang disengaja sedangkan The National Commission on Fraudulent Financial Reporting (1987) mendefinisikan Fraudulent sebagai

tindakan yang disengaja atau ketidakhati-hatian (Tunggal, 1992). Dalam Christiawan, 2002.

Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

5. Kategori Kecurangan (Fraud)

Simanjuntak (2008) mengklasifikasikan kecurangan dapat dilakukan dilihat dari beberapa sisi berikuti ini, yaitu:


(36)

Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori:

1) Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open

on-the-books, lebih mudah untuk ditemukan).

2) Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara

catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on

the-books)

3) Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti: pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk

ditemukan)

b. Berdasarkan frekuensi

Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya:

1) Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak

berulang, tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang tidak benar).


(37)

2) Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang

menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi / diawali sekali saja. Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan. Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya.

Bagi auditor, signifikansi dari berulang atau tidaknya suatu kecurangan tergantung kepada dimana ia akan mencari bukti. Misalnya, auditor harus mereview program aplikasi komputer untuk memperoleh bukti terjadinya tindakan kecurangan pembulatan ke bawah saldo tabungan nasabah dan pengalihan selisih pembulatan tersebut ke suatu rekening tertentu.

c. Berdasarkan konspirasi

Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi, tidak terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo. Dalam bona fide conspiracy, semua pihak sadar akan adanya kecurangan; sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.

d. Berdasarkan keunikan

Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada


(38)

pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiun, reksa dana (disebut juga custodial

fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.

2) Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang

mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar.

6. Gejala adanya kecurangan

Pelaku kecurangan menurut Simanjuntak (2008) dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu: manajemen dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan.

a. Gejala kecurangan manajemen

1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak 2) Moral dan motivasi karyawan rendah

3) Departemen akuntansi kekurangan staf

4) Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau badan otoritas

5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi 6) Penjualan/laba menurun, utang dan piutang dagang meningkat

7) Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama


(39)

8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan

9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.

b. Gejala kecurangan karyawan

1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan pendukung

2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung

3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar

4) Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran

5) Kekurangan barang yang diterima 6) Kemahalan harga barang yang dibeli 7) Faktur ganda

8) Penggantian mutu barang

c. Tindakan/perilaku pelaku kecurangan

Berikut merupakan daftar perilaku seseorang yang harus menjadi perhatian auditor karena dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:

1) Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti

biasanya, gaya hidup mewah.

2) Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja 3) Penjudi berat


(40)

5) Sedang dililit utang

6) Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan (irregularities)

dianggap tidak material ketika ditemukan

7) Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja sendiri

8) Gaya hidup di atas rata-rata 9) Mobil atau pakaian mahal.

E. Pengaruh Pengalaman auditor Terhadap Pengetahuan auditor Untuk Mendeteksi Fraud

Perbedaan pengalaman yang dihubungkan dengan pengetahuan dapat digunakan untuk mempengaruhi kinerja (Bonner, 1994). Hayes-Roth, Hutchinson, Murphy dan Wright dalam Noviyani dan Bandi (2002) menyatakan bahwa seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang tertentu mempunyai lebih banyak item disimpan dalam ingatannya. Hal in didukung pula dengan penelitian Choo dan Trotmant (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002) yang menyatakan bahwa auditor berpengalaman akan mengingat lebih banyak item daripada item yang sejenis, sedangkan auditor yang tidak berpengalaman akan lebih mengingant item sejenis.

Lain halnya dengan Ashton (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002), dalam penelitiannya tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan sebagai penentu keahlian audit menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut.


(41)

auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan yang besar dalam tingkat pengetahuan yang dimiliki.

Penelitian tentang pengalaman akuntan juga pernah dilakukan oleh Sularso dan Na’im (1999). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 35 akuntan pemeriksa yang berpangalaman dari Kantor Akuntan Publik di Solo dan Jakarta serta 35 Mahasiswa akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surakarta sebagai pengganti akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.

Suraida (2005) juga menyebutkan penelitian-penelitian mengenai pengalaman. Diantaranya, Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

Dalam penelitian yang dilakukan Kalbers dan Forgarty (1995), Purwoko (1996) dan Rahmawati (1997) dalam (Sumardi dan Hadiningsih, 2002) menunjukkan bahwa pengalaman berhubungan positif dengan profesionalisme.

Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh


(42)

pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di Kantor Akuntan Publik di Jawa yang memiliki posisi partner, supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan.

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.

F. Pengaruh pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor tentang fraud

Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dalam rangka meraih sukses, kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih diperlukan pelatihan-pelatihan melalui kursus-kursus pendidikan profesional lanjutan (Eynon dkk, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002). Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI 2004) Program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian auditor.

Pelatihan adalah suatu kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta, yang akhirnya akan menimbulkan perubahan prilaku aspek-aspek kognitif, ketarampilan dan sikap (Hamalik, 2000 dalam Noviyani dan Bandi, 2002).


(43)

Peningkatan pengetahuan juga akan muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan didapat dari pengalaman khusus (Bonne dan Walker, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002). Personel auditor baru yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan menunjukkan tingkat skeptis dan pengetahuan tentang kecurangan yang lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik dibanding dengan personel audit yang tidak menerima perlakuan tersebut (Carpenter dkk, 2002 dalam Christiawan, 2002).

Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan. Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada di kantor akuntan publik. Pelatihan terhadap junior auditor akan berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan harus dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di kantor akuntan publik.

Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan atau pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian auditor terhadap kekeliruan yang terjadi (Noviyani dan Bandi 2002).

Dari penelitian yang dilakukan oleh American Accounting Association, terdapat suatu fenomena yang menarik, yaitu adanya kerjasama antara organisasi profesi akuntansi yang ada di Amerika untuk menyadari keberadaan profesi dan


(44)

memajukan profesi. American Accounting Association (AAA), AICPA, Institute of Management Accountants (IMA) dan Kantor Akuntan Publik Besar bekerja sama untuk melakukan riset tentang profesi. Hal ini bisa dikembangkan lebih dalam hal penyusunan kurikulum pendidikan formal dan pelatihan. Masukan dari Kantor Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu kurikulum pendidikan formal akuntansi dan pelatihan akuntansi.

Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin lamanya audit dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Lamanya audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor serta kompleksitas transaksi keuangan yang dihadapi akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing yang pernah diterimanya saat pendidikan formal dan pelatihan. Berdasarkan uraian diatas,penelitian ini mengemukakan hipotesis berikut ini.

G. Pengaruh Pengalaman dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor tentang fraud

Dihubungkan dengan pengalaman, hasil penelitiaan Tubbs (1992) dalam Novianti (2002) menyatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh pada struktur pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kecurangan yang berbeda yang diketahuinya. Sebaliknya, Sularso dan Naim (1999) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap jumlah pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya.


(45)

Pengalaman yang didapat dari program khusus tertentu mempunyai pengaruh yang lebih besar. Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan. Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada di kantor akuntan publik. Pelatihan terhadap junior auditor akan berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan harus dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di kantor akuntan publik. Apabila kedua variabel ini dikombinasikan bersama-sama yaitu pengalaman dan pelatihan apakah memiliki pengaruh yang signifikan Terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh pengalaman dan pelatihan Auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan diantaranya adalah Ashton (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002), dalam penelitiannya tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan sebagai penentu keahlian audit menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut.

Selain itu, Merchant G.A (1989) dalam Suraida (2005) juga menemukan bahwa akuntan pemeriksa berpengalaman mampu mengidentifikasikan secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak


(46)

pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Sama halnya dengan hasil penelitian Tubbs (1992) dalam Noviyani (2002) yang mengatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh pada struktur pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kecurangan.

Penelitian tentang pengalaman akuntan juga pernah dilakukan oleh Sularso dan Na’im (1999). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Dalam penelitiannya, Sularso dan Na’im (1999) menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap Jumlah pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya.

Sedangkan penelitian yang hampir sama tentang pengalaman dan pelatihan auditor dilakukkan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor tentang kecurangan. Dalam hasil penelitianya, pengalaman berpengaruh terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Sedangkan pelatihan lebih yang dilakukan auditor tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan auditor terhadap kecurangan yang terjadi (Noviyani dan Bandi 2002).

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang Perbandingan Penelitian Terdahulu

Noviyani dan Bandi (2002)

Penelitian Sekarang (2008)


(47)

Objek Penelitian dan Sample

KAP di wilayah jawa dan 42 auditor yang berkerja di KAP Tersebut.

6 KAP yang berada di daerah jakarta. Sample adalah 35 Auditor dan 42 Mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah auditing.

Variabel Independen

a. Pelatihan Auditor b. Pengalaman Audit

a. Pelatihan Auditor b. Pengalaman Audit. Variabel

Dependen

Struktur Pengetahuan Auditor

Tentang Kekeliruan

Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi

Kecurangan

Metode Analisa a. Regresi Linier Berganda a. Regresi Linier Berganda Sumber : Data diolah

I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(Variabel Dependen )

( Variabel Independen)

J. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pelatihan Auditor (X2)

Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Y) Pengalaman Auditor (X1)


(48)

H1:Pertambahan pengalaman auditor diduga berpengaruh pada pengetahuannya dalam mendeteksi fraud.

H2: Penambahan pelatihan auditor diduga berpengaruh terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi fraud.

H3: Pengalaman dan pelatihan auditor diduga berpengsruh signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi fraud.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei, penulis hanya meneliti sampel dari suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor di KAP di wilayah Jakarta yang memiliki posisi sebagai partner, supervisor, dan asisten auditor. Alasan penggunaan KAP di wilayah Jakarta sebagai responden adalah karena peneliti memiliki informasi yang cukup lengkap dan menyeluruh untuk mengevaluasi kinerja KAP, dan peneliti merupakan salah satu staff auditor pada kantor akuntan publik yang ada di jakarta.

Berdasarkan tujuan dari sifat penelitian dalam skripsi ini yaitu menggambarkan ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel satu dengan variabel yang lainnya, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Analisis kausal komparatif (Indriantoro dan Bambang , 2000). Pada penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner yang didistribusikan dengan cara penyampaian pertanyaan-pertanyaan kepada para auditor yang meliputi partner, manajer, supervisor, senior dan junior auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta serta mahasiswa S1 reguler jurusan akuntansi di beberapa universitas di Jakarta yang telah menyelesaikan kulian auditing 2.

Untuk memperoleh data dan infomasi yang lengkap serta mendapatkan hasil yang akurat, maka peneliti menggunakan rancangan penelitian yang telah dilakukan


(50)

oleh peneliti terdahu yaitu sri sularso dan ‘Ainun Naim (1999), Christiawan (2002), Noviyani dan Bandi (2002) dan beberapa tambahan dari penelitian lainnya yang telah disempurnakan.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang Bekerja di Kantor Akuntan Publik Di wilayah Jakarta. Dari populasi ini, peneliti akan menentukan besarnya sampel dengan cara convenience sampling, pemilihan sampel melalui convenience sampling adalah pemilihan sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:130). Cara ini dilakukan karena elemen populasi sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas (jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti) sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling murah dan cepat.

Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di wilayah jakarta. Alasan auditor sebagai responden adalah karena auditor yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan audit, dimana didalamnya auditor diharuskan untuk melakukan prosedur yang sesuai dengan SPAP untuk dapat mendeteksi kekeliruan dan kecurangan. Pertimbangan tersebut dilakukan untuk memudahkan auditor dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti.

Sampel dari penelitian ini adalah auditor yang bepengalaman dan diasumsikan telah bekerja di KAP minimal 2 tahun. auditor yang dipilih dalam penelitian ini meliputi partner, supervisor, dan asisten auditor, untuk auditor yang telah berpengalaman. Kemudian, untuk auditor yang belum berpengalaman diasumsikan yaitu auditor yang telah bekerja maksimal 1 tahun dan mahasiswa jurusan akuntansi


(51)

auditing yang telah menempuh 135 sks dan telah belajar audit 1& 2, serta telah mendapatkan pelatihan lab audit.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Data Primer, yaitu sumber data yang diperolehnya secara langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Data primer ini diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh responden, yakni auditor yang bekerja di KAP.

b. Data Sekunder, yang biasanya berupa bukti, catatan atau laporan histories yang telah disusun didalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal seperti melalui penelitian kepustakaan dengan membaca dan mempelajari literature-literatur yang berupa buku, artikel, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Metode pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diberikan kepada auditor yang bekerja pada KAP di wilayah jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik Personally

administered questionnaires, yakni kuesioner disampaikan dan dikumpulkan


(52)

peneliti juga menitipkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja di KAP demi kemudahan pengumpulan data.

D. Metode Analisis Data

Seluruh penyajian dan analisis data menggunakan program SPSS (Statistical

program For social science) 13.0 For windows. Statistik deskriptif digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksut membuat kesimpulan yang berlaku umum. 1. Uji Kualitas data

a. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan kecermatan suatu insturmen untuk mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu keusioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson

Correlation, dinyatakan valid jika nilai signifikansi yang dihasilkan lebih

kecil dari 0,05 (Ghozali, 2005).

Uji validitas dalam penelitian ini adalah pengujian statistik yang dipakai dalam penelitiaan ini adalah berasal dari butir-butir pertanyan yang dikorelasikan dengan korelasi product moment. Sebuah data harus valid

untuk menyediakan konsep abstarak yang akurat. Umumnya beberapa dapat dikatakan valid jika semua pernyataan harus diisi dengan lengkap, dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain sesuai dengan apa


(53)

yang dihapkan oleh peneliti. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuesioer dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas yang akan digunakan dalam penelitiaan ini adalah validitas konstruksi yaitu kerangka dari suatu konsep, dengan menghitung korelasi antar masing-masing dengan memmakai rumus korelasi Product moment. Dengan r hitung > dari r tabel jika kurang dari itu maka pertanyaan itu tidak valid.

b. Realiabilitas

Reliabititas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioer yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang telah diajukan dalam penelitian dapat dipercayakan dan diandalkan.

Satu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Rumus varians: n : Jumlah sampel

n

(ΣX)2

n

ΣX2


(54)

X : Nilai skor yang dipilih

Rumus Cronbach’s Alpha ( α ):

α : Reliabilitas instrumen k :Banyak butir pertanyaan

σt2 : Varians total

Σσb2 : Jumlah varians butir

Untuk melakukan pengujian terhadap butir-butir pertanyaan dapat dikatakan realibel, peneliti menggunakan one shot method, dengan uji statistik

Cronbach Alpha. Menurut Nunnally (1946) dalam Ghozali (2005), suatu

konstruk atau variabel dikatakan realibel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha lebih sebesar dari 0,60. Rumus reliabilitas ini dapat diselesaikan dengan

menggunakan SPSS versi 13.0 for windows. 2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji autokorelasi , uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melibat penyebaran data yang normal atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak pertama melalui kuisioner. Dalam Ghozali (2005) screening terhadap normalitas data merupakan

langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate,

khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability plot dimana data

dikatakan normal jika nilai sebaran data berada disekitar garis lurus diagonal.

α = k k - 1

Σσb2

σt2


(55)

b. Multikolinieritas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko) (Ghozali, 2005: 91). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko ini, salah satunya dilakukan dengan melihat nilai tolerance (TOL) dan variance inflation

factor (VIF). Model regresi yang bebas multiko adalah yang mempunyai

nilai VIF kurang dari 10 dan mempunyai mempunyai nilai tolerance lebih

dari 0,10 (Ghozali, 2005: 92). c. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Sebaliknya, jika varians berbeda di sebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antar nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah di prediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi -Y sesungguhnya) yang telah studentized sehingga jika ada pola tertentu yang


(56)

heteroskedastisitas sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas(Ghozali, 2005: 105).

3. Uji Hipotesis

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah diperoleh perlu dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi berganda

(multiple regression analysis). Model ini digunakan karena penulis ingin

mengetahui tentang pengaruh variabel Pengalaman audit (X1), pelatihan audit

(X2), terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (Y). Rumus

regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y : Pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan

a : konstanta (harga Y bila X = 0)

b : koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan

variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)

X1 : Pengalaman auditor

X2 : Pelatihan auditor

e : Error


(57)

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien determinasi (R-square).

Jika R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-square berkisar

hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R-square semakin

mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83) karena adanya kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi R2, maka digunakan nilai Adjusted R2dalam penelitian ini dan nilai Adjusted R2 dapat

naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke model. b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model

regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probability F lebih kecil dari 0, 05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


(58)

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap veriabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 5% atau (α) = 0,05. Jika probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka

terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan) (Ghozali, 2005: 85).

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dalam devinisi operasional akan dijelaskan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitiaan ini,:

1. Variabel Bebas (Independen Variabel) a. Pengalaman auditor

Pengalaman auditor, yaitu adanya experiental learning melebihi pengetahuan auditor yang baru saja lulus dan bekerja sebagai auditor. Seseorang auditor yang berpengalaman akan menjadi lebih sadar terhadap banyak kecurangan dibandingkan dengan auditor yang baru saja lulus, dan juga auditor yang berpengalaman memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kecurangan dibandingkan dengan yang belum


(59)

berpengalaman. Terdapat variasi pengukuran terhadap variabel pengalaman yang telah dipakai para peneliti.

Pengalaman menandai adanya suatu yang terus hidup secara nyata dan diperoleh dari belajar bukannya diperoleh secara langsung melalui desas-desus atau laporan. Pengukuran pada variabel pengalaman yang dipakai peneliti biasanya diukur dengan ukuran ordinal, jenjang jabatan,tahun Pengalaman. Untuk mendapatkan jumlah objek akuntan berpengalaman yang cukup, dalam penelitian ini ukuran akuntan pemeriksa yang berpengalaman diambil dari akuntan pemeriksa minimal yang berpengalaman mengaudit atau minimal berjabatan sebagai staff akuntan pemeriksa. Untuk ukuran akuntan yang tidak berpengalaman diambil dari mahasiswa S 1 yang telah mendapatkan mata kuliah audit satu dan audit dua.

b. Pelatihan auditor

Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan

(ability), keahliaan (skill) dan sikap (attitude).

Pelatihan di sini dapat berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, symposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (junior) juga bisa dianggap salah satu bentuk pelatihan. Adapun closed ended questionnaire

akan digunakan untuk menanyakan jenis kecurangan yang ditemukan, khususnya pada siklus penjualan


(60)

Pada penelitian ini variabel terikat adalah pengetahuan auditor dalam

mendeteksi kecurangan. Ketidakberesan (irregularities) adalah salah saji atau

hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencangkup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang menyesatkan, dan sering kali disebut sebagai kecurangan manajemen, serta penyalahgunaan aktiva yang seringkali disebut dengan unsur penggelapan.

Kecurangan dalam penelitian ini di bagi menjadi lima bagian yaitu dalam pencatatan piutang, Kecurangan dalam pencatatan penjualan dalam jurnal penjualan, kecurangan posting piutang dagang ke buku besar umum, kecurangan pencatatan penerimaan kas dalam jurnal penerimaan kas dan kekeliruan posting penerimaan kas pada buku besar pembantu piutang.

Faktor utama yang membedakan antara kekeliruan dan dan ketidakberesan terletak pada penyebab salah saji laporan keuangan yang melandasinya bersifat sengaja atau tidak sengaja. Selanjutnya dalam penelitian ini hanya akan digunakan istilah kecurangan untuk mewakili kekeliruan dan ketidakberesan.

Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert yang merupakan metode untuk megukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap objek, objek atau kejadiaan tertentu. Dikaitkan dengan pengalaman dan pelatihan auditor dan akan diajukan kuesioner yang akan diajukan kepada auditor dan diminta menyatakan pendapatnya dalam format likert melalui tiga pilihan berganda yang dimulai dengan pilihan mungki terjadi, tidak mungkin terjadi, tidak tahu atau tidak mengerti. Adapun skor yang akan diberikan untuk ketiga alternatif jawaban tersebut adalah 5,4,3,2,1


(61)

masing-masing untuk pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 3.1 Variabel Operasional

variabel Sub Variabel

Alat Indikator Skala Likert

1. X1

Pengalaman

Komponen Pengetahuan

1.Kemampuan prediksi dan

deteksi

2. Pengetahuan tentang prosedur, standar dan peraturan

3.Kelebihan dan keluasan

pengetahuan auditor

4.Pemahaman resiko industri dan bisnis

5.Penugasan auditor lebih dari lima tahun

Skala Ordinal (1-5)

2. X2 Pelatihan

6.Pelatihan yang diikuti auditor

7.Berpikir cepat dan terperinci 8.Bersikap kritis

Skala Ordinal (1-5)

3. Y Ketelitian dalam mendeteksi kecurangan Kecurangan dalam pencatatan penjualan Kecurangan dalam

9. Mendeteksi pesanan 10. Mendeteksi pemberian

kredit

11. Mendeteksi penentuan syarat dan potongan harga 12. Mendeteksi penerimaan

produk

13. Mendeteksi tagihan


(62)

posting piutang

14. Mendeteksi umur piutang 15. mendeteksi penjualan dan

jurnal penjualan

16. Mendeteksi piutang dagang ke buku besar umum 17. mendeteksi pencatatan

penerimaan kas dan jurnal penerimaan kas

18. mendeeksi posting penerimaan kas pada buku besar pembantu piutang


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan

Dari hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:.

1. Hasil Uji t menunjukkan, P Value (0,000) < 0,05 sehingga Ho ditolak atau Hipotesis kedua (Ha) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

2. Hasil uji t menunjukkan hanya Pelatihan Auditor saja yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

3. Hasil uji F menghasilkan F hitung adalah 189,725 dengan probabilitas 0,000. karena probabilitas (0,000) < 0,05 dan nilai F tabel (3,15) dengan derajat kebebasan 66, maka dapat disimpulkan bahwa f hitung > F tabel ini berarti signifikan, yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman dan pelatihan auditor dalam mendeteksi kecurangan.


(2)

B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi pemeriksaan (Auditing) khususnya yang membahas tentang pengetahuan auditor tentang kecurangan. Dimana dari hasil penelitian ini di dapat bahwa pengetahuan auditor tentang kecurangan dapat dipengaruhi secara bersama-sama oleh pengalaman dan pelatihan auditor. Namun secara parsial hanya pengalaman auditor saja yang dapat mempengaruhi pengetahuan auditor tersebut terhadap kecurangan sedangkan pelatihan tidak.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat juga membantu Kantor-kantor akuntan publik untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas audit mereka dengan mempertimbangkan tingkat pengalaman seorang auditor yang akan melakukan audit dan lebih meningkatkan pelatihan-pelatihan para auditor mereka tersebut.

Sedangkan keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pelatihan hanya diukur berdasarkan jumlah seorang auditor yang pernah mengikuti pelatihan tanpa memperhatikan kualitas dan relevansi pelatihan tersebut terhadap bidang kerja mereka. Kemudian penelitian ini tidak mengidentifikasi hubungan pelatihan dengan pengalaman yang dimiliki auditor. Selanjutnya masih terbatasnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini khususnya auditor yang telah mengikuti pelatihan juga menjadi kenala dalam penelitian ini.

C. Saran


(3)

Atas dasar keterbatasan-keterbatasan yang dikemukakan peneliti sebelumnya, penulis memiliki saran untuk peneliti-peneliti selanjutnya, antara lain:

1. Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelatihan auditor diharapkan mengukur pelatihan berdasarkan jumlah seorang auditor yang pernah mengikuti pelatihan dengan memperhatikan kualitas dan relevansi pelatihan tersebut terhadap bidang kerja mereka.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat juga mengidentifikasi hubungan pelatihan dengan pengalaman yang dimiliki auditor.

3. Memperbanyak luas sample dan jumlah auditor yang telah memiliki pelatihan dalam penelitian selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik” Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta 2004.

Arens, Alvin.A & Loebbecke, James K. “Auditing (terjemahan)”, Salemba Empat, Jakarta 2004.

Boynton, Johnson & Kell. “Modern Auditing”, Jilid I, Edisi ke-7, Erlangga, Jakarta 2002.

Belkoui (terjemahan Ahmed Riyadi). “Teori Akuntansi”, Salemba empat, Jakarta 2003. Bonner, S.E & Walker P.L. “The Effect Instruction and Experience on The Acquisition

of Auditing Knowledge. The Accounting Review, No. 69 January 1994.

Christiawan, Yulius J. “Kompetensi dan Indepedensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris” , Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4, No.2, Nopember 2002.

Christiawan, Yulius J. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Akuntan Laporan Keuangan Historis” , Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7, No.1, Mei 2005.

Depdiknas RI. “SK menteri Pendidikan Nasional No.179/U/2001”, artikel diakses tanggal 10 April 2008, dari http://www.depdiknas.go.id, .Jakarta 2008.

Ghozali, Imam. “ Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005.

Hamid, Abdul, “ Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, Jilid 1, Edisi Kedua”, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN: Yogyakarta, 2002.

Hamid, Abdul, “ Panduan Penulisan Skripsi”, FE UIN Press: Jakarta, 2007.

Hastuti, Theresia.D dkk. “Hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan” Simposium Nasional Akuntansi 2003.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. ” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Salemba Empat, Yogyakarta, 2000.


(5)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) “Standar Akuntansi Keuangan (SAK)”, Salemba Empat, jakarta 2004.

Ikatan Akuntan Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik”, SSalemba Empat, Jakarta 2001.

Mulyadi dan Puradireja, Kanaka. “Auditing”, Buku 1, Edisi kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2001.

Murtanto dan Gudono. “ Identifikasi Karakteristik – Karakteristik Keahlian Audit Profesi Akuntan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol2,No 1,Januari: 37- 52, 1999.

Nasution, Damai. “Peran dan Tanggung Jawab auditor Untuk Mendeteksi Fraud Dalam Laporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi & Investasi, Januari 2003.

Noviyani, Putri, dan Bandi. “Pengaruh Pengalaman dan pelatihan Terhadap Sturktur Pengetahuan auditor Tentang Kekeliruan” Simposium Nasional Akuntansi, 2002.

Simanjuntak, Riduan. “ Kecurangan: Pengertian dan Pencegahan”, artikel diakses tanggal 10 April 2008, dari http://www.tjukriaptawaf.blogspot.com / 2007 / 11 / kecurangan-pengertian-dan-pencegahan.html. Jakarta 2008

Sularso,Sri dan Na’im, Ainun. “Analisis Pengaruh Pengalaman Akuntan pada Pengetahuan dan Penggunaan Intuisi dalam Mendeteksi Kekeliruan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2, No.2, Juli 1999.

Sumardi, Pancawati Hadiningsih.”Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja: Studi Kasus auditor BPKP”. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi: Vol 9, No. 1, Maret 2002.

Suraida, Ida. ”Uji Model Etika,Kompentensi, pengalaman Audit Dan Risiko Audit Terhadap Skeptisme Professional Audito”,. Jurnal Akuntansi. Th.IX /02 /Mei. 2005.

Tanjung, Hendri & Arep, Ishak. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Cetakan 1, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta 2002.


(6)

Widagdo, Ridwan dkk. “Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien”, Simposium Nasional Akuntansi, 2002.


Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud (studi empiris pada Perusahaan di Jakarta)

2 18 132

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

9 46 147

Pengaruh Profesionalisme dan PenganAuditor terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan

0 1 23

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU DAN BEBAN KERJA TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

0 1 16

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Independensi, Kompetensi, Pelatihan Auditor, dan Resiko Audit Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan - Unika Repository

0 0 15

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Informasi Afektif, Akuntabilitas, Pengetahuan, dan Pengalaman terhadap Pertimbangan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan - Unika Repository

0 1 14

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Informasi Afektif, Akuntabilitas, Pengetahuan, dan Pengalaman terhadap Pertimbangan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan - Unika Repository

0 0 23

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Informasi Afektif, Akuntabilitas, Pengetahuan, dan Pengalaman terhadap Pertimbangan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan - Unika Repository

0 0 37