Pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi faraud

(1)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA

DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD

Oleh :

Mochammad Taufik NIM: 104082002619

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA

DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh

Mochammad Taufik NIM: 104082002619

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wiwiek Utami, SE, Ak., MS Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si

NIP. 131 664 643 NIP. 150 377 440

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Kamis Tanggal 12 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN

PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP

KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Rahmawati, SE, Ak., MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(4)

Hari ini Selasa Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN

PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP

KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 September 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing II

Dr. Wiwik Utami, SE, Ak., M.Si Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si

Ketua Sekretaris

Rini, SE, Ak., M.Si Penguji Ahli


(5)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...………… iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… iv

ABSTRACT ………. ……… v

ABSTRAK ……… ……….…... vi

KATA PENGANTAR ………. ……… vii

DAFTAR ISI ……… ……….…... ix

DAFTAR TABEL ...……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….……….…... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Perumusan Masalah ……… 5

1. Identifikaasi Masalah ……… 5

2. Pembatasan Masalah………. 6

3. Perumusan Masalah ……….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 8

1. Tujuan Penelitian ……..……… 8

2. Manfaat Penelitian ……… ……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

A. Pengertian Audit ……… ……… 9

B. Jenis-Jenis Audit … ……… 9

1. Audit Laporan Keuangan …………..……….. 9

2. Audit Kepatuhan ………. 10


(6)

C. Jenis-Jenis Auditor …………..……….. 11

1. Auditor Eksternal ……… 11

2. Auditor Pemerintah………. 11

3. Auditor Pajak ………. 12

4. Auditor Internal……….. 12

D. Pengertian Audit Internal ………. 13

E. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ………….. 13

F. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Auditor Internal ……... 14

G. Pengalaman Kerja …………..……….. 15

H. Pendidikan Profesi ……… 16

1. Sertifikasi QIA ……….……….. 17

2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit …………..……… 20

a. Internal Audit Skill ……….……….. 21

1) Implementasi Internal Control (COSO-Based) ……… 21

2) Risk Based Internal Audit ………. 22

3) Fraud Auditing ……….. 23

4) Manajemen Fungsi Audit Internal …… ……… 24

5) Menulis Laporan Audit Efektif……… ……… 24

6) Psikologi dan komunikasi Audit ……….…… 25

7) Proses dan Teknik Audit Internal ………. 26

8) Managing Conflict untuk Internal Audtor ……… 27

9) Implementasi Praktis Audit Operasional ………. 29

b. Best Practise ………. 30

1) Control Self Assessment ……… 30

2) Enterprise Risk Assessment ……….. 31

3) Implementasi Balance Scorecard………. 32

4) Quality Assurance Fungsi Internl Audit …… ……….. 33

5) Audit Committee Training Course……… ………….. 33

6) Sarbanes Oxley PCAOB And internal Audit Roles …. 34 7) Leadership untuk Auditor Internal ……….. 35

I. Pengertian dan Jenis-Jenis Fraud ……….. 36

J. Pencegahan Fraud …………..……….. 39

K. Kerangka Pemikiran ………. 41


(7)

A. Populasi dan Sampel ……… ……….. 42

B. Metode Penarikan Sampel … ……… 42

C. Sumber Data ……… …………..……… 44

1. Data Primer (Primary Data) ……….. 44

2. Data Sekunder (Secondary Data) ………. 45

D. Operasional Variabel ……….. 45

E. Metode Analisis ………. 46

F. Uji Instrumen Penelitian ………. 48

1. Uji Validitas ……….……… 48

2. Uji Reliabilitas …….……… 48

G. Uji Hipotesis ……….……… 49

1. Uji Asumsi Klasik ……… 50

a. Uji Multikolonieritas ……… 50

b. Uji Normalitas ……… 50

2. Pengujian Hipotesis ………. 51

a. Uji Koefisien Determinasi ……….. 51

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .. 52

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ………. 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …….……….. 55

A. Gambaran Objek Penelitian ……… ………. 55

1. Tempat dan Waktu Penellitian ………. 55

2. Karakteristik Responden ………. 57

3. SejarahYPIA ……….. 58

B. Uji Instrumen Penelitian ……… 59

1. Uji Validitas ……….……… 59

2. Uji Reliabilitas …….……… 60

C. Analisis dan Pembahasan ……… …………..………. 61

1. Uji Asumsi Klasik ……… 61

a. Uji Multikolonieritas ……… 61

b. Uji Normalitas ……… 63

2. Pengujian Hipotesis ………. 65


(8)

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .. 67

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ………. 69

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………….……… 75

A. Kesimpulan ……….. 75

B. Implikasi ……….………. 76

DAFTAR PUSTAKA ………. 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Hal

Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ……… 13

Tabel 2.2 Materi Pelatihan QIA ……….. 19

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ………. 45

Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner ……… 56

Tabel 4.2 Karakteristik Responden ……… 57

Tabel 4.3 Uji Validitas ……….. 60

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas ……….. 61

Tabel 4.5 Uji Multikolonieritas ……… 62

Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi (R2) ……… 65

Tabel 4.7 Uji Statistik t ………... 67


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Keterangan Hal Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ……… 41 Gambar 4.1 Grafik Histogram ……… 64 Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ………. 64


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Keterangan

Lampiran 1 Tabel Matrix Keputusan Responden Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Uji Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas) Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik (Multikolonieritas dan Normalitas) Lampiran 5 Uji Statistik (Regression)


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tuntutan terhadap terwujudnya good governance pada setiap sektor, baik publik maupun swasta kini semakin gencar. Tuntutan tersebut memang sangat wajar mengingat banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan di negeri ini ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi baik sektor publik maupun swasta di Indonesia. Indikasi buruknya pengelolaan tersebut antara lain tercermin dari maraknya birokrasi yang tidak sehat yang ditunjukkan oleh banyak kasus yang terjadi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

Bukti lain dari buruknya pengelolaan perusahaan adalah tercermin dari tidak adanya upaya antisipasi dari pihak manajemen organisasi terhadap aktivitas keuangannya. Yang lebih mengenaskan lagi, ternyata sebagian besar utang luar negeri yang dimiiliki oleh perusahaan swasta merupakan utang jangka pendek yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi jangka panjang. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak perusahaan swasta mengalami default atas utang mereka yang telah jatuh tempo.


(13)

Sementara kini sedang merebaknya penyakit berdimensi ekonomi, politik, kultur, moral bahkan agama, yang terus menggerogoti segala aspek kehidupan masyarakat saat ini, yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) atau sering disebut sistem kroni. Ketiga hal tersebut bisa dikategorikan ke dalam bentuk kecurangan (fraud).

Terhadap merebaknya tuntutan terwujudnya good governance dan good corporate governance, profesi akuntan (khususnya auditor internal) banyak mendapat sorotan. Sorotan tersebut terutama terkait dengan tugas auditor internal di perusahaan, karena tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Beberapa pihak merasakan bahwa peran profesi auditor internal belum optimal, walaupun belum sepenuhnya benar.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik (KAP) tujuannya adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disusun manajemen, sedangkan tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.


(14)

Profesi audit internal merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk berkualitas dan kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk mengikuti pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup mengenai profesinya.

Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai kekeliruan dari pada auditor yang kurang atau belum berpengalaman.

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Seorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah (2006:3), mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997).


(15)

Sedangkan untuk menambah kemampuannya sebagai auditor internal, auditor juga dapat mengikuti pelatihan teknis guna menunjang kemampuannya sebagai auditor internal. Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) adalah salah satu lembaga yang menyediakan berbagai macam pelatihan yang dibutuhkan oleh para auditor internal tersebut.

Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan ini para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan dengan perubahan situasi yang akan ditemui di lapangan.

Disiplin ilmu akuntansi yang semakin cepat berkembang dari waktu ke waktu seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik secara teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana mengenai Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia) muncul sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena adanya kepentingan dari lingkungan bisnis yang merasa perlu mengkapitalisasi sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang notabene adalah manusia itu sendiri.


(16)

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Penelitian Sodik (2007) yang berjudul pengaruh keahlian dan independensi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan dari variabel keahlian terhadap pendeteksian indikasi fraud, juga independensi auditor internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian indikasi fraud.

Penelitian yang dilakukan Bawono, dkk (2006) adalah mengukur persepsi mahasiswa jurusan akuntansi reguler dan non reguler tentang pendidikan profesi akuntansi. Dalam penelitian ini Bawono menyatakan bahwa mahasiswa S1 akuntansi mempunyai persepsi yang positif mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk). Hanya saja terdapat perbedaan persepsi mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) yang disebabkan adanya perbedaan karakteristik objek penelitian ini, yaitu mahasiswa reguler dan non reguler. Pada kelas non reguler sebagian besar mahasiwanya terdiri dari orang-orang yang telah memiliki pekerjaan, sehingga orientasi mereka mengikuti pendidikan yakni sebagai penunjang karier bagi pekerjaan mereka. Sedangkan bagi kelas reguler, di mana mahasiswanya notabene fresh graduate dari sekolah menengah sehingga lebih mempunyai orientasi dalam mengikuti pendidikan profesi karena untuk mengejar karier sebagai akuntan publik. Oleh karena itu, peneliti menduga ada perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi reguler


(17)

dengan mahasiswa S1 non reguler mengenai Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), yang disebabkan latar belakang dan orientasi mengikuti pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal dalam mendeteksi fraud. Untuk itu penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud

2. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian agar penelitian ini lebih dalam dan fokus. Peneliti membatasi masalah hanya mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Ada beberapa persamaan dan perbedan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dan perbedaannya adalah:

a. Persamaan

Ada persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dependennya, yaitu pendeteksian indikasi fraud, sama seperti penelitian Sodik (2007).


(18)

b. Perbedaan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari variabel-variabel independennya. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Kemudian sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah para auditor internal yang sedang menempuh pendidikan profesi di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Peneliti menganggap mereka adalah sampel yang paling tepat, karena para peserta ini dianggap telah cukup berpengalaman sebagai auditor internal perusahaan.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud?

b. Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud?

c. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud?


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Penelitian ini meliputi auditor internal yang sedang mengikuti pendidikan profesi auditor internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berbentuk kasus sebagai instrument penelitian.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Auditor Internal

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.

b. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memperoleh banyak pengetahuan mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai salah satu referensi, terutama penelitian mengenai profesi auditor internal.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Audit

Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association” dalam Boynton (2002:5) memberikan definisi audit sebagai:

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan ”

B. Jenis-Jenis Audit

Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah: 1. Audit Laporan Keuangan

Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang di Indonesia dibukukan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).


(21)

Hasil audit laporan keuangan tersebut didistribusikan kepada para pengguna laporan keuangan dalam spektrum yang lebih luas, seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal juga menyiapkan laporan keuangan kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya. 2. Audit Kepatuhan

Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan memperoleh bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari: (1) ringkasan temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut.

3. Audit Operasional

Audit Operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kriteria atas tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang


(22)

berwenang. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan.

C. Jenis-Jenis Auditor:

Ada empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu: 1. Auditor Eksternal (Akuntan Publik Terdaftar)

Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya.

2. Auditor Pemerintah

Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (ItJen) pada departemen-departemen pemerintah.

Sebagian tugas-tugas BPK tidak terlalu berbeda dengan tugas Kantor Akuntan Publik (KAP). Sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP. Di samping itu audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas operasi berbagai program pemerintah dan BUMN.


(23)

3. Auditor Pajak

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen Keuangan RI bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum. Dalam pelaksanaannya, aparat pelaksanaan DJP di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka). Karipka mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggung jawab Karipka adalah melakukan audit ketentuan perundangan perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya adalah audit ketaatan.

4. Auditor Internal

Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Tugas auditor internal bermacam-macam, tergantung pada atasannya.

Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor internal harus berada di luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan-atasan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan.


(24)

D. Pengertian Audit Internal

Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Sawyer (2003), memberikan definisi audit internal sebagai berikut:

“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekaan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi”

E. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal

Perbedaan utama antara auditor internal dan auditor eksternal disajikan pada tabel 2.1 berikut ini. Posisi dan fokus perhatian dari auditor internal modern dibandingkan dengan auditor eksternal yang berorientasi pada aspek keuangan:

Tabel 2.1

Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal

Auditor Internal

Merupakan karyawan perusahaan atau bisa saja merupakan entitas

independen.

Melayani kebutuhan organisasi,

meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.

Auditor Eksternal

Merupakan orang yang independen (di luar perusahaan).

Melayani pihak ketiga yang

memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.


(25)

Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen. Menelaah aktivitas secara terus-menerus.

Sesekali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara material.

Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik biasanya sekali setahun. Sumber: Internal Auditing I, Sawyer.

F. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Berikut adalah ruang lingkup dan tanggung jawab auditor internal yang luas dan tak terbatas. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah;

1. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; 2. risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; 3. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti;

4. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

5. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan 6. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.


(26)

Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

G. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang menjadikan salah satu indikator dan ciri seorang auditor internal dapat dilihat kemampuannya dalam bidang internal audit. Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai kekeliruan dari pada yang kurang atau belum berpengalaman. Disiplin ilmu akuntansi semakin cepat berkembang dari waktu ke waktu

seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik secara teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana mengenai Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia) muncul sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena adanya kepentingan dari lingkungan bisnis yang merasa perlu mengkapitalisasi sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang notabene adalah manusia itu sendiri. Dalam hal ini pengalaman kerja sangat menjadi acuan bagi peningkatan sumber daya manusia akuntansi. Dengan pengalaman kerja yang cukup diharapkan auditor internal dapat secara lebih cepat dan tepat lagi dalam mendeteksi indikasi fraud yang terjadi di perusahaannya.


(27)

Pengalaman kerja adalah salah satu variabel yang banyak digunakan dalam banyak penelitian. Marinus (1997) dalam Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman sebagai variabel penelitian adalah didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang bagi auditor untuk belajar melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks (Libby 1995 dalam Koroy 2005). Lebih jauh riset-riset menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan.

Menurut Jeffrey dalam Herliansyah (2006) memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor internal dapat semakin baik dalam mencegah terjadinya fraud di dalam organisasinya.

H. Pendidikan Profesi

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (Yadianto:2001), profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejujuran, dan etika. Profesi akuntansi merupakan profesi yang


(28)

dijalankan oleh orang-orang yang telah mendapatkan gelar BAP (Bersertifikat Akuntan Publik) atau CPA (Certified Public Accountant). Beberapa profesi akuntansi yang telah mendapat sebutan BAP antara lain: Akuntan Publik (AP), Akuntan Sektor Publik (ASP), Akuntan Manajemen (AM) dan Akuntan Pendidik (AP). Mereka yang telah mendapatkan gelar tersebut, dapat mengajukan ijin untuk membuka praktek akuntan publik. Profesi akuntansi sebagai pemberi jasa dalam hal informasi keuangan memiliki tiga aspek yang saling terkait satu sama lain, yakni pendidikan, praktik dan penelitian (Bell dan Wright 1991 dalam Bawono 2006:247).

Sedangkan untuk profesi auditor internal terdapat pula suatu lembaga pelatihan untuk menambah kemampuan dan kompetensinya sebagai auditor internal, yaitu diantaranya adalah Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Di dalamnya terdapat berbagai jenjang pelatihan yang dapat ditempuh oleh seorang auditor yang ingin mengembangkan kemampuannya.

1. Sertifikasi QIA

Qualified Internal Auditor (QIA) adalah gelar kualifikasi dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol profesionalisme dari individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA juga merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal auditor kelas dunia.


(29)

QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA.

Gelar QIA hanya dapat diberikan kepada peserta yang telah memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit selama 1 tahun dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan dalam lima jenjang pendidikan sebagai berikut:

a. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I b. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II c. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I d. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II e. Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial

Untuk menjaga kualitas pelaksanaan tugasnya, penyandang gelar QIA diwajibkan memenuhi standar dan kode etik yang dikeluarkan oleh Dewan Sertifikasi, dan mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan (continuing professional education) minimal 180 jam dalam setiap jangka waktu 3 (tiga) tahun. YPIA membantu Dewan


(30)

Sertifikasi dalam menyiapkan dan memonitor pelaksanaan standar, kode etik dan program continuing professional education.

Materi pelatihan sertifikasi QIA dikembangkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Institute Internal Auditors dalam merumuskan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang auditor sehingga memiliki kualifikasi sebagai internal auditor tingkat dunia. Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah:

Tabel 2.2 Materi Pelatihan QIA

Proses Internal Audit Keterampilan Audit Internal Management Control dan Teknologi Informasi Lingkungan Audit Tingkat Dasar I -Profesionalisme, Standar dan Kode Etik

- Dasar-dasar Auditing

- - - Pengantar

Akuntansi - Manajemen Keuangan I - Kebijakan Pemerintah Tingkat Dasar II

- Internal Audit I (Control System) - Manajemen Audit

- - Sistem

Informasi Manajemen - Perpajakan - Manajemen Keuangan II Tingkat Lanjutan I

- Intenal Audit II (Teknik Internal Audit)

- Audit Sampling

- Audit Sistem Informasi I - Akuntansi Keuangan Menengah - Manajemen Pemasaran


(31)

Tingkat Lanjutan II

- Fraud Auditing - Internal Audit III (Teknik Pelaporan)

- Akuntansi Manajemen - Audit Sistem Informasi II - Ekonomi Makro dan Mikro Tingkat Manajerial

- - Komunikasi

dan Psikologi Audit

- Manajemen Audit Internal - Peran Internal Auditor pada abad 21 - Manajemen Strategik - Kebijakan Pengawasan Pemerintah Sumber: www.internalauditing.or.id

Seperti terlihat dalam tabel 2.2 di atas, pelatihan dan ujian sertifikasi QIA dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu: pengetahuan mengenai proses internal auditing, penguasaan atas keterampilan internal auditing, pemahaman atas management control dan teknologi informasi, serta pemahaman atas lingkungan audit. Materi-materi dalam tiap kelompok tersebut diberikan secara bertahap dalam Tingkat Dasar I, Tingkat Dasar II, Tingkat Lanjutan I, Tingkat Lanjutan II dan Tingkat Manajerial, sesuai dengan sifat keterampilan dan tingkat kompleksitasnya.

2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit

Lingkungan bisnis yang berkembang dengan cepat menyulitkan internal auditor untuk senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir. Di samping mengadakan pelatihan Qualified Internal Auditor (QIA), YPIA juga mengadakan pelatihan-pelatihan tambahan berupa lokakarya dan seminar internal audit. Tujuan utama dari lokakarya dan seminar ini adalah untuk membantu para internal auditor


(32)

menghadapi tantangan tersebut, dengan mengkomunikasikan inovasi dan perkembangan terbaru dalam konsep maupun teknik internal auditing.

Tujuan lain dari lokakarya adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih spesifik dan praktis. Jika dalam program sertifikasi tekanannya adalah pada pengetahuan dasar, lokakarya memberikan keterampilan dan contoh kongkrit mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu (how to skill), misalnya menulis laporan yang efektif atau membuat Kertas Kerja Audit (KKA).

Dengan kedua tujuan tersebut di atas (perkembangan mutakhir dan keterampilan praktis), maka lokakarya dan seminar sangat bermanfaat baik bagi pemula di bidang internal auditing maupun bagi para profesional, sebagaimana pada QIA sebagai sarana untuk mendapatkan continuing professional education (CPE).

Lokakarya yang diselenggarakan YPIA antara lain; a. Internal Audit Skill, meliputi:

1) Implementasi Internal Control (COSO-Based)

Konsep pengendalian intern mutakhir menawarkan alternatif cara pandang dan mekanisme sistem pengendalian yang tidak hanya adaptif dan akomodatif akan tetapi juga memberikan stimulasi bagi berkembangnya inisiatif dan kreatifitas pegawai dan manajemen perusahaan.

Dengan konsep pengendalian intern yang mutakhir ini auditor internal diharapkan dapat lebih meningkatkan peran konsultatif sebagai pelayanan terhadap kepentingan perusahaan.


(33)

Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:

a) Memahami konsep pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan manajemen dan pegawai untuk mengembangkan inisiatif dan kreatifitas dalam bekerja.

2) Risk Based Internal Audit

Tanpa kesediaan menerima risiko, manajer tidak dapat mencapai tujuan apapun. Kunci sukses seorang manajer terletak pada kemampuannya dalam mengelola risiko. Lokakarya ini didesain untuk membantu auditor dan para manajer dalam mengimplementasikan proses risk assessment guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas.

Pemahaman atas risk assessment akan meningkatkan kualitas pelayanan auditor internal melalui apresiasi yang lebih baik terhadap risiko operasi manajemen dan alokasi sumberdaya audit yang lebih terfokus sesuai dengan prioritas risiko yang dihadapi. Auditor dan manajer diharapkan dapat mengembangkan cara-cara proaktif dalam mengantisipasi risiko yang dapat mengganggu pencapaian tujuan organisasi.

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat: a) Memahami pengelolaan risiko dalam proses manajemen.

b) Menguasai hubungan antara internal control, risk assessment dan pencapaian tujuan organisasi.

c) Menggunakan berbagai pendekatan identifikasi risiko. d) Melakukan micro and macro assessment.


(34)

e) Menentukan pengukuran dan prioritas risiko. f) Menerapkan risk assessment dalam proses audit.

g) Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan formulir dan matrik guna membantu risk assessment.

3) Fraud Auditing

Tindakan kecurangan (fraud) berdampak banyak merugikan perusahaan baik dalam bentuk kehilangan harta perusahaan maupun pengrusakan terhadap sistem dan budaya kerja perusahaan. Fraud biasanya tumbuh subur pada perusahaan-perusahaan yang sarat dengan praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Efektivitas auditor internal dalam mencegah, mendeteksi dan mengoreksi fraud di lingkungan perusahaan mempunyai peran sentral dalam upaya mengikis praktek KKN dan membuat auditor internal menjadi lebih relevan dengan tuntutan era reformasi.

Tujuan dari pelatihan ini adalah:

a) Menjadikan peserta sebagai seorang auditor internal yang peka terhadap berbagai kemungkinan terjadinya fraud.

b) Mampu merekonstruksi skenario fraud. c) Mampu mendeteksi fraud.

d) Mampu memberikan rekomendasi menegenai pencegahan dan penanggulangan fraud.


(35)

4) Manajemen Fungsi Audit Internal

Dalam lingkungan yang senantiasa berubah, rotasi jabatan dalam organisasi merupakan suatu keharusan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengurangi sebagian besar masalah yang akan dihadapi pegawai yang akan menjadi pimpinan Sistem Pengawasan Intern (SPI).

Lokakarya ini disusun untuk membekali para calon pimpinan Satuan Auditor Internal (SAI) dengan overview atas konsep, metode dan teknik audit intern yang terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk memberikan pemahaman atas berbagai masalah manajerial dalam mengelola satuan audit internal.

5) Menulis Laporan Audit Internal yang Efektif

Manajemen membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai satuan audit internal. Laporan audit adalah satu-satunya balas jasa satuan audit internal atas dana tersebut. Akan tetapi laporan audit konvensional pada umumnya hanya sekedar menyajikan temuan-temuan, tidak menunjukkan prioritas masalah dan tidak mendorong manajemen untuk membuat respon.

Dalam situasi information overload, laporan yang demikian tidak dapat berkompetensi dengan laporan atau bacaan lainnya dalam mendapatkan waktu dan perhatian manajemen yang terbatas. Kerja keras satuan audit internal dalam melakukan pengujian dan mengembangkan temuan menjadi sia-sia hanya karena penulisan laporan yang tidak profesional.


(36)

Lokakarya ini didesain untuk mengatasi masalah tersebut di atas dan untuk membekali para auditor internal agar mampu menyusun laporan yang bermanfaat bagi satuan audit internal maupun manajemen.

Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu: a) Mengenali opportunity yang dapat diharapkan dari laporan. b) Memahami kebiasaan jelek yang menghambat penulisan laporan.

c) Menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan waktu penulisan laporan audit.

d) Menyusun laporan yang layak dibaca oleh manajemen yang sibuk. e) Menyusun laporan yang dapat mendorong tindakan atau perubahan. f) Menyusun laporan dengan style dan format yang profesional. g) Menyiapkan presentasi yang efektif pada manajer dan dewan audit.

6) Psikologi dan Komunikasi Audit

Dengan semakin berkembangnya peran auditor internal, perlu adanya hubungan yang harmonis antara auditor dengan auditee. Bahwa sudah saatnya bagi auditor untuk mengubah tingkah lakunya dari yang bersikap represif menjadi lebih persuasif. Begitu pula bagi auditee, perlu mengembangkan wawasannya terhadap peranan fungsi pengawasan ini, dari yang semula bersikap defensif menjadi sikap yang lebih partisipasif.


(37)

Lokakarya ini didesain agar auditor dan auditee mampu untuk secara psikologis memahami keberadaan masing-masing dan menciptakan komunikasi yang harmonis di dalam organisasi

Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan akan mampu: a) Bagi auditee untuk memperbaiki persepsi yang keliru mengenai auditor. b) Memanfaatkan peluang bagi auditor dalam peningkatan hubungan yang

lebih harmonis dengan auditee.

c) Bagi auditor, untuk meninggalkan kebiasaaan buruk kepada auditee. d) Memahami secara psikologis keberadaan masing-masing (auditor dan

auditee) dan manfaatnya untuk pencapaiaan tujuan organisasi.

7) Proses dan Teknik Audit Internal

Lokakarya ini dimaksudkan untuk membekali pada auditor pemula dengan berbagai konsep, metode dan teknik audit internal terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memonitor sistem kontrol intern.

Setelah mengikuti lokakarya ini para peserta diharapkan dapat: a) Menentukan fokus dan bagaimana cara mengaudit.

b) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi serta perbaikan yang diperlukan.

c) Memahami model audit dan empat tahap dalam audit.


(38)

mengevaluasi kontrol intern.

e) Mengidentifikasi elemen pengendalian yang efisien dan efektif. f) Merumuskan tujuan dan lingkup audit.

g) Mengembangkan temuan-temuan.

Materi lokakarya disampaikan secara sederhana sehingga mudah dipahami. Pada topik-topik tertentu diadakan exercise dan studi kasus agar materi yang dibahas dapat dipahami secara lebih mendalam. Peserta didorong untuk mendiskusikan problema yang dihadapi di organisasi dan mencari alternatif penyelesaiannya. Pada akhir lokakarya, dengan bimbingan instruktur, peserta diharuskan membuat action plan agar materi yang diperoleh selama kursus dapat memberikan sumbangsih yang maksimum terhadap unit organisasinya.

8) Managing Conflict untuk Internal Auditor

Pelaksanaan tugas audit bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Seorang auditor dituntut bukan saja memiliki keahlian di bidang audit melainkan juga keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (auditee). Hal ini karena sebagian besar waktu audit adalah berkomunikasi dengan auditee.

Hambatan utama dalam berkomunikasi adalah seringkali terjadi kesalahpahaman antara apa yang ingin disampaikan dengan informasi yang diterima sehingga pokok permasalahan yang ingin disampaikan menjadi tidak jelas. Dalam situasi demikian, bukan tidak mungkin timbul konflik


(39)

antara auditor dan auditee. Konflik yang berkepanjangan tidak hanya mengakibatkan audit tidak mencapai sasaran, melainkan juga akan menimbulkan hubungan tidak harmonis antara auditor dan auditee atau bahkan mengakibatkan timbulnya permusuhan antara auditor dengan auditee, dan pada akhirnya akan merugikan organisasi secara keseluruhan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengajak peserta mengenal apa

konflik itu sebenarnya dan apa yang menjadi penyebab, serta konsekuensi yang ditimbulkan. Lokakarya ini juga didesain untuk memberikan pemahaman yang lebih baik lagi mengenai konflik, khususnya yang terjadi antara auditor dan auditee. Termasuk didalamnya adalah pembahasan mengenai konflik yang memang sudah terjadi dan mencegah potensi konflik yang mungkin dapat timbul.

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan:

a) Mampu mengenali konflik auditor dan auditee dalam hubungannya dengan penugasan auditor.

b) Mampu memahami dengan baik apa yang menjadi sumber penyebab dari konflik yang terjadi.

c) Dapat melakukan tindakan preventif mencegah kemungkinan terjadinya konflik auditor dan auditee.

d) Memiliki keetrampilan menghadapi konflik yang harus terjadi dan mampu untuk menanganinya dengan berhasil.

e) Menerapkan teknik yang dapat dipakai untuk mencegah konflik dan membatasi konsekuensi jika konflik pada akhirnya harus terjadi.


(40)

f) Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam organisasi sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik.

g) Mampu mengenali diri sendiri dan memahami orang lain sehingga membantu untuk mencegah konflik yang dapat terjadi.

9) Implementasi Praktis Audit Operasional

Lokakarya ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan kepada para peserta di Satuan Pengawasan Intern (SPI), yaitu agar dapat memahami dengan baik konsep dasar mengenai audit internal dan bagaimana audit operasional dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Disamping itu, dengan pelatihan ini diharapkan para auditor mampu memberikan kontribusi yang berarti untuk pencapaian tujuan orgainisasi secara keseluruhan. Melalui pelatihan audit operasional ini para peserta juga akan diajak untuk mengenal bagaimana peran terkini dan paradigma baru SPI sebagai mitra manajemen.

Untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelaksanaan audit operasional, para peserta akan dipacu untuk mengembangkan suatu diskusi mengenai bagaimana proses dan teknik pengujian operasional dapat dilaksanakan dengan efektif, termasuk masalah dokumentasi hasil pengujian dan arti penting dari pelaporan audit operasional serta monitoring tindak lanjutnya. Peserta juga akan dikenalkan mengenai pendekatan audit yang terkini, yaitu pendekatan audit berbasis risiko.


(41)

Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:

a) Memberikan pemahaman yang memadai mengenai kedudukan dan arti penting unit SPI dalam meningkatkan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

b) Meningkatkan komunikasi yang efektif antara unit SPI dengan unit-unit kerja operasional yang ada di lingkungan organisasi.

c) Memberikan pemahaman yang baik atas pelaksanaan penugasan audit operasional yang efektif & efisien.

b. Best Practice, mencakup: 1) Control Self Assessment

Control Self Assessment (CSA) merupakan proses dimana manajemen melakukan self-assessment terhadap pengendalian atas kegiatan pada unit operasinya masing-masing dengan bimbingan dari auditor internal. CSA pada umumnya berupa workshop antara manajer dan karyawan suatu unit operasi dengan dipimpin oleh internal auditor.

Dalam proses ini manajemen melakukan identifikasi resiko-resiko bisnis, mengevaluasi apakah terdapat pengendalian yang dapat mengurangi resiko tersebut, dan mengembangkan action plan untuk meningkatkan pengendalian yang ada. Manfaat utama dari self assessment ini adalah untuk meningkatkan ownership of control. Dewasa ini CSA telah menjadi sarana yang andal bagi para auditor internal dan manajemen dalam mengevaluasi dan memahami proses bisnis dan efektivitas pengendalian di dalam


(42)

organisasi. Lokakarya ini didesain untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang CSA. Lokakarya ini juga mengulas berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil-hasil dari ulasan mengenai berbagai contoh dari praktik-praktik implementasi CSA.

2) Enterprise Risk Assessment

Dewasa ini, organisasi menghadapi kompleksitas dan perubahan lingkungan yang cepat. Oleh karenanya, manajemen manajemen perlu meningkatkan proses pengelolaan risiko dan pengendalian intern agar dapat: a) memanfaatkan peluang yang terbuka luas,

b) mengambil dan mengelola risiko pada tingkat yang tepat, c) memastikan adanya pengendalian yang efektif dan efisien,

d) mengelola unitnya, dan mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.

Bagi internal auditor, keterampilan manajemen risiko dapat:

a) meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya audit (personel, waktu, dan dana) sesuai dengan prioritas risiko.

b) meningkatkan sumbangan (kontribusi) internal auditor dalam menciptakan nilai tambah bagi organisasi.

Pelatihan Enterprise Risk Management ini bertujuan untuk membekali auditor dengan berbagai keterampilan, teknik dan metode untuk menyusun rencana audit, melakukan field work, mengembangkan temuan, dan


(43)

merumuskan rekomendasi dengan fokus risiko (risk management). Pelatihan ini akan membantu auditor dalam menentukan secara efektif berbagai aspek dari suatu audit, antara lain: unit yang perlu diaudit, siapa yang mengaudit, berapa lama, kapan dan bagaimana. Pelatihan Enterprise Risk Management memungkinkan auditor untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memfokuskan diri pada bidang yang menjadi prioritas dan memilih metode dan prosedur audit yang paling tepat dan efisien.

3) Implementasi Balance Scorecard untuk Fungsi Internal Audit

Perkembangan profesi menuntut perluasan peran internal audit: peran sabagai konsultan atau bahkan lebih daripada itu, yaitu peran yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas manajemen risiko atau menawarkan konsultasi dalam peningkatan proses bisnis atau penerapan best practices dalam perusahaan.

Sukses internal audit sebagai agen perubahan dan konsultan intern bagi manajemen, sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan dan memberi nilai tambah dalam organisasi. Pelatihan ini disusun untuk mempersiapkan Internal Audit menjadi lebih efektif dalam memenuhi tantangan tersebut di atas. Secara spesifik pelatihan ini memberi pemahaman mengenai perkembangan terkini mengenai profesi Internal Audit. Kemudian pemahaman metode menyelaraskan sumber daya utama (komite audit dan manajemen/auditee) dengan strategi bisnis balanced scorecard agar dapat meningkatkan kinerja internal audit.


(44)

4) Quality Assurance Fungsi Internal Audit

Manajemen modern tidak lagi membutuhkan auditor internal tradisional yang berorientasi mencari kesalahan. Mereka membutuhkan auditor internal yang mampu memberikan pelayanan dan menyumbangkan nilai tambah bagi organisasi. Audit internal masa depan harus menghasilkan kinerja yang terfokus dan mampu berkomunikasi secara reguler dan lebih baik dengan customernya.

Lokakarya ini membekali satuan audit internal dengan metode-metode untuk mengevaluasi efektifitasnya dalam melayani kebutuhan organisasi, dan mengukur profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kepada customer tersebut.

5) Audit Committee Training Course

Komite Audit merupakan salah satu pilar utama corporate governance. Komite Audit yang efektif dan corporate governance yang baik merupakan solusi yang dapat menghindarkan kita dari terulang kembalinya berbagai krisis dan kegagalan perusahaan.

Peran penting Komite Audit ini telah diakui oleh otoritas yang terkait dengan pengelolaan perusahaan. UU 19 tahun 2003 mewajibkan BUMN untuk memiliki komite audit, sedangkan SK Ketua BAPEPAM Nomor KEP-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 mewajibkan hal yang sama bagi perusahaan publik. Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut, YPIA menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya Komite


(45)

Audit. Pelatihan ini bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu instrumen dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel.

Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya Komite Audit bagi BUMN, BUMD, dan Swasta. Pelatihan komite audit bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu instrument dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel. Peserta pelatihan diharapkan dapat memahami konsep, fungsi dan peran komite audit dalam meningkatkan efektifitas struktur pengendalian kegiatan perusahaan. Peserta juga diharapkan akan memahami persyaratan-persyaratan dan kondisi yang perlu ada agar komite audit dapat berfungsi secara efektif.

6) Sarbanes Oxley - PCAOB and Internal Audit Roles

Sarbanes Oxley Act (SOA) ini mendefinisikan roles and responsibility dari para pemain kunci dalam corporate governance process. Di dalam SOA ini diatur responsibilities dari Board of Director, Audit Committee, CEO, CFO, auditor (internal dan eksternal) dan anggota manajemen lainnya yang diharapkan komitmen dan keterlibatannya yang tinggi dalam corporate governance process ini.


(46)

7) Leadership untuk Auditor Internal

Dalam setiap pekerjaan audit, ketua tim pengawas, maupun penanggung jawab audit dituntut untuk selalu melakukan koordinasi pekerjaan dengan baik agar audit bisa berlangsung sukses. Keadaan ini mengharuskan auditor agar mampu menguasai dan memimpin tim audit secara efektif.

Lokakarya ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membina kekuatan secara tim, serta meningkatkan apresiasi bagi para auditor yang terlibat dalam penugasan. Maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa profesi audit internal adalah suatu profesi yang memerlukan kecakapan dan kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk berkualitas dan kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk mengikuti pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup mengenai profesinya. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan profesi auditor internal yang diselenggarakan oleh YPIA yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu auditor internal dalam mengembangkan kemampuannya, khususnya dalam upaya mendeteksi fraud.


(47)

I. Pengertian dan Jenis-Jenis Fraud

Dalam Kamus Inggris-Indonesia (Echols dkk:2003), fraud berarti (1) penipuan, (2) seorang penipu atau gadungan (3) kecurangan, (4) penggelapan. Definisi-definisi kecurangan menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam Sulistiyowati (2003:14), antara lain:

1. Kecurangan sebagai tindak kejahatan

Hukum Kejahatan Michigan menyatakan bahwa kecurangan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan gambaran yang salah. Tidak ada peraturan yang pas dan mutlak yang dapat diletakkan sebagai suatu dalil umum dalam menjabarkan kecurangan, karena mencakup kejutan, tipuan, kelicikan dan cara-cara tidak adil yang menipu orang lain.

2. Kecurangan sebagai suatu kesalahan

Pengadilan tertinggi Amerika Serikat memberikan definisi kecurangan dalam arti sipil sebagai:

a. Terdakwa telah membuat suatu gambaran tentang fakta material. b. Gambaran tersebut salah.

c. Gambaran tersebut tidak benar-benar dipercaya oleh terdakwa, dalam dasar-dasar yang masuk akal untuk dianggap benar.

d. Gambaran itu dibuat dengan maksud bahwa hal itu harus dilakukan seperti itu.


(48)

f. Dalam mempraktikannya, pendakwa tidak mengetahui kesalahan gambaran itu dan secara beralasan percaya bahwa gambaran itu benar. 3. Kecurangan perusahaan adalah semua kecurangan yang dilakukan oleh,

untuk, atau terhadap suatu perusahaan bisnis.

4. Kecurangan manajemen adalah kesalahan pengertian tentang tingkatan prestasi unit yang disengaja yang dilakukan oleh para karyawan yang berperan dalam manajemen yang mencari keuntungan dari kecurangan tersebut dalam bentuk promosi, bonus, atau insentif ekonomi lainnya dan simbol-simbol status.

5. Kecurangan menurut orang awam adalah ketidakjujuran dalam bentuk penipuan disengaja atau salah pengertian yang disengaja tentang fakta material. Bohong adalah pemberitahuan disengaja tentang suatu ketidakbenaran, penipuan, pencapaian suatu keuntungan tidak adil atau wajar terhadap orang lain.

A Jones dan Bates (1990) dalam Sulistiyowati (2003:15) Public Sector Auditing menyatakan yang dimaksud fraud dalam Theft Act adalah penggelapan yang meliputi berbagai kecurangan, antara lain penipuan yang disengaja (intentional deceit), pemalsuan rekening (falcification of account), praktik jahat (corrupt practices), penggelapan atau pencurian (embezzlement), korupsi (corruption) dan sebagainya. Fraud terjadi dimana seseorang memperoleh kekayaan atau keuntungan keuangan melalui kecurangan atau penipuan. Kecurangan semacam ini menunjukkan adanya keinginan yang


(49)

disengaja dan tidak termasuk ketidaktahuan. Sedangkan menurut Ramsay (2000) dalam Sulitiyowati (2003), fraud merupakan kesalahan disengaja yang dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu:

1. fraudulent financial reporting, yang meliputi: manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dan laporan keuangan yang disusun, tidak menyajikan dalam atau sengaja menghilangkan kejadian, transaksi, dan infomasi penting dan laporan keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah.

2. missapropriation of assets, yang meliputi: penggelapan penerimaan kas, pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas membayar untuk barang atau jasa yang tidak diterimanya.

Beberapa aktivitas yang mendorong terjadinya kecurangan antara lain:

1. Aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran, yang meliputi: klaim terhadap keuntungan dan bantuan, pembayaran kontrak, saham dan persediaan yang bernilai, penyewaan karyawan, mobil, bonus dan pembayaran lembur, biaya tempat tinggal, penjara, pasien rumah sakit, biaya kas kecil, dana tidak resmi untuk persaudaraan atau kelompok, serta karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja.

2. Aktivitas yang berhubungan dengan pendapatan, meliputi: kas yang diperoleh dari penyewaan, parkir mobil, biaya lisensi, hadiah untuk travel, pembayaran pinjaman hipotik, pinjaman pengembangan industri, cek yang menggunakan huruf inisial, penimbunan iklan dan sebagainya.


(50)

Indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan antara lain:

1. Ketidakmampuan mengatur pertemuan dengan staf klien kunci. 2. Ketidakmampuan mencari dokumen.

3. Dokumen diubah atau di “Tipp-Ex“ atau mengubah tanda tangan yang sah. 4. Saldo dalam buku yang tidak dapat dijelaskan.

5. Keengganan karyawan untuk meninggalkan posnya. 6. Gaya hidup yang tidak masuk akal.

7. Sering mendapat kunjungan atau mengunjungi kontraktor. 8. Tidak senang jika orang lain hadir saat mengecek tugas.

9. Komputer sering “down“ saat dikunjungi oleh auditor atau saat auditor akan menggunakannya.

10.Sering mengkambinghitamkan orang lain saat diperiksa oleh auditor.

J. Pencegahan Fraud

Pencegahan fraud terdiri atas berbagai tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan yang timbul bila terjadi kecurangan, memperkecil atau membatasi kerugian yang mungkin timbul bila terjadi kecurangan. Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pencegahan yang utama adalah mengembangkan sistem pengawasan yang andal (Maryam 2007).

Statements on Internal Auditing Standards (SIAS) no.3 Detection, Investigation and Reporting Fraud menyatakan bahwa internal audit bertanggung jawab dalam mendukung pencegahan kecurangan dengan cara


(51)

menguji dan mengevaluasi kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal sesuai dengan tingkat kerugian atau resiko yang potensial dalam berbagai segmen kegiatan organisasi.

Menurut Steve Albrecht dalam Maryam (2007), fraud dapat dikurangi dan seringkali dapat dicegah dengan:

1. By create a culture of honesty, oppeness and assistance: a. hire honest people and provide fraud awareness training. b. create a positive work environtment.

c. develop a company codeof ethics.

2. By eliminating opportunities to commit fraud: a. install good internal controls.

b. monitor employees.

c. create an expectation of punishment.

Dilihat dari kerangka teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1: Terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal terhadap

kemampuan mendeteksi fraud.

H2: Terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal terhadap

kemampuan mendeteksi fraud.

H3: Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan

pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud


(52)

K. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas gambaran dari penelitian ini, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Pengalaman Kerja

(X1)

Pendidikan Profesi Auditor Internal

(X2)

Kemampuan Mendeteksi

Fraud (Y)


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh auditor internal yang mengikuti pelatihan audit internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780 (Gedung Graha Sucofindo Lantai 3). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Objek atau sampel penelitian ini adalah para peserta (auditor internal perusahaan) yang mengikuti pelatihan di YPIA pada bulan Mei tahun 2008.

B. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Convinience Sampling dan Purposive Sampling sebagai penentuan responden. Hal ini dimaksudkan agar sampel sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian (Nur Indriantoro, 2002), dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan yang akan dibagikan kepada responden dan kemudian dianalisa dengan analisa linier. Dalam mengambil jumlah sampel dari populasi, pertimbangan yang dilakukan adalah dengan kriteria sebagai berikut:


(54)

1. Para peserta yang mengikuti pelatihan audit internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780 (Gedung Graha Sucofindo Lantai 3).

2. Peserta yang mengikuti pelatihan di bulan Mei 2008.

Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi, penulis melakukan penyebaran kuesioner terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh data yang akurat. Dalam kaitannya dengan sumber data dan cara mendapatkannya, dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Variabel dependen diwakili oleh “kemampuan medeteksi fraud”. Di dalam kemampuan mendeteksi fraud ini ada dua hal yang mendasari peneliti dalam membuat pertanyaan ini, yaitu:

a) Seberapa penting para auditor memandang kecurangan (fraud) sebagai suatu kesalahan.

b) Sejauh mana pengetahuan atau wawasan para auditor dalam mencegah suatu kecurangan (fraud) itu sendiri.

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu “pengalaman kerja” dan “pendidikan profesi auditor internal”. Variabel pengalaman kerja ini akan diukur berdasarkan lama bekerja sebagai auditor paling tidak satu tahun atau lebih, dan sedang atau telah menjabat sebagai tim auditor


(55)

internal, sedangkan untuk variabel pendidikan profesi auditor internal diukur dengan didasarkan pada program pelatihan yang diadakan oleh YPIA. Variabel pendidikan profesi didasarkan atas:

a) Responden telah mengikuti pelatihan pendidikan profesi sedikitnya satu kali atau lebih dalam rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal Audit (QIA) di YPIA.

Pengukuran variabel dependen dan independen menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pertanyaan menggunakan lima skala likert.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data penelitian terdiri atas:

1. Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, kegiatan dan hasil pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian dapat dieliminir atau setidaknya dikurangi. Ada dua


(56)

metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1) metode survei dan (2) metode observasi (Nur Indriantoro 2002:147). Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode survei yaitu dengan cara penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan sumber data peneltian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

D. Operasional Variabel

Operasional variabel dari penelitian ini akan disajikan pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Independen Pengalaman Kerja (X1)

Skala

Skala Rasio, skor:

Ditentukan oleh berapa lama bekerja sebagai auditor internal (dalam bulan).


(57)

Pendidikan Profesi (X2)

Variabel Dependen Kemampuan Mendeteksi Fraud (Y)

Skala Interval (likert), skor:

Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I = skala 1

Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II = skala 2

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I = skala 3

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II = skala 4

Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial = skala 5

Skala Interval (likert) Skor:

1 = Tidak ada indikasi fraud, sampai 5 = Ada indikasi fraud

E. Metode Analisis

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah menganalisis data berdasarkan metode penelitian yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan analisis dan pengolahan data dengan melakukan tabulasi terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.


(58)

Analisa data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda (multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus, yaitu; meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual, dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada. Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah :

Y= a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ e

Keterangan:

Y = Kemampuan Mendeteksi Fraud

b1,b2, = Koefisien Regresi

X1 = Pengalaman Kerja

X2 = Pendidikan Profesi Auditor Internal (Pelatihan dalam

rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal Audit (QIA) dari YPIA)

a = Konstanta / Intersep


(59)

F. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur apa yang ingin didapatkan dalam penelitian ini. Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi

positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Kemudian uji dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk degree of reedom (df) = n-2. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka suatu instrumen dapat dinyatakan valid dan sebaliknya apabila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban


(60)

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien kehandalan atau alpha: <0,6 tidak reliabel, 0,6-0,7 acceptable, 0,7-0,8 baik, dan >o,8 sangat baik.

G. Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Pada dasarnya merupakan ekstensi dari model regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu pengukuran linier.

Riset dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dengan meminta izin dan membuat janji terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi kantor tempat penelitian dan bertemu langsung dengan objek penelitian dalam hal ini para auditor internal perusahaan yang sedang mengikuti pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).


(61)

1. Uji Asumsi Klasik a Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Imam Ghozali, 2005:91).

b Uji Normalitas

Uji normalitas menguji suatu model regresi yaitu variabel dependen, variabel independen maupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat menggunakan analisa grafik dengan melihat grafik normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual.


(62)

Deteksinya dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut adalah: 1). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud melalui analisis regresi berganda. Terdapat tiga macam pengujian dalam analisis regresi berganda, yaitu:

a Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel


(63)

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji signifikansi t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Salah satu cara untuk melakukan uji t adalah dengan melihat nilai Sig. pada tabel statistik t. Apabila nilai Sig. di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Untuk itu dapat dilakukan uji hipotesis pada masing-masing variabel independen, yaitu:

1. Untuk menguji hipotesis pertama

Ho1: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pangalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Ha1: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pangalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.


(64)

Kriteria pengujian: = 0,05

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

2. Untuk menguji hipotesis kedua

Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Ha2: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian: = 0,05

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

c Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai Sig. pada tabel statistik F digunakan dalam pengujian untuk mengetahui apakah variasi nilai


(65)

variabel independen (Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal) secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi nilai variabel dependen (Kemampuan Mendeteksi Fraud). Apabila nilai Sig. di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho3: Secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud. Ha3: Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian: = 0,05

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak


(1)

KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

2. Usia : ……. Tahun

3. Jabatan di Internal Audit : ( ) Supervisor ( ) Auditor Senior

Perusahaan ( ) Auditor Junior

4. Pendidikan Terakhir : ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3 ( ) lainnya

5. Pelatihan yang pernah ditempuh untuk mendapatkan sertifikat Qualified

Internal Audit (QIA) di YPIA : Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I

( )

Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II ( )

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I ( )

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II ( )

Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial ( )

6. Pelatihan lain yang menunjang dalam profesi auditor internal (sebutkan):

...


(2)

II. Kuesioner Mengenai Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (fraud)

Petunjuk Pengisian:

Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk memberikan pendapat mengenai adanya indikasi kecurangan (fraud) terhadap kasus-kasus di bawah ini. Berikan tanda check list ( ) pada skala pengukuran yang sesuai dengan pendapat anda. Angka 1 berarti tidak adanya indikasi fraud dan semakin mendekati angka 5 berarti ditemukan adanya indikasi fraud.

1. PT. Taman Kota, sebuah perusahaan distributor buku-buku agama, mempunyai 4 orang staf administrasi yang tersebar di 4 cabang di kota Bandung. Perusahaan mempunyai prosedur kas kecil (petty cash) untuk masing-masing staf administrasinya di cabang dengan mencadangkan nominal sebesar Rp. 2.000.000 setiap bulannya. Dalam hal ini 4 staf tersebut diberi wewenang untuk mempergunakan kas kecil tersebut dalam transaksi harian. Sebagai pertanggungjawaban staf berkewajiban untuk menunjukkan bukti pemakaian kas kecil (misal: nota foto kopi, nota pembelian alat tulis) pada akhir bulan.

Menurut saya Skala Pengukuran


(3)

2. PT. Rumah Manis adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil. Dalam pelaksanaan operasinya perusahaan mencadangkan sejumlah dana untuk biaya pemeliharaan mesin. Perusahaan mempercayakan penuh hal ini kepada seorang staf ahli mesinnya. Perusahaan melalui staf keuangan tinggal mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pemeliharaan mesin sesuai dengan instruksi sang staf ahli mesin. Selama ini perusahaan merasa terbantu akan keberadaan staf tersebut.

Menurut saya

3. Dalam prosedur penerimaan karyawan PT. Taman Surga, dewan direksi memberi wewenang penuh kepada manajer pengembangan sumber daya perusahaan (HRD) untuk menyeleksi penerimaan karyawan baru. Dewan direksi sangat mempercayai kinerjanya selama ini, karena para pekerja baru yang masuk dirasa sangat cakap dan dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan. Dewan direksi merasa manajer HRD-lah yang lebih paham tentang kebutuhan karyawan bagi perusahaan karena sehari-harinya berada di lapangan.

Menurut saya

Skala Pengukuran

Tidak ada indikasi fraud 1 2 3 4 5 Ada indikasi fraud

Skala Pengukuran


(4)

4. PT. Kesehatan adalah sebuah apotik berskala besar yang menjual obat-obat kesehatan. Karena perputaran transaksi obat yang cepat, perusahaan menyimpan persediaan obat yang di kirim distributor di gudang. Perusahaan sangat mengutamakan efisiensi, diantaranya dengan menjadikan 2 dari 5 apotekernya merangkap sebagai pengontrol persediaan obat di gudang. Prosedur pembelian, pelunasan dan pemusnahan obat-obat kadaluwarsa menjadi wewenang 2 apotekernya tersebut. Pimpinan perusahaan merasakan efisiensi ini sangat tepat untuk keberlangsungan apotiknya.

Menurut saya

5. PT. Rumah Damai mempunyai seorang karyawan yang bertugas sebagai penerima dan pencatat piutang pelanggan yang bernama Hate, SE. Ia merupakan karyawan yang kompeten sehingga mampu untuk menangani berbagai masalah dengan pelanggan dan sebagainya. Tugasnya adalah menerima setoran dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan kas. Di samping itu ia juga dipercaya untuk mengotorisasi dan menghapuskan puitang tak tertagih pelanggan. Pemimipin perusahaan sangat senang dengan sistem ini, karena alasan efisiensi.

Menurut saya

Skala Pengukuran

Tidak ada indikasi fraud 1 2 3 4 5 Ada indikasi fraud

Skala Pengukuran


(5)

6. PT. Langit Cerah yang terdiri dari induk-cabang adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi pengangkutan hasil laut. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perusahaan mempunyai prosedur yang menganggarkan sejumlah dana untuk meremajakan kendaraan-kendaraan angkut yang telah digunakan dalam jangka waktu periode tertentu. Selama ini kantor pusat mempercayakan hal ini kepada pimpinan cabang yang ada di pantai Pangandaran, karena sangat mengetahui kondisi langsung di lapangan. Selama ini pelanggan merasa puas dengan pelayanan jasa angkut PT. yang dikenal profesional dan tepat waktu.

Menurut saya

7. PT. Semangat Hidup adalah perusahaan furnitur yang masih berskala menengah. Perusahaan tersebut mempunyai seorang staf administrasi yang diberi wewenang untuk memberikan diskon kepada pembeli. Dia juga merangkap sebagai staf penawar harga dan penerima kas. Pada saat penjualan kredit, di dalam formulir penjualan tidak dicantumkan diskon penjualan, tanggal jatuh tempo dan denda.

Menurut saya

Skala Pengukuran

Tidak ada indikasi fraud 1 2 3 4 5 Ada indikasi fraud

Skala Pengukuran


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud (studi empiris pada Perusahaan di Jakarta)

2 18 132

Analisis Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan

4 23 92

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, ETIKA PROFESI DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR DAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (Studi Empiris pada KAP di Yogyakarta, Solo dan Semarang)

7 48 21

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, PENGETAHUAN MENDETEKSI KEKELIRUAN, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP Pengaruh Profesionalisme Auditor, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materilaitas (Studi Kasus Pada Auditor In

0 3 18

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PERILAKU AUDITOR PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AU

0 0 12

TAP.COM - PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGAN KERJA TERHADAP ... 213 438 1 PB

1 1 9

DETERMINASI TINGKAT MATERIALITAS DENGAN PENGALAMAN AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KEMAMPUAN MENDETEKSI DAN ETIKA PROFESI

0 0 13

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU DAN BEBAN KERJA TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

0 1 16

PENGARUH PROFESIONALISME, PENGETAHUAN DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN, PENGALAMAN KERJA, ETIKA PROFESI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS - Unika Repository

0 0 16

Pengaruh Pengalaman Kerja, Gender, Jenjang Jabatan, Kesadaran Etis, dan Independensi terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud)

0 2 15