Auditor Judgment Analisis pengaruh auditor judgment dan resiko audit terhadap audit sampling

karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel Guy, 1981. Banyak situasi yang membuat judgment sampling lebih sesuai daripada sampling statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang berguna untuk sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan, tergantung dari keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial dibandingkan dengan judgment sampling serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat dalam pengauditan Surya Raharja, 2005.

B. Auditor Judgment

1. Definisi Auditor Judgment Menurut Hogarth 1992 dalam Jamilah dkk 2007 mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya, pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan : a. Teknik manual b. Referensi yang lebih detail c. Teknik keahlian Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya Gibbin, 1984 dalam Jamilah dkk, 2007. Dalam sampling non statistik, auditor memilih sampel dan mengevaluasi hasil audit berdasarkan auditor judgment Ponemon dan Wendell, 1995 dalam Huakanala dan Shinneke, 2004, jika auditor memahami secara mendalam tujuan pengujian dan memiliki dengan baik pengetahuan mengenai karakteristik populasi yang diperiksanya. Penggunaan sampling non statistik dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan. Karena penggunaan metode sampling non statistik sangat mengandalkan pada auditor judgment, dalam hal ini auditor harus memiliki dasar fundamental dalam menetapkan judgment Huanakala dan Shinneke, 2004. 2. Faktor-faktor Fundamental Auditor Judgment a. Pengalaman Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan komponen audit expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital yang dapat mempengaruhi judgment yang kompleks. Penelitian menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas atau auditor judgment dalam berbagai tingkat pengalaman. Mereka menemukan bahwa pertimbangan auditor tidak pengalaman mempunyai tingkat populasi kesalahan yang signifikan lebih besar di bandingkan auditor berpengalaman Abdol Mohammadi dan Wring 1987; Butt 1988 dalam Huakanala dan Shinneke, 2004 Tubbs 1992 dalam Huakanala dan Shinneke 2004. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman maka : 1 Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan 2 Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit mengenai kekeliruan. 3 Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim. 4 Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan seperti department tempat terjadi kekeliruan dan pelanggaran tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Kemudian Davis 1996 dalam Djaddang dan Parnomo 2002 menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Dengan demikian, konsep kekeliruan oleh auditor yang berpengalaman kemungkinan besar menjadi lebih pasti dan kemampuan untuk menentukan apakah kekeliruan-kekeliruan tertentu terjadi dalam siklus tertentu kemungkinan besar meningkat sejalan dengan peningkatan pengalaman. Seperti yang tertulis diatas bahwa pengalaman merupakan komponen penting dalam tugas audit, maka tidak mengherankan bila cara auditor pemula dan auditor berpengalaman akan berbeda dalam menanggapi informasi yang akan digunakan dalam pertimbangan atau untuk analisis judgment -nya. Auditor junior, karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sedikit tanpa disadari akan cenderung terfokus pada informasi yang negatif daripada informasi yang positif. Dalam melakukan tugas pemeriksaan auditor pemula akan merasa lebih was-was kalau-kalau nantinya dia akan membuat suatu judgment yang salah Djaddang dan Parnomo, 2002 Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian dan penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang lebih baik Herliansyah, 2006. Marinur Wray 1997 dalam Herliansyah 2006 menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas job Selanjutnya Jeffrey dalam Herliansyah 2006 memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa- peristiwa. Menurut Butts dalam Herliansyah 2006 mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. b. Pengetahuan Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun yang khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien. Juga harus mengetahui karakteristik klien yang akan diauditnya karena masing- masing perusahaan berbeda – beda. Pengetahuan khusus tentang suatu industri akan membawa dampak positif terhadap hasil kerja auditor. Djaddang dan Parmono, 2002 Komponen pengetahuan knowledge component , merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman. Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan Kanfer dan Ackerman, 1989 dalam Djaddang dan Parmono, 2002 Menurut Brown dan Stanner 1983 dalam Mardisar dan Sari 2007, perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan deviasi antara kebijakan – kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah distandarkan Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi Tubbs, 1992. Secara umum seorang auditor harus memiliki pengetahuan–pengetahuan mengenai general auditing, fungsional area, komputer auditing, accounting issue, specific industri, general world knowledge pengetahuan umum, dan problem solving knowledge Bedard dan Michelene, 1993 dalam Mardisar dan Sari, 2007 Selanjutnya Spilker 1995 dalam Mardisar dan Sari 2007 mengungkapkan bahwa karakteristik sebuah pekerjaan seperti tingkat kerumitan dan jumlah informasi yang disajikan tersedia mempengaruhi hubungan pengetahuan, akuntabilitas dan kualitas hasil kerja. Pada pekerjaan yang lebih sederhana faktor usaha dapat menggantikan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang bersifat substitusi dan pengetahuan memiliki hubungan yang positif terhadap kualitas hasil kerja c. Kompleksitas tugas Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang komplek, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri. Wood, 1986. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit Sanusi dan Iskan, 2007 dalam Engko dan Gudono, 2008 Kompleksitas tugas didefinisikan sebagai tugas yang komplek, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor yunior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi Engko dan Gudono, 2008 Dalam menghadapi ketidakpastian, auditor dituntut untuk bisa membuat dan mengevaluasi judgment. Untuk bisa beradaptasi dan membuat suatu asumsi atas suatu kondisi yang tidak pasti dibutuhkan pengetahuan yang luas serta pengalaman dari auditor yang bersangkutan Bonner, 1994 dalam Huanakala dan Shinneke, 2004. Bonner 1994 dalam Jamilah dkk 2007 mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan 1 Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. 2 Saran dan teknik pembuat keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. 3 Pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Selanjutnya Tan dan Kao 1999 dalam Huakanala dan Shinneke 2004, menyimpulkan bahwa pengetahuan, kemampuan memecahkan masalah dengan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap auditor performance . Selain itu kompleksitas tugas yang dihadapi oleh auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Sedangkan penelitian lanjutan oleh Tan dan Kao 2002, menemukan bukti bahwa kompleksitas, akuntabilitas, dan pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap auditor judgment.

C. Risiko Audit