Analisis Komparatif Tentang Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Plan Judgment

(1)

ANALISIS KOMPARATIF TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT PLAN JUDGMENT (Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia)

SKRIPSI

Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Seren Saras Koekerits NIM: 1112082000042

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

ANALISIS KOMPARATIF TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT PLAN JUDGMENT (Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia)

SKRIPSI

Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Seren Saras Koekerits NIM: 1112082000042

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

ANALISIS KOMPARATIF TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT PLAN JUDGMENT (Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia)

SKRIPSI

Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Seren Saras Koekerits NIM. 1112082000042

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

iii


(5)

iv


(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Seren Saras Koekerits NIM : 1112082000042 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Seren Saras Koekerits

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Agustus 1994

3. Alamat : Jln. Alvania Raya No.1, Komp.

Pertamina, Kel. Pondok Ranji, Kec. Ciputat-Timur, Kab. Tangerang-Selatan, Prov. Banten

4. Telepon : 085710514663

5. E-mail : renkoeker@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Strada Bhakti Utama Tahun 2000-2006

2. SMP Negeri 177 Jakarta Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 90 Jakarta Tahun 2009-2012

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

1. Humas Basket SMAN 90 Jakarta Tahun 2009-2012 2. Sekretaris II Ninety Cup 13 Tahun 2010 3. Anggota Galaksi (Gebyar Lomba Akuntansi) Tahun 2014

IV. PENGALAMAN MAGANG


(8)

vii

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Pengenalan BPK

2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 2012 3. Sekolah Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Eduard Jacob Koekerits

2. Ibu : Raden Nita Setiawati


(9)

viii

Comparative Analysis about Factors Affecting Audit Plan Judgment (Empirical Studi at The Audit Board of Republic of Indonesia)

By: Seren Saras Koekerits

ABSTRACT

This study is to get empirical evidence about the comparative factors that affects audit plan judgment in The Audit Board of The Republic of Indonesia, with the variables tested were auditors’ information system expertise and computer assurance specialist competence.

A total of 164 auditors participated to be sampled in this study. The statistical method used to test the hypothesis are Independent t-test to compare between the groups sample, and two ways analysis of variance to test the moderating effects. The results of this study finds that there is a positive effect and significant difference of audit plan judgment means between auditor information systems expertise groups. Whereas there is a negative effect but no significant difference of audit plan judgment means between computer assurance specialist competence groups. The results also finds that auditors’ information system expertise moderated the effects of computer assurance specialist competence to audit plan judgment.

Keywords: audit plan judgment, auditor information system expertise, computer assurance specialist competence, budgeted audit hours.


(10)

ix

Analisis Komparatif tentang Fator-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Plan Judgment

(Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia)

Oleh: Seren Saras Koekerits

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai komparasi atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit plan judgement pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, dengan variabel-variabel yang diuji adalah keahlian auditor atas sistem informasi dan kompetensi computer assurance specialist.

Sebanyak 164 auditor berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian ini. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji beda Independent t-test untuk membandingkan antara kelompok sampel, dan two ways analysis of variance untuk menguji pengaruh moderasi. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan perbedaan yang signifikan atas rata-rata audit plan judgment diantara kelompok keahlian auditor atas sistem informasi. Sedangkan terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan pada perbedaan rata-rata kelompok kompetensi computer assurance specialist. Hasil peneletian ini juga menemukan keahlian auditor atas sistem informasi dapat memoderasi pengaruh kompetensi computer assurance specialist terhadap audit plan judgment.

Kata Kunci: audit plan judgment, keahlian auditor atas sistem informasi, kompetensi computer assurance specialist, budgeted audit hours.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kemudahan dan kelancaran selalu penulis rasakan, serta sholawat yang senantiasa penulis junjung kepada Rasullah SAW, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang dialami penulis sehingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Mama dan Papa tersayang, terimakasih atas segala dukungan, doa dan kasih sayang yang tidak pernah putus sampai saat ini sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

2. Enjel dan Naiya, adik-adik yang setia menemani, dan Kak Riko, terimakasih atas segala dukungannya kepada penulis, sebagai penghibur yang setia setiap saat.

3. Keluarga besar Koekerits dan Wangsadilaga, terimakasih atas doa dan dukungannya.

4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC, MA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE, M.Si., Ak selaku ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan


(12)

xi

pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.

8. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas segala bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, saran, dan waktu yang selalu Ibu luangkan selama proses penulisan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya dan karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

10. Hery Septianto, SE., yang tidak lelah menemani, terima kasih atas semua bantuan yang diberikan.

11. Keluarga AKUNTANSI B 2012 Ajay, Dara, Dina, Dita, Dwi, Fai, Fadil, Farid, Fitri, Galih, Ilman, Ida, Jian, Kia, Latul, Mayeda, Nisa, Rita, Randi, Revan, Vivi, Yudhi, terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis, terutama untuk “KITA” terimakasih semangat yang tidak pernah berhenti dari kalian.

12. Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat, dan terima kasih penulis atas masukan dan bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan maish jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 19 September 2016


(13)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Tinjauan Literatur... 17

1. Teori Behavioral Accounting Research (BAR) ...17

2. Perencanaan Audit ...19


(14)

xiii

4. Sistem Informasi ...25

5. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) ...27

6. Enterprise Resource Planning (ERP) ...28

7. General Audit dalam Kompleksitas Sistem Informasi ...29

8. Keahlian Sistem Informasi Auditor ...31

9. Computer Assurance Specialist ...35

B. Penelitian Terdahulu ... 38

C. Kerangka Penelitian ... 50

D. Pengembangan Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 55

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 55

B. Metode Penentuan Sampel ... 55

C. Metode Pengumpulan Data ... 56

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 57

1. Audit Plan Judgment ...57

2. Keahlian Sistem Informasi Auditor ...57

3. Kompetensi Computer Assurance Specialist ...58

E. Metode Analisis Data ... 61

1. Statistik Deskriptif ...61


(15)

xiv

a. Reliabilitas ...61

b. Uji Validitas ...62

3. Uji Asumsi ANOVA ...62

4. Uji Hipotesis ...63

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

1. Tempat dan Waktu Penelitian ...68

2. Karakteristik Profil Responden ...69

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 71

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...71

2. Hasil Uji Kualitas Data ...75

3. Hasil Uji Asumsi ...77

4. Hasil Uji Hipotesis ...82

C. Pembahasan ... 88

1. Keahlian Auditor atas Sistem Informasi dan Audit Plan Judgment ... 88

2. Kompetensi Computer Assurance Specialist dan Audit Plan Judgment ... 91

3. Keahlian Auditor atas Sistem Informasi memoderasi Kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap Audit Plan Judgment ... 94


(16)

xv

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

C. Implikasi ... 98


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Besar Isu Internal Auditor dalam Perusahaan Teknologi di 2015 . 5 Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Mengenai Keahlian SI Auditor (X1), Kompetensi Computer Assurance Specialist (X2), dan Judgment Perencanaan

Audit (Y) ... 38

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya Mengenai Keahlian SI Auditor (X1), Kompetensi Computer Assurance Specialist (X2), dan Judgment Perencanaan Audit (Y) – Asing ... 40

Tabel 3.1 Ringkasan Operasionalisasi Variabel Penelitian... 60

Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ... 69

Tabel 4. 2 Deskripsi Responden ... 69

Tabel 4. 3 Kelompok Variabel Independen ... 72

Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Independen ... 72

Tabel 4. 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Dependen ... 74

Tabel 4. 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 75

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Keahlian Auditor atas Sistem Informasi ... 76

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kompetensi Computer Assurance Specialist .. 77

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Audit Plan Judgment ... 77

Tabel 4.10 Hasil Uji Levene Test ... 78

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 79

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 80


(18)

xvii

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Variabel Keahlian Auditor atas Sistem Informasi ... 83 Tabel 4.15 Hasil Uji Independen t-test Keahlian Auditor atas Sistem Informasi ... 84 Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Deskriptif Kompetensi Computer Assurance Specialist ... 85 Tabel 4.17 Hasil Uji Independen t-test Kompetensi Computer Assurance Specialist ... 86 Tabel 4.18 Hasil Uji ANOVA Keahlian atas Sistem Informasi Memoderasi Kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap Audit Plan Judgment ... 86


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Penelitian ... 50 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 81 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 82 Gambar 4.3 Interaksi Keahlian Auditor atas Sistem Informasi dan Kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap Audit Plan Judgment ... 87


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 107

Lampiran 2 Surat Keterangan dari Kementerian ... 109

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 111

Lampiran 4 Jawaban Responden... 119


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis saat ini menjadi kompleks dan membuat perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem yang memanfaatkan teknologi informasi untuk mengintegrasikan keseluruhan sistem yang dimiliki. Banyak perusahaan berusaha untuk mengadopsi teknologi informasi yang terbaru untuk mempermudah dalam memperoleh informasi secara real time (Sudirman, 2010). Pada perusahaan besar seperti Matahari, Hero Supermarket dan Carrefour tentu tidak mungkin mengerjakan pembukuan secara manual. Perusahaan-perusahaan tersebut mengolah data dari setiap transaksi menjadi laporan-laporan, yaitu informasi yang berguna untuk mengevaluasi kegiatan perusahaan serta untuk pengambilan keputusan tertentu. Laporan tersebut dihasilkan oleh sistem informasi (conceptual system), yang dapat dipergunakan sebagai suatu feedback mechanism untuk mengevaluasi kegiatan operasi perusahaan (Gondodiyoto, 2007).

Faktor utama yang menyebabkan akuntansi manajemen harus mengalami perubahan adalah perkembangan pesat teknologi terutama teknologi informasi dan manufaktur. Perubahan tersebut berpengaruh pada proses produksi dan penyediaan informasi akuntansi manajemen yang berkaitan dengan produk. Semakin meningkatnya kemampuan komputer menyebabkan perubahan terhadap


(22)

2 akuntan manajemen dalam mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, serta melaporkan data. Industri perbankan selalu mengalami transformasi besar yang akan mengubah kegiatan perbankan. Keberadaan ATM, kartu debit, dan yang paling baru adalah internet-banking, merupakan contoh dari transformasi yang telah terjadi di industri perbankan (Suwaldiman, 2009).

Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang signifikan dalam dunia bisnis. Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing (EDP) Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System (DSS), Management Information System (MIS), dan Accounting Information System (AIS). Perkembangan teknologi informasi juga berpengaruh terhadap bidang akuntansi manajemen selaku bidang penghasil informasi dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen (Maharsi, 2000).

Teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan baik besar maupun kecil telah berubah menjadi sangat rumit dan kompleks. Pengembangan pada Teknologi Informasi (TI) telah secara signifikan merubah metode yang digunakan perusahaan untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi. Oleh karena itu, auditor menghadapi banyak lingkungan TI yang mengatur data dalam media elektronik dibandingkan data dalam media kertas (Cerullo dan Cerullo, 2003). Peningkatan kompleksitas kegiatan bisnis mengakibatkan semakin tingginya risiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Hal ini menyulitkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi kualitas


(23)

3 laporan keuangan, dimana mereka harus mengandalkan laporan auditor independen atas laporan keuangan yang diaudit untuk memastikan kualitas laporan keuangan tersebut. Namun ironisnya, pada kondisi di lapangan tidak banyak para auditor yang bisa memanfaatkan akses dari peranan teknologi informasi dalam mengaudit sistem informasi yang berbasis pada komputerisasi akuntansi baik pada saat input, proses sampai dengan output. Mengingat brainware dibidang auditor yang mengenal teknologi informasi masih relatif sedikit karena walaupun teknologi informasi sudah menjadi umum dalam dunia bisnis namun tidaklah banyak yang sesuai dapat menjawab standar keilmuan. Misalnya dalam memenuhi kebutuhan audit sistem informasi komputerisasi akuntansi dimana peluang ini masih jarang diminati para programmer yang memahami ilmu ekonomi dan akuntansi yang juga diberikan keahlian dalam bidang pemrograman komputer (Nugroho, 2009).

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. (Pradutaningrum dan Januarti, 2012). AICPA (2001) menyatakan bahwa auditor laporan keuangan dianjurkan untuk mengubah strategi audit terkait dengan perubahan yang diakibatkan oleh teknologi informasi (TI) yang digunakan klien. Menurut Rios-Figueroa dan Cardona (2013), auditor menggunakan penilaian profesional untuk mengumpulkan dan melakukan evaluasi bukti dalam menerbitkan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan.

Judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Dalam membuat suatu judgment, auditor akan mengumpulkan


(24)

4 berbagai bukti relevan dalam waktu yang berbeda dan kemudian mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut (Pradutaningrum dan Januarti, 2012). Kantor Akuntan Publik harus mempertimbangkan pengalaman serta pengetahuan yang dimiki auditor yang mempengaruhi proses penetapan keputusan dalam audit.

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk manajemen informasi pengelolaan keuangan negara di sisi eksekutif-pemerintahan (sebagai auditee) maupun di sisi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor, untuk mendapatkan informasi (elektronik) sebagai bukti audit telah memengaruhi para auditor memilih teknik auditnya. BPK sebagai auditor negara yang berwenang melaksanakan pemeriksaan (audit) atas pengelolaan keuangan negara telah menerbitkan standar auditnya, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar ini antara lain mengatur bahwa BPK dapat melaksanakan pengumpulan bukti audit dengan teknik continous auditing yang oleh BPK diaplikasikan dalam sistem aplikasi e-Audit (Darono, 2014). E-Audit adalah pengawasan melalui pusat data BPK yang menggabungkan data elektronik BPK (e-BPK) dengan data elektronik auditee atau pihak yang diperiksa oleh BPK seperti kementerian negara, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan lain-lain. Melalui sinergi data dengan pihak yang diperiksanya, nantinya BPK akan dapat melakukan perekaman, pengolahan, pertukaran, pemanfaatan dan monitoring data yang bersumber dari berbagai pihak, dalam rangka melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara. Sebagai langkah awal untuk mempermudah


(25)

5 pembentukan BPK Sinergi, BPK membuat kesepakatan bersama atau nota kesepahaman dengan pihak auditee (BPK RI, 2011).

Risiko atas kecurangan dalam praktek sistem sudah terjadi. Salah satunya adalah teknik salami dimana bagian program yang memotong sebagian kecil dari nilai transaksi yang besar dan menggumpulkan potongan-potongan ini dalam suatu periode tertentu. Praktik lainnya seperti trojan horse, data tampering, round down technique, virus, pencurian data dan sabotase dengan hacking (Romney dan Steinbart, 2006). Berikut merupakan 10 besar isu internal auditor dalam perusahaan teknologi pada tahun 2015 menurut KPMG:

Tabel 1.1 10 Besar Isu Internal Auditor dalam Perusahaan Teknologi di 2015

No. Isu Contoh Masalah

1. Cybersecurity

Konsekuensi yang mahal dari pembocoran data seperti investigasi, denda hukum, penggantian atas kehilangan pelanggan, kerusakan reputasi atas hilangnya data pelanggan, hilangnya properti intelektual dan modal serta informasi perusahaan yang penting.

2. Pengamanan kekayaan intelektual

IP (Intellectual Property) manajemen proses tidak sejalan dengan persyaratan peraturan, strategi IP tidak sejalan dengan strategi bisnis dan produk.

3. Evolusi model bisnis

Metode pengiriman produk yang berkembang dengan pesat karena evolusi lingkungan teknologi.

4. Operasi Internasional Kualitas produk harus mengikuti persyaratan peraturan pemerintah lokal


(26)

6

No. Isu Contoh Masalah

yang kompleks.

5. Manajemen vendor

Vendor yang gagal untuk mencapai kewajiban kontrak dapat menghilangkan potensi pendapatan atau meningkatkan biaya yang tidak penting.

6. Kontrak dengan pemerintah

Tingkat kompleksitas tambahan yang berasal dari kepatuhan dan pelaporan saat melakukan bisnis dengan pemerintah.

7.

Implementasi sistem dan

upgrades: transisi menuju cloud system

Implementasi sistem cloud tidak dapat memberikan manfaat yang seharusnya, pengawasan berkelanjutan atas risiko cloud dan implementasi arus data, mengatur karyawan yang anti-perubahan.

8. Merger,akuisisi, dan pelepasan

Mengatur merger, akuisisi dan pelepasan mengarah pada usaha yang lebih untuk mengatur proyek yang memakan banyak waktu karena kompleksitasnya

9. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan

Dengan standar baru yang diterbitkan IASB, perlu adanya revisi sistem untuk menyesuaikan dengan perubahan risiko, dan persyaratan pengungkapan agar pengguna L.K lebih mengerti tentang pendapatan tidak pasti dan arus kas yang didapat dari kontrak dengan pelanggan.

10.

Penggunaan data analistik dan pemantauan berkelanjutan di Internal Audit

Dapat meningkatkan efisiensi proses audit secara keseluruhan serta memantau adanya potensi fraud dengan deteksi awal.


(27)

7 Kasus data leaking yang dipublikasikan oleh U.S Department of Justice adalah kasus penyusupan tidak terotorisasi atas perusahaan investasi yang dilakukan John Doe pada sistem komputer perusahaan investasi finansial D.A. Davidson. Atas kejadian ini D.A Davidson terancam nama baiknya karena dari sistem komputer perusahaan mereka terdapat informasi personal dan informasi akun finansial dari ribuan pelanggan yang dicuri (Cotter, 2015). Selain itu kasus penyerangan (cyber attack) pada PayPal (akibat pemberhentian pemberian donasi pada WikiLeaks yang menerbitkan diplomatic cable (telegram diplomasi) rahasia milik Amerika Serikat pada November 2010. Perusahaan PayPal Holdings, Inc. adalah perusahaan yang aktivitas operasinya adalah jasa pembayaran online worldwide dan electronic money trasfer. PayPal menerima serangan DDoS (Distributed Denial of Service) pada server komputernya sehingga sistem secara otomatis menolak memberikan layanan kepada pelanggan. Serangan ini dilakukan oleh Hacktivist Group bernama Anonymous dan berakhir dengan penangkapan Christopher Doyon (Haag, 2015).

Serangan kejahatan dalam jaringan di Indonesia oleh para hacker terhitung hingga Agustus 2015, telah merugikan negara mencapai Rp33,29 miliar (Antana, 2015). Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Kepolisian Indonesia, Komisaris Besar Polisi Agung Setya dalam Tempo.co menyatakan dalam kurun waktu tiga tahun silam tercatat 36,6 juta serangan kejahatan dalam jaringan serta dalam data Security Threat 2013 menyebutkan Indonesia masih tergolong rentan serangan para peretas. Warta BPK (2011) meninjau kasus Century yang dilakukan oleh BPK dengan menelusuri aliran dana RP6,7 triliun


(28)

8 yang hingga sekarang masih dalam proses. Menurut berita dari okezone.com (Wirakusuma, 2012) terdapat kerugian atas pemeriksanaan sistem informasi di Ditjen Pajak yang mencapai Rp256 juta akibat dari kelalaian pengguna dan hilang saat pengiriman yang ditemukan dari audit fisik.

Namun menurut Krzysztof Kwiatkowsko, President of NIK Polandia yang melakukan peer review atas kinerja Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, sumber daya manusia BPK sangat bagus, muda, bersemangat, dan berkinerja baik. Terutama BPK mempunyai dasar hukum kuat yang menentukan kualitas tinggi atas hasil pemeriksaan BPK. NIK Polandia juga memuji proses pemeriksaan BPK yang menerapkan prosedur sangat teliti. Menurutnya tidak ada institusi pengawas bagus yang tidak mempunyai sistem teknologi informasi yang baik namun di Indonesia memiliki sistem TI yang bagus, serta BPK mempunyai tim yang sangat berpotensi (Nawangmulan, 2014).

Dilain hal, terdapat kasus yang dilakukan oleh auditor eksternal Perusahaan Peregrine System, Inc. yaitu perusahaan bisnis software yang tidak melaporkan adanya salah saji yang material. Kejahatan ini dilakukan oleh CEO, auditor eksternal dan partner yang kemudian didakwa atas konspirasi dalam melakukan securities fraud, wire fraud, dan bank fraud. Kejadian ini berlangsung pada Maret 1999 hingga Mei 2002.

Umumnya aktivitas yang merusak tidak berasal dari pelanggar luar, akan tetapi dari orang dalam, dan dari kegagalan sistem biasa. Karyawan yang kecewa, pelaku penipuan, mantan konsultan dan pihak lainnya kadang ingin balas dendam dan termotivasi untuk melakukan serangan yang merusak atas perusahaan


(29)

9 lamanya. Karyawan yang dendam merupakan kekhawatiran keamanan terbesar bagi 90 persen manajer eksekutif. Ahli peneliti TI, Gartner Group, memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen akses tidak sah ke sistem informasi dilakukan oleh para karyawan, sementara lebih dari 95 persen pelanggaran masuk menghasilkan kerugian keuangan dalam jumlah signifikan (Cunningham, 2002 dalam Hall dan Singleton, 2007).

Berdasarkan tabel dan kasus yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan atas kasus yang mendukung keahlian sistem informasi dan terdapat kasus yang menyatakan kekurangan pada keahlian sistem informasi. Terdapat berbagai macam masalah yang dihadapi oleh auditor dalam menangani sistem informasi komputer di perusahaan terutama data leaking, salah satu kemungkinan penyebab terjadinya hal tersebut dikarenakan kurangnya keahlian sistem informasi auditor (Brazel, 2004).

Pelatihan dan pengalaman auditor atas sistem informasi akuntansi yang kompleks mempengaruhi bagaimana auditor memutuskan dalam merencanakan audit. Berbeda dengan hasil penelitian Brazel, hasil penelitian Rios-Figueroa dan Cardona (2013) menyimpulkan pengalaman tidak mempengaruhi judgment audit secara signifikan. Menurut Leinicke, Raxroad dan Ward (1990) dalam Romney dan Steinbart (2006) auditor internal pada perusahaan diharuskan untuk memastikan terdapat pengendalian yang memadai atas sistem komputer perusahaan mereka karena siapapun yang memiliki akses dan pengetahuan aplikatif atas sistem tersebut dapat berpotensi melakukan penipuan. Dengan adanya sistem on-line real time yang memperbarui file dan database begitu


(30)

10 transaksi terjadi, jejak audit berupa kertas berkurang dan dokumen pendukung untuk catatan perubahan telah ditiadakan atau hanya dipertahankan sementara sebelum diproses.

Undang-Undang Sarbanas-Oxley tahun 2002 diterbitkan sebagai akibat dari beberapa penipuan keuangan berskala besar seperti Enron, WorldCom, Adelphia dan sebagainya sehingga menimbulkan kerugian yang harus diderita oleh para pemegang saham. Kekhawatiran terbesar para auditor adalah Pasal 404 (Pengendalian Internal Penilaian Manajemen) dan Pasal 302 (Tanggung Jawab Perusahaan terhadap Laporan Peristiwa) dari SOX mengharuskan para eksekutif keuangan senior mengungkapkan berbagai kelemahan dalam pengendalian internal dan penipuan untuk para karyawan yang memiliki peran penting dalam pengendalian internal (Hall dan Singleton, 2007).

Teknik auditing-through-the-computer akan lebih luas digunakan dengan adanya penerbitan SAS No. 94, dan berfokus pada teknik pengujian data yang dapat diterapkan hampir dalam semua audit untuk pengujian pengendalian program otomatis. Teknik ini secara besar mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan auditor dengan keahlian komputer yang tinggi (Brazel, 2004).

Menurut PCAOB No. 2010-004 perencanaan audit termasuk melakukan strategi audit secara keseluruhan untuk melaksanakan dan mengembangkan perencanaan audit, diantaranya terutama merencanakan prosedur penilaian risiko dan merencanakan tanggapan dari risiko atas kesalahan yang material. Ruang lingkup dan keluasan dari aktivitas perencanaan dapat bergantung pada besar dan kompleksitas perusahaan, pengalaman auditor sebelumnya dengan perusahaan,


(31)

11 dan perubahan dalam kejadian yang terjadi ketika melakukan audit. Ketika mengembangkan strategi audit dan perencanaan audit, auditor harus mengevaluasi apakah terdapat hal-hal yang memengaruhi industri dari operasi perusahaan, seperti praktik pelaporan keuangan, kondisi ekonomi, peraturan dan perundang-undangan, dan perubahan teknologi yang mempengaruhi pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan. Auditor harus menentukan apakah dibutuhkan keahlian atau pengetahuan atas spesialisasi untuk melakukan penilaian risiko yang memadai, perencanaan atau melakukan prosedur audit, atau mengevaluasi hasil audit. Jika seseorang dengan pengetahuan atau keahlian digunakan atau dibutuhkan oleh auditor yang berpatisipasi dalam audit, auditor harus memiliki pengetahuan yang memadai atas subyek yang berkaitan sebagai penanggung jawab dari seseorang tersebut .

Institut Akuntan Publik Indonesia (2013) dalam Standar Audit 620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor (Para. A4-A9) menjelaskan jika keahlian di suatu bidang selain akuntansi atau audit diperlukan untuk mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup dan tepat, auditor harus menentukan apakan ia perlu menggunakan pekerjaan seorang pakar auditor. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang bidang keahlian pakar untuk memungkinkan auditor dalam: a) menentukan sifat, ruang lingkup, dan objektivitas pekerjaan pakar untuk tujuan auditor; dan b) mengevaluasi kecukupan pekerjaan tersebut untuk tujuan auditor. (Para. A21-A22). Oleh karena itu auditor harus meningkatkan kompetensinya yaitu dengan menambah keahlian dan pengalaman auditnya dalam bidang pakar tersebut.


(32)

12 Menurut Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Anugrah dan Indira (2011), keahlian audit menyangkut keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis merupakan kemampuan mendasar dari seorang auditor yang berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor personal dan pengalaman. Keahlian auditor juga dapat bertambah seiring dengan pengalaman kerja maupun praktek audit yang telah dilakukannya.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pertama, dalam menjalankan tugasnya auditor eksternal harus menghadapi sistem informasi perusahaan yang kompleks sehingga berakibat pada perencanaan auditnya. Disamping itu, keahlian auditor atas sistem informasi berguna untuk mendeteksi kesalahan material maupun kecurangan yang terjadi. Namun dilain hal, keahlian ini dapat berakibat sebaliknya jika disalahgunakan. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai keahlian sistem informasi auditor terhadap perencanaan audit masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Ketiga, penggunaan spesialis komputer oleh auditor memiliki perbedaan pandangan dalam hal dibutuhkan atau tidaknya pada saat mengaudit.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Analisis Komparatif tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Plan Judgment”.


(33)

13 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Joseph F. Brazel (2004). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan yang berada di Jakarta. Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di Amerika.

2. Tahun dalam penelitian ini adalah pada tahun 2016 sedangkan tahun pada penilitian sebelumnya adalah pada tahun 2004.

3. Pengukuran variabel Audit Plan Judgment memakai budgeted audit hours sedangkan pada penelitian sebelumnya memakai risiko bawaan, risiko pengendalian dan pengujian substantif.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Auditor dengan keahlian atas Sistem Informasi yang tinggi akan merencanakan audit lebih lama dibandingkan dengan auditor dengan keahlian Sistem Informasi yang rendah?

2. Apakah Auditor akan merencanakan audit lebih singkat ketika dihadapkan dengan keandalan bukti Computer Assurance Specialist dengan kompetensi yang tinggi daripada keandalan bukti dari Computer Assurance Specialist dengan kompetensi yang rendah?


(34)

14 3. Apakah keahlian auditor atas sistem informasi dapat memoderasi pengaruh kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap Audit Plan Judgment?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Menganalisis perbedaan tinggi dan rendahnya keahlian sistem informasi auditor terhadap audit plan judgment.

b. Menganalisis perbedaan tinggi dan rendahnya kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap audit plan judgment.

c. Menganalisis pengaruh moderasi keahlian auditor atas sistem informasi atas kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap audit plan judgment.

2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang perencanaan auditor dan menambah ilmu pengetahuan akuntansi khususnya auditing dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh keahlian


(35)

15 sistem informasiauditor dan kompetensi Computer Assurance Specialist terhadap audit plan judgment.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. 4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta

menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang auditor eksternal sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis di masa datang.

b. Kontribusi Praktis

1) Auditor dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja auditor dalam membuat audit plan dan membangun keahlian auditor atas sistem informasi.

2) Ikatan Akuntansi Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan audit plan.

3) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai tambahan informasi mengenai keahliansistem informasi auditor dan faktor kompetensi Computer Assurance Specialist yang dapat bermanfaat untuk dijadikan salah satu tinjauan dalam menilai audit plan.


(36)

16 4) Perusahaan atau auditee dari jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat dalam menilai keahlian auditor atas SI dan kompetensi CAS serta pengaruhnya terhadap audit plan.


(37)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Behavioral Accounting Research (BAR)

Menurut Umar (2008), Behavioral Research meneliti bagaimana pemakai informasi akuntansi melakukan pengambilan keputusan. Sedangkan Godfrey et al. (2010) mendefinisikan penelitian akuntansi perilaku sebagai studi tentang perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan karena mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan laporan akuntansi. Penelitian perilaku menanyakan bagaimana individu benar-benar menggunakan dan memproses informasi akuntansi.

Beberapa studi mengenai BAR, telah diterapkan di bidang audit untuk meningkatkan pengambilan keputusan auditor. Sebagai contoh, ketika auditor merencanakan cara mereka akan melakukan audit terhadap klien tertentu, mereka harus menilai seberapa besar risiko yang terkait dengan klien. BAR telah digunakan untuk membantu menganalisis penilaian risiko auditor dan memperbaiki penilaian audior. Fokus utama BAR yaitu bagaimana kandungan informasi pada laporan keuangan untuk pengguna eksternal perusahaan. Jenis utama BAR di area ini dikenal sebagai Human Judgment Theory (HJT) atau Human Information Processing (HIP) dan meliputi penilaian dan pengambilan keputusan oleh akuntan dan auditor dan pengaruh output dari fungsi ini pada penilaian pengguna dan pengambilan keputusan. Tujuan dari penelitian dalam


(38)

18 model ini lebih sering menjelaskan dan memprediksi perilaku pada individu atau grup. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan oleh pembuat dan pengguna laporan akuntansi. Ada beberapa isu terkait penelitian akuntansi keperilakuan yaitu isu pemrosesan informasi akuntansi, perancangan sistem informasi, dan pengauditan (Godfrey et al., 2010) :

a. Isu pemrosesan informasi akuntansi menelaah bagaimana user memproses informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Seperti yang kita ketahui bahwa akuntansi keuangan menghasilkan informasi akuntansi bagi pengguna (terutama pengguna eksternal) untuk pengambilan keputusan.

b. Isu perancangan sistem informasi akuntansi melihat pada pemilihan kebijakan akuntansi dan perancangan pelaporan informasi akuntansi kepada pengguna. Dalam hal ini akuntan atau auditor sebagai provider informasi menggunakan judgment dan membuat keputusan dalam memilih kebijakan akuntansi dan merancang pelaporan informasi akuntansi bagi pengguna.

c. Isu pengauditan menjadikan auditor sebagai partisipan dalam penelitian akuntansi keperilakuan. Judgment auditor dapat dibuat berdasarkan konsensus, berdasarkan pengalaman auditor, maupun judgment yang dibantu dengan menggunakan alat statistik. Pembuatan judgment berdasarkan pengalaman dianggap lebih baik daripada sekedar konsensus, sehingga kita mengenal istilah expert judgment.


(39)

19 Selain itu, BAR digunakan untuk membantu menganalisis penilaian risiko dari auditor dan memperbaikinya.

2. Perencanaan Audit

Menurut PSA No. 5 Perencanaan dan Supervisi, perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Sedangkan menurut Auditing Standards No. 9 Audit Planning (PCAOB, 2010) perencanaan audit meliputi membentuk stratergi keseluruhan audit untuk pelaksanaan dan mengembangkan rencana audit, yang menyertakan prosedur penilaian risiko yang direncanakan dan tanggapan yang direncanakan atas risiko salah saji yang material.

Sebelum auditor dapat menentukan sifat dan sejauh mana pengujian, dia harus mendapatkan pemahaman yang lengkap mengenai bisnis kliennya. Analisis risiko meliputi gambaran umum pengendalian internal perusahaan. Auditor mencoba memahami kebijakan, praktik dan struktur perusahaan serta mengidentifikasi berbagai aplikasi dan operasi penting perusahaan untuk memahami pengendalian atas berbagai transaksi utama yang diproses aplikasi-aplikasi ini. Tahap kedua adalah pengujian pengendalian (test of control) untuk menentukan apakah ada pengendalian internal yang memadai dan berfungsi baik karena tingkat keandalan akan


(40)

20 memengaruhi sifat dan keluasan penyujian substantif yang harus dilakukan.

Teknik pengumpulan bukti yang digunakan pada tahap ini dapat meliputi teknik manual dan teknik audit komputer khusus. Tahap pengujian substantif melibatkan penyelidikan yang terperinci mengenai berbagai saldo akun dan transaksi. Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu (Arens, Elder dan Beasley, 2008).

Beberapa uji substantif merupakan aktivitas fisik yang membutuhkan banyak tenaga kerja seperti menghitung kas, menghitung persediaan di gudang dan memverivikasi keberadaan sertifikat saham. Dalam sebuah lingkungan TI, informasi yang dibutuhkan untuk melakukan uji substantif terdapat dalam berbagai file data yang sering kali harus diekstraksi menggunakan software Computer Assissted Audit Tools and Techniques (CAATTs) (Hall dan Singleton, 2007).

3. Penilaian Risiko Audit

Statement on Auditing Standards (SAS) No. 47 (AICPA 1983) memberikan konsep yang menjelaskan model risiko audit dan konsep tersebut disertakan dalam Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) (POB, 2000).


(41)

21 Risiko audit (audit risk) adalah probabilitas bahwa auditor akan memberikan pendapat yang wajar (bersih) atas laporan keuangan yang, pada kenyataanya, salah saji secara material (Hall dan Singleton, 2007). Kesalahsajian yang material mungkin dapat disebabkan oleh berbagai kesalahan atau iregularitas, atau keduanya. Iregularitas adalah kesalahan penyajian yang disengaja untuk melakukan penipuan atau menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Tiga komponen risiko audit menurut Boynton, Johnson dan Kell (2006):

a. Risiko Inheren (Inherent Risk)

Risiko inheren atau risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait.

b. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.

c. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

Model risiko audit dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai berikut:


(42)

22 IR dan CR dinilai oleh pengetahuan auditor atas lingkungan perusahaan, pengujian pengendalian internal, pengalaman sebelumnya dengan klien, dan sebagainya. Terakhir, setelah menilai tingkatan dari IR dan CR, DR atau lingkup dari perencaan prosedur substantif kemudian disesuaikan oleh auditor untuk mendapatkan tingkat AR yang diinginkan ( DR = AR / (IR x CR)).

Misalkan risiko audit dinilai dengan 5%, yang sama dengan interval kepercayaan (confidence interval) 95% dalam statistik. Makin andal pengendalian internal, makin rendah probabilitas CR. Hal itu mengarah pada DR yang lebih rendah, yang akan juga mengarah pada lebih sedikit uji substantif yang dibutuhkan. Peningkatan uji substantif dapat berarti audit yang lebih lama dan mengganggu serta biaya audit yang lebih tinggi (Hall dan Singleton, 2007).

Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2006) risiko deteksi tergantung pada dua faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan dan bersifat langsung dengan bukti.

Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf


(43)

23 yang lebih berpengalaman pada bidang itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh. Sedangkan jika auditor mengasumsikan pengendalian internal sama sekali tidak efektif untuk mencegah atau mendeteksi salah saji. Kesimpulan tersebut akan menetapkan faktor risiko yang tinggi. Semakin efektif pengendalian internal semakin rendah faktor risiko yang dapat ditetapkan untuk risiko pengendalian.

SAS 107 (AU 312) menyebut kombinasi risiko inheren dan risiko pengendalian ini risiko salah saji yang material (risk of material misstatement). Seperti pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan risiko deteksi adalah berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substantif bersifat langsung.

Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi yang direncanakan dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi dan akan memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Auditor harus memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi, serta menguji keefektifannya.

Auditor perusahaan swasta dan entitas lainnya juga mungkin mengandalkan pengendalian yang efektif, terutama bila pemrosesan transaksi sehari-hari melibatkan prosedur yang sangat terotomasi. Apabila pengendalian mungkin tidak efektif dan risiko inheren tinggi, penggunaan


(44)

24 model risiko audit akan menyebabkan auditor mengurangi risiko deteksi sehingga meningkatkan bukti.

Perbedaan antara risiko-risiko dalam model risiko audit adalah dalam risiko inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai kondisi klien. Contoh risiko inheren adalah persedian yang belum terjual setelah dua tahun. Sementara contoh risiko pengendalian yang rendah adalah pemisahan tugas yang memadai antara penyimpanan aktiva dan akuntansi. Risiko deteksi sangat tergantung pada kedua risiko lainnya. Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan, auditor menspesifikasikan empat komponen berikut (Boynton, Johnson dan Kell, 2006):

a. Tingkat risiko bawaan yang dinilai.

b. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan:

1. Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh.

2. Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian.

c. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan:

1. Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh. 2. Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan


(45)

25 d. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.

Sedangkan menurut Arens, Elder dan Beasley, (2008) auditor harus memiliki faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko inheren:

a. Sifat bisnis klien b. Hasil audit sebelumnya

c. Penugasan awal versus penugasan berulang d. Pihak-pihak yang terkait

e. Transaksi nonrutin

f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat

g. Unsur-unsur populasi

h. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang i. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misaproriasi aktiva

4. Sistem Informasi

Sistem informasi secara teknis dapat diartikan sebagai suatu komponen yang berhubungan yang mengumpulkan (mengambil), memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk membantu dalam pemilihan keputusan dan pengendalian dalam organisasi. Tiga


(46)

26 aktivitas dalam sistem informasi memberikan informasi yang dibutuhkan organisasi dalam membuat keputusan, mengendalikan operasi, menganalisis masalah, dan membuat produk atau jasa baru. Aktivitas ini meliputi input, processing, dan output.

Input (masukan) mengambil atau mengumpulkan data yang belum diolah dari dalam organisasi atau lingkungan luar organisasi. Processing (pemrosesan) mengubah masukan yang belum diolah menjadi bentuk yang berarti. Output (keluaran) memindahkan informasi yang telah diproses kepada orang yang akan menggunakannya atau kepada aktivitas yang menggunakan informasi tersebut (Laudon dan Laudon, 2010).

Sistem mengumpulkan data dari berbagai proses kunci bisnis dalam manufaktur dan produksi, akuntansi dan keuangan, pemasaran dan penjuan, dan sumberdaya manusia, dan menyimpan data dalam satu penyimpanan data pusat. Informasi yang sebelumnya terbagi dalam sistem yang berbeda dapat disebar dalam perusahaan untuk membantu bagian-bagian perusahaan lainnya dalam bekerja bersama lebih dekat. Pengguna dapat membuat keputusan yang lebih baik ketika kuantitas dan kualitas dari informasi meningkat.

Konsep suatu sistem juga menganjurkan integrasi, yang menghilangkan adanya pencatatan, penyimpanan, pelaporan, dan aktivitas proses berulang lainnya di dalam organisasi. Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan program berbeda untuk menyiapkan laporan konsumen, pengumpulan kas, dan yang mengatur piutang, sekarang


(47)

27 fungsi-fungsi tersebut dapat dikombinasikan menjadi satu aplikasi. Desainer sistem informasi harus mempertimbangkan seberapa maju teknologi informasi (TI) dapat membantu pembuat keputusan agar lebih efektif dalam menyaring dan menyimpulkan informasi, oleh karena itu mereka menghindari information overload (informasi yang berlebih) (Romney dan Steinbart, 2012).

5. Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

Sistem Informasi Akuntansi menurut Gondodiyoto (2007) adalah merupakan struktur yang menyatu dalam entitas, yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi keuangan/akuntansi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para pengguna atau pemakainya.

SIA sifatnya adalah mandatory, artinya menjadi kewajiban pengurus perusahan untuk mempertanggungjawabkan kepengurusannya dengan dukungan SIA. Salah satu hasil utama SIA adalah laporan keuangan akuntansi untuk para stakeholder. SIA juga diharapkan menghasilkan laporan akuntansi manajemen untuk para manajer perusahaan seperti pengelolaan tugas-tugas operasional, pengawasan operasional, maupun perencanaan dan pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaannya ternyata SIA kurang mendukung kebutuhan perusahaan, karena terbatas pada aspek akuntansi, dan seringkali informasi yang dihasilkan tertunda (Gondodiyoto, 2007).


(48)

28 6. Enterprise Resource Planning (ERP)

Banyak perusahaan berskala besar dan sedang mendesain serta memprogram sistem informasi yang disesuaikan secara internal. Sistem ini adalah sistem umum yang menggabungkan berbagai praktik terbaik yang digunakan dalam bisnis. Perusahaan membaurkan dan menyesuaikan berbagai komponen peranti lunak yang jadi ini untuk membentuk sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) yang paling dapat memenuhi berbagai kebutuhan perusahaan.

Menurut Gondodiyoto (2007) Enterprise Resource Planning (ERP) systems adalah paket peranti lunak yang terdiri atas beberapa modul dan yang berubah perlahan terutama dari sistem perencanaan sumber daya manufaktur tradisional. Menurut Hall dan Singleton (2007) ERP adalah sebuah alat pendukung keputusan yang memasok pihak manajemen informasi real-time dan memungkinkan keputusan tepat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan mencapai keunggulan kompetitif. Tujuan ERP adalah mengintegrasikan berbagai proses utama suatu perusahaan seperti entri pesanan, produksi, pengadaan, utang usaha, penggajian, dan sumber daya manusia. ERP menggabungkan setiap komputer pada tiap depatemen ke dalam sebuah sistem terintegrasi yang mengakses sebuah basis data untuk memfasilitasi proses berbagai informasi dan untuk meningkatkan komunikasi di perusahaan.

Beberapa ERP mendukung berbagai fungsi melalui modul khusus perindustri yang dapat ditambahkan ke sistem inti. Vendor ERP lainnya


(49)

29 mendesain sistem untuk menerima dan berkomunikasi dengan software jadi yang dapat ditambahkan (bolt-on) yang diproduksi oleh vendor ketiga. Bolt-On adalah sistem yang komprehensif yang menyediakan teknologi atau fungsionalitas spesifik sebagai pelengkap bagi sistem ERP. Beberapa jenis tipe aplikasi yang termasuk Bolt-On biasanya digunakan untuk menghubungkan organisasi lain dengan sistem ERP melalui komponen software yang memiliki fungsi-fungsi tertentu. Berbagai solusi Bolt-On tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu Costumer Relationship Management (CRM), Product Lifecycle Management (PLM), Supply Chain Management (SCM), Business Intelligence (BI).

7. General Audit dalam Kompleksitas Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto (2007) istilah EDP-Audit (electronic data processing audit) atau audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah suatu sistem aplikasi komputerisasi telah menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian intern yang memadai, semua aktiva dilingdungi dengan baik/tidak disalahgunakan serta terjaminnya intergritas data, keandalan serta efekivitas dan efisiensi penyelenggaraan sistem informasi berbasis komputer tersebut. Pada saat ini yang dilakukan adalah audit sistem informasi (akuntansi) dalam kaitannya dengan general financial audit, atau audit dalam rangka evaluasi terhadap IT governance. Auditor harus memutuskan apakah dalam melakukan test of controls dan substantive test akan memeriksa sistem komputerisasinya atau hanya akan


(50)

30 menganggapnya sebagai black box. Selain itu auditor juga menentukan apakah dalam pemeriksaan auditor akan menggunakan alat bantu komputer untuk audit atau tidak. Auditor harus memutuskan pendekatan mana yang akan ditempuh, di antara tiga pendekatan audit yang berkaitan dengan komputer :

a. Audit di sekitar (input/output) komputer (audit around the computer), dapat dilakukan jika dokumen sumber tersedia dalam bahasa non-mesin memungkinkan auditor menelusuri suatu transaksi dari dokumen sumber ke output.

b. Audit terhadap komputer (audit through the computer), auditor menguji dan menilai efektivitas prosedur pengendalian operasi dan program komputer serta ketepatan proses di dalam komputer. Keunggulan teknik ini adalah bahwa auditor memiliki kemampuan yang besar dan efektif dalam melakukan pengujian terhadap sistem komputer.

c. Audit menggunakan dukungan computer (audit with the computer), menggunakan software untuk mengotomasikan prosedur pelaksanaan audit.

Dalam kaitan dengan keberadaan sistem informasi berbasis komputer di sisi auditee, SPKN tidak membatasi teknik audit seperti apa yang harus digunakan (Darono, 2014). Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 04 Paragraf 62 dalam SPKN menyatakan bahwa pemeriksa harus memperoleh bukti yang cukup, kompeten, dan relevan bahwa data yang


(51)

31 diproses melalui sistem yang berbasis komputer itu valid dan dapat diandalkan. Apabila keandalan sistem berbasis komputer merupakan sasaran utama pemeriksaan, pemeriksa harus melakukan reviu terhadap pengendalian umum dan pengendalian aplikasi sistem tersebut.

8. Keahlian Sistem Informasi Auditor

Komputerisasi memberikan dampak terhadap audit laporan keuangan, dukungan computer audit makin diperlukan oleh para akuntan, atau para akuntan harus mulai makin conmputer literacy (paham hal-hal teknis aplikasi komputer). Selain itu pendekatan atau cara pandang terhadap sistem akuntansi yang semula stand alone, kini berubah menjadi sistem informasi akuntansi makin terpadu dengan keseluruhan sistem informasi perusahaan. Akibatnya area audit laporan keuangan makin saling terkait dengan bidang operasional, teknologi informasi dan makin luas ruang lingkupnya (Gondodiyoto, 2007). Pengetahuan teknologi informasi dan akuntansi perlu diberikan pada berbagai tahapan maupun tingkatannya masing-masing, antara lain:

a. Pre post qualification

Auditor pada masa yang akan datang akan bekerja tidak hanya secara konvensional sebagai akuntan, melainkan tidak dapat menghindari bekerja di lingkungan teknologi informasi. Perlu ditentukan standar pengetahuan minimal bidang teknologi informasi dan secara berkelanjutan perlu pelatihan dengan pengetahuan mengenai seni


(52)

32 teknologi informasi dalam aktivitas edukasi profesi yang berkelanjutan.

b. Conceptual knowledge / practicall skill

Pengetahuan teknologi informasi bersifat konsep maupun keterampilan praktis. Pendidikan dan pelatihan harus memberikan pengetahuan konsepsional dan technical skill, serta dasar-dasar untuk pengembangan diri lebih lanjut.

SA Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi Komputer, paragraf 04 sampai dengan pragraf 06 menjelaskan tingkat keterampilan dan kompetensi auditor yang harus dimiliki bila melaksanakan suatu audit dalam lingkungan sistem informasi komputer dan memberikan panduan bila mendelegasikan pekerjaan kepada asisten dengan keterampilan sistem informasi komputer atau bila menggunakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor independen lain atau tenaga ahli yang memiliki keahlian di bidang sistem informasi komputer. Secara khusus, auditor harus memiliki pengetahuan memadai untuk merencanakan, melaksanakan, dan menggunakan hasil penggunaan TABK. Tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor tergantung atas kompleksitas dan sifat TABK dan sistem akuntansi entitas. Oleh karena itu, auditor harus menyadari bahwa penggunaan TABK dalam keadaan tertentu dapat mengharuskan dimilikinya jauh lebih banyak pengetahuan komputer dibandingkan dengan yang dimilikinya dalam keadaan lain.


(53)

33 Menurut Hamid (2012) bagaimanapun sebuah perusahaan mengoperasikan sistem secara manual, sistem yang terkomputerisasi, atau paduan antara keduanya, auditor harus mengikuti Generally Accepted Auditing Standards (GAAS):

a. Sebagai bagian dari menggunakan pengetahuan yang cukup atas operasi perusahaan untuk perencanaan audit, auditor harus memiliki pemahaman mengenai computer processing configuration, metode dari pemrosesan dan hal yang berhubungan agar dapat menilai risiko bawaan yang berkaitan dengan perencanaan audit.

b. Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai dari semua pengendalian yang berhubungan dengan aplikasi sistem akuntansi yang signifikan dengan audit. Contohnya, auditor akan melakukan pengujian atas pengendalian dari kebijakan dan prosedur internal control (melingkupi baik sistem manual dan terkomputerisasi) yang dapat meningkatkan reabilitas dari data dan informasi. Dari pengujian pengendalian, auditor akan menilai risiko pengendalian untuk asersi tertentu atas saldo akun atau level dari transaksi, dan menentukan lingkup, waktu, dan luas dari prosedur substantif menurut materialitas dan risiko bawaan. Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan komputer.

c. Auditor harus melaksanakan prosedur substantif yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengumpulkan bukti audit yang layak dan cukup untuk asersi spesifik dalam saldo akun dan tingkat transaksi. Dalam


(54)

34 hal ini, auditor dapat mempertimbangkan menggunakan generalized audit software packages jika dibutuhkan.

Standar Audit 315 mengenai Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya (par. 18) yaitu, auditor harus memperoleh pemahaman tentang sistem informasi, termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan dengan pelaporan keuangan, termasuk hal-hal sebagai berikut:

a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan terhadap laporan keuangan;

b. Prosedur, baik dalam teknologi informasi maupun sistem manual, yang olehnya transaksi dimulai, dicatat, diproses, dan dikoreksi sebagaimana mestinya, diranser ke buku besar, dan dilaporkan dalam laporan keuangan;

c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun spesifik dalam laporan keuangan yang digunakan untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi, hal ini mencakup koreksi terhadap informasi yang salah dan bagaimana informasi tersebut ditransfer ke buku besar. Catatan tersbut dapat dalam bentuk manual atau elektronik;

d. Bagaimana sistem informasi menangkap peristiwa dan kondisi (selain transaksi) yang signifikan terhadap laporan keuangan;


(55)

35 e. Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan entitas, termasuk estimasi akuntansi dan pengungkapan yang signifikan; dan

f. Pengendalian di sekitar entri jurnal, termasuk entri jurnal non standar yang digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak berulang atau tidak biasa, atau penyesuaian

9. Computer Assurance Specialist

SAS 73 (AU 336) menetapkan persyaratan untuk memilih spesialis dan mereview pekerjaannya. Auditor harus memiliki pengalaman yang memadai atas bisnis klien untuk mengetahui apakah spesialis memang diperlukan. Auditor perlu mengevaluasi kualifikasi profesional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup pekerjaannya. Auditor juga harus mempertimbangkan hubungan spesialis tersebut dengan klien, termasuk situasi yang mungkin mengganggu objektivitasnya. Penggunaan spesialis tidak akan mempengaruhi tanggung jawab auditor untuk melaksanakan audit dan laporan audit tidak boleh mengacu pada pekerjaan spesialis, kecuali laporan spesialis mengakibatkan perlunya modifikasi atas laporan audit.

SA Seksi 336 [PSA No. 39] menjelaskan mengenai penggunaan pekerjaan spesialis. Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi kualifikasi profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki keterampilan atau pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:


(56)

36 a. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari

spesialis lain dalam bidangnya.

b. Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang mengenal kemampuan atau kinerjanya.

c. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.

Ketepatan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapannya merupakan tanggung jawab spesialis. Auditor harus memahami metode dan ausmsi yang digunakan oleh spesialis, melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh spesialis, dengan memperhitungkan taksiran risiko pengendalian auditor dan mengevaluasi apakah temuan spesialis mendukung asersi yang berkaitan dalam laporan keuangan.

Auditor akan menggunakan pekerjaan spesialis, kecuali jika prosedur auditor menyebabkan ia yakin bahwa temuan spesialis tersebut tidak masuk akal dalam keadaan tersebut. Jika terdapat perbedaan material antara temuan spesialis dengan penyajian laporan keuangan, atau jika auditor yakin bahwa penentuan yang dibuat oleh spesialis tidak wajar, maka auditor harus melakukan prosedur tambahan. Jika setelah menerapkan prosedur tambahan ternyata ia belum dapat memecahkan masalah, maka auditor harus memperoleh pendapat dari spesialis lain, kecuali jika menurut pandangan auditor masalah tersebut tidak akan dapat dipecahkan. Jika auditor yakin bahwa temuan spesialis tidak masuk akal,


(57)

37 ia harus menerapkan prosedur tambahan yang dapat mencakup pemerolehan pendapat dari spesialis lain.


(58)

38

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu beserta dengan hasil penelitian:

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Mengenai Keahlian SI Auditor (X1), Kompetensi Computer Assurance Specialist (X2), dan Judgment Perencanaan Audit (Y)

NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y 1. Pengaruh Teknik

Audit Berbantuan Komputer, Kompetensi Auditor, dan Kecerdasan Spiritual pada Kualitas Audit BPK Bali

I Ketut Januarga, I Ketut Budiartha (2015)

Pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh dengan jumlah sampel sebesar 43 responden atas survei kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Skala yang digunakan adalah skala likert.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel TABK, Kompetensi auditor, Kecerdasan Spiritual sebesar 48,80%. Variabel TABK, kompetensi auditor, kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan pada kualitas audit.

- Kualitas Audit

- Teknik Audit Berbantuan Komputer - Kecerdasan Spiritual

√ - -

2. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgment(Studi Pada BPK RI

Sampel dari penelitian ini adalah BPK di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian data menggunakan analisis regresi berganda.

Gender berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment, sedangkan keahlian auditor dan pengalaman auditor berpengaruh positif signifikan. Tekanan ketaatan berpengaruh

-Gender -Tekanan ketaatan - Kompleksitas tugas √ - √


(59)

39 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) Anugrah Suci Praditaningrum dan Indira Januarti (2012)

negatif secara signifikan terhadap audit judgmentsedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

3. Hubungan Antara Risiko Manipulasi Earnings dan Risiko Corporate Governance dengan Perencanaan Audit (Studi Empiris pada Auditor Se-Jawa)

Nurna Aziza (2005)

Menggunakan metode

purposive sampling

(judgmental sampling) kepada responden auditor di KAP. Pengujian menggunakan analisis regresi berganda.

Risiko manipulasi earnings, risiko corporate governance dan interaksi antara risiko manipulasi earnings, risiko corporate governance dengan perencanaan audit tidak berhubungan dengan perencanaan audit. - Risiko manipulasi earnings - Risiko corporate governance - - √

3. Audit Sistem Informasi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Menggunakan metode pengujian analisis regresi berganda. Objek penelitian adalah KAP di Jakarta pada tahun 2000.

Variabel independen yang berpengaruh signifikan adalah variabel adanya pedoman audit SI terhadap penerapan audit SI sedangkan variabel independen

- Umur KAP - Kebutuhan dan dorongan kesadaran dari KAP


(60)

40 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y Penerapannya pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia

Nanang Sasongko (2002)

umur KAP, kebutuhan dan kesadaran KAP, pengetahuan dan pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap penerapan audit SI. Rata-rata nilai penerapan Audit SI oleh KAP di Jakarta masih kecil sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya KAP belum menerapkan Audit SI.

- Petunjuk SPAP - Penerapan audit sistem informasi

(Sumber: Diolah dari berbagai referensi)

Tabel 2. 2 Penelitian Sebelumnya Mengenai Keahlian SI Auditor (X1), Kompetensi Computer Assurance Specialist (X2), dan Judgment Perencanaan Audit (Y) – Asing

NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y 1. One Team or Two

Teams? Exploring The Relationship Between Auditors and IT Specialists and its Implications for a Collective Audit Team Identity and Audit Quality

Penelitian ini bersifat kualitataif. Menggunakan metode wawancara dan kuesioner atas 33 praktisi, 16 auditor dan 17 spesialis IT dari KAP dengan skala likert sebagai pengukur.

Proses audit sangat jauh berbeda untuk hubungan yang baik dengan yang sulit. Hubungan yang sulit berkaitan dengan keturut sertaan spesialis IT yang kurang tersebar dan kurang kolaborasi ketika memodifikasi prosedur audit dalam menangani isu IT kritikal, yang dapat mengurangi kualitas dari penilaian risiko dan

- Kualitas Audit - Collective team identity


(61)

41 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y Tim Bauer dan

Cassandra Estep (2015)

kecukupan dari pengujian audit. Hasil dari penelitian menyimpulkan tim audit dengan kualitas hubungan yang kurang memiliki risiko atas integrasi yang buruk dan terlalu mengandalkan fungsi IT yang mengancam kualitas audit.

2. The Effect of Auditor IT Expertise on Internal Controls Jacob Z. Haislip, Gary F. Peters, Vernon J. Richardson (2015)

Penelitian dilakukan untuk populasi tahun 2004-2009. Menggunakan pengujian regresi logistik.

Keahlian audit TI berpengaruh negatif atas kelemahan material non-IT dan IT dalam pengaturan laporan ex ante.

- Internal Control - Auditor switch - Material weakness √ - -

3. Auditor Choice and Accounting System Quality

Jeff Downing dan John Christian Langli (2015)

Variabel yang digunakan penelitian adalah kualitas sistem akuntansi perusahaan, keputusan melakukan audit dan eksternal audit.

Penelitian ini menyimpulkan auditor dapat memiliki peran yang berguna dalam membantu perusahaan mempertahankan kualitas sistem akuntansi yang tinggi. Perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan audit, dapat mengandalkan sumber

- Keputusan melakukan audit


(62)

42 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y alternatif dari spesialis untuk

meminimalkan pengaruh negatif atas hilangnya spesialis auditor. 4. IS Auditor

Characteristics, Audit Process Variables, and IS Audit Satisfication: An Empirical Study in South Korea Sojung Lucia Kim, Thompson S.H. Teo, Anol

Bhattacherjee, dan Kichan Nam (2015)

Sampel yang digunakan adalah 203 proyek Sistem Informasi di KAP Korea Selatan untuk penelitian dari tahun 2007-2008. Data diambil melalui NIA’s IS database audit. Menggunakan model pengujian SEM (stuctural equation modeling).

Kedua karakteristik auditor dalam keahlian dan kejelasan peran sangat penting untuk menjadi penentu proses audit dalam hal audit responsiveness dan keandalan audit yang menjadi penentu kritikal atas kepuasan audit.

- Auditor Role Clarity - Audit Responsiveness - Audit Reliability √ - -

5. When The World Isn’t Always Flat: The Impact of Psychological Distance on Auditors’ Reliance on Specialists Martin M. Weisner,

Penelitian ini merupakan

sebuah randomized

experiment2x2 dengan total 121 auditor Big 4 berpengalaman yang memiliki pengalaman atas jarak psikologis dengan fungsi audit internal klien. Pengujian menggunakan 5 poin skala

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwajarak psikologis berpengaruh terhadap keandalan penilaian auditor (peningkatan jarak akan mengurangi keandalan). Pengalaman historis dengan fungsi audit internal klien membentuk efek halo yang

- Psychological distance - Historical experience with the auditee’s Internal Audit Function - Reliance Confidence


(63)

43 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y Steve G. Sutton

(2014)

likert dengan manipulasi materi dalam kuesioner dan menggunakan analisis MANOVA.

memoderasi pengaruh jarak psikologis seperti perbedaan pengaruh dari ada dan tidak adanya kelemahan material dari kepercayaan diri auditor tahun lalu dan keinginan yang berhubungan untuk mengurangi jam kerja yang dianggarkan lebih besar untuk spesialis dengan jarak psikologis. Pilihan auditor atas spesialis yang lebih dekat dapat menyimpan keandalan yang lebih besar dari auditor eksternal, terutama ketika adanya kelemahan yang material di audit tahun lalu spesialis berniat akan membantu memperbaiki.

- Planned Budget Reduction

6. Does Experience Affect Auditors’ Professional Judgment? Evidence From Puerto Rico Carmen B. Rios-Figueroa dan

Menggunakan pengalaman dengan ukuran pengalaman atas tahun kerja sebagai variabel independen dan menggunakan

professionaljudgment dengan evaluasi dari reabilitas atas pengendalian internal dan fraud sebagai variabel

Pengalaman tidak mempengaruhi keputusan auditor ketika hal tersebut didasari oleh professional judgment.


(64)

44 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y Rogelio J. Cardona

(2013)

dependen. Menggunakan kuesioner dengan sampel dari KAP di Puerto Rico dan praktisi serta mahasiswa tingkat akhir di akuntansi pada tahun 2011. Menggunakan nonparametric analysis of variance (Kruskal-Wallis test) untuk menbandingkan sampel dari group berbeda.

7. AIS Audit Support by Simulation and Simulation

Definition

Muhannad Akram Ahmad dan Farah Hanna Zawaideh (2013)

Menggunakan variabel pengetahuan auditor mengenai AIS sebagai variabel independen dan variabel Risk Assessment Competency dan

Kualitas Auditor

PlanningJudgments sebagai variabel dependen.

Menggunakan simulasi software dan estimasi hasil.

Penggunaan AIS mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam proses audit yang meningkatkan efisiensi dari proses tersebut. Eror dari proses audit terkomputerisasi signifikan kecil dan dapat diterima untuk jurnal baik besar maupun kecil oleh karena itu penggunaan AIS meningkatkan akurasi dari audit proses atas besar maupun kecilnya jumlah audit sehingga meningkatkan efisiensi dari proses audit. Auditor mendapatkan pengetahuan lebih dari teknologi informasi terutama AIS dan CAATs, pekerjaan

- Kualitas Audit


(65)

45 NO. JUDUL/PENULIS

(TAHUN) METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

VARIABEL

LAINNYA X1 X2 Y mereka menjadi lebih mudah,

efisien dan dapat diandalkan. 8. An Examination of

Auditor Planning Judgements in a Complex

Accounting

Information System Environment Joseph F. Brazel, Christopher P. Agoglia (2007)

Responden berasal dari 74 auditor praktisi di 4 KAP internasional dan 2 KAP nasional dengan memberikan kuesioner berisi kasus yang dimanipulasi untuk menentukan keberpengaruhan kompetensi spesialis komputer serta penilaian menggunakan 10 poin skala likert. Pengujian menggunakan 2 x 2 ANCOVA (analysis of covariance)

Auditor sensitif terhadap kompetensi Computer Assurance Specialist dan menilai risiko pengendalian lebih tinggi ketika mendapatkan bukti pengujian pengendalian yang positif dari seorang CAS dengan kompetensi rendah. Pada kondisi SIA terindikasi peningkatan risiko, auditor dengan keahlian SIA yang lebih tinggi menilai pengendalian risiko lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki keahlian lebih rendah. Walaupun keahlian SIA tidak memoderasi pengaruh atas kompetensi CAS pada penilaian risiko pengendalian mereka, tingkat keahlian memoderasi reaksi mereka terhadap variasi kompetensi CAS dengan melihat kepada rencana pengujian substantif.

√ √ √

9. Bringing an IT Specialist Into The

Penelitian ini bersifat analisis dari data kualitatif dengan

Hasil dari penelitian ini adalah model penentuan keputusan untuk


(1)

149

Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 164

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1081,09828274 Most Extreme Differences Absolute ,276

Positive ,276

Negative -,264

Test Statistic ,276

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil Uji Normalitas Sesudah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 164

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,95520548 Most Extreme Differences Absolute ,068

Positive ,063

Negative -,068

Test Statistic ,068

Asymp. Sig. (2-tailed) ,059c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(2)

150


(3)

151

Hasil Uji Independent t-test Variabel Keahlian Auditor atas Sistem

Informasi

Group Statistics

Keahlian Auditor atas SI N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

LnAPJ Keahlian Rendah 82 5,5447 ,92575 ,10223

Keahlian Tinggi 82 5,7985 1,02295 ,11297

Hasil Uji Statistik Independent t-test Variabel Kompetensi

Computer

Assurance Specialist

Group Statistics

Kompetensi CAS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean LnAPJ Kompetensi Tinggi 82 5,6678 ,81297 ,08978 Kompetensi Rendah 82 5,6754 1,12921 ,12470


(4)

152

Hasil Uji Statistik

Analysis of Variance (ANOVA)

Between-Subjects Factors

Value Label N Kompetensi CAS ,00 Kompetensi

Rendah 82

1,00 Kompetensi

Tinggi 82

Keahlian Auditor atas SI ,00 Keahlian

Rendah 82

1,00 Keahlian Tinggi 82

Descriptive Statistics

Dependent Variable: LnAPJ

Kompetensi CAS Keahlian Auditor atas SI Mean Std. Deviation N Kompetensi Rendah Keahlian Rendah 5,3419 1,03335 41

Keahlian Tinggi 6,0089 1,13415 41

Total 5,6754 1,12921 82

Kompetensi Tinggi Keahlian Rendah 5,7475 ,76377 41

Keahlian Tinggi 5,5881 ,86138 41

Total 5,6678 ,81297 82

Total Keahlian Rendah 5,5447 ,92575 82

Keahlian Tinggi 5,7985 1,02295 82

Total 5,6716 ,98086 164

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: LnAPJ

F df1 df2 Sig.

1,687 3 160 ,172

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + CATCAS + CATSI + CATCAS * CATSI


(5)

153

Hasil Uji Statistik

ANOVA- Analysis of Variance (Lanjutan)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: LnAPJ

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 9,643a 3 3,214 3,494 ,017

Intercept 5275,437 1 5275,437 5735,057 ,000

CATCAS ,002 1 ,002 ,003 ,960

CATSI 2,640 1 2,640 2,871 ,092

CATCAS * CATSI 7,000 1 7,000 7,610 ,006

Error 147,177 160 ,920

Total 5432,257 164

Corrected Total 156,820 163 a. R Squared = ,061 (Adjusted R Squared = ,044)

Kompetensi CAS * Keahlian Auditor atas SI

Dependent Variable: LnAPJ Kompetensi

CAS

Keahlian Auditor

atas SI Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Kompetensi

Rendah

Keahlian Rendah 5,342 ,150 5,046 5,638 Keahlian Tinggi 6,009 ,150 5,713 6,305 Kompetensi

Tinggi

Keahlian Rendah 5,748 ,150 5,452 6,043 Keahlian Tinggi 5,588 ,150 5,292 5,884

Parameter Estimates

Dependent Variable: LnAPJ

Parameter B Std. Error t Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Intercept 5,795 ,132 43,782 ,000 5,533 6,056

[CATCAS=,00] ,008 ,153 ,050 ,960 -,294 ,309

[CATCAS=1,00] 0a . . . . .

[CATSI=,00] -,254 ,153 -1,661 ,099 -,556 ,048

[CATSI=1,00] 0a . . . . .

a. This parameter is set to zero because it is redundant.


(6)

154