Risiko Audit Analisis pengaruh auditor judgment dan resiko audit terhadap audit sampling

performance . Selain itu kompleksitas tugas yang dihadapi oleh auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Sedangkan penelitian lanjutan oleh Tan dan Kao 2002, menemukan bukti bahwa kompleksitas, akuntabilitas, dan pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap auditor judgment.

C. Risiko Audit

1. Definisi Risiko Audit Mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik SPAP seksi 312 paragraf 02 risiko audit didefinisikan sebagai berikut : “Risiko audit audit risk adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.” Konsep keseluruhan mengenai risiko audit merupakan kebalikan dari konsep keyakinan yang memadai bukan keyakinan yang absolut bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang materil. Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan ia terima. Jika 90 kepastian yang diinginkan, maka risiko audit adalah 1, sementara jika kepastian sebesar 95 dianggap memuaskan, maka risiko audit adalah 5. Biasanya pertimbangan profesional berkenaan dengan keyakinan yang memadai dan keseluruhan tingkat risiko audit dirancang sebagai satu kebijakan kantor akuntan publik, dan risiko audit akan dapat dibandingkan antara satu audit dengan audit lainnya.Boynton et. al., 2003:337 Selain risiko audit, auditor sebenarnya juga menghadapi risiko kerugian praktik profesionalnya akibat dari tuntutan pengadilan, publikasi negatif, atau peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan laporan keuangan yang telah diaudit dan dilaporkannya. Risiko ini dikenal sebagai risiko usaha. Risiko ini tetap dihadapi oleh auditor meskipun ia telah melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan telah melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya. Penelitian empiris terhadap risiko bisnis ini menyimpulkan bahwa risiko bisnis yang tinggi meningkatkan jumlah jam audit tapi tidak fee per jam sehingga akan meningkatkan total fee audit. Hal ini terjadi karena dengan tingginya risiko audit mendorong auditor untuk meningkatkan upaya auditnya Bell, 2001 dalam Abdul Halim, 2008: 127. Dalam berurusan dengan risiko audit untuk segmen, Standar Profesional Akuntan Publik SPAP nomor 47 mengemukakan tiga jenis risiko yang berhubungan dan perlu dipertimbangkan auditor: risiko inheren, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Hal ini berhubungan dengan risiko audit dalam format yang sering dikenal sebagai model audit. Model risiko audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus. Standar Profesional Akuntan Publik SPAP nomor 47 mendefinisikan komponen risko audit sebagai berikut : a. Risiko bawaan Risiko bawaan inherent risk adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian. Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin menimbulkan salah saji dibandingkan dengan perhitungan sederhana. Faktor-faktor ekonomi dan persaingan, serta perlunya mencapai target laba yang dilaporkan dapat mendorong manajemen untuk menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Para auditor berusaha untuk menilai kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material, sebelum mempertimbangkan pengendalian intern entitas b. Risiko pengendalian Risiko pengendalian control risk adalah risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakui adanya risiko salah saji yang melekat pada sistem akuntansi, sehingga manajemen berusaha merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah, mendeteksi dan mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Sebagai contoh, risiko salah saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangi apabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebut telah secara efektif dirancang dan ditetapkan dalam operasi. c. Risiko deteksi Risiko deteksi detection risk adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuat keputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara keseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuat keputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampai tingkat serendah mungkin. Para auditor dapat mengendalikan risiko deteksi dengan menggunakan pertimbangan profesional dalam mengambil keputusan tentang prosedur audit mana yang akan digunakan, kapan melaksanakan prosedur audit, luasnya prosedur audit, dan siapa yang harus melaksanakannya. Standar Profesional Akuntan Publik SPAP SA Seksi 350.3 paragraf 09 menyatakan risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling dan risiko non sampling 2. Risiko Sampling Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian subtantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atau kelompok transaksi. Risiko sampling, timbul karena adanya probabilitas kemungkinan bahwa pengujian-pengujian terhadap sampel menghasilkan suatu kesimpulan yang mungkin akan berbeda apabila pengujian-pengujian tersebut dilakukan secara sama tetapi terhadap seluruh unsur atau elemen di dalam populasi.Huanakala dan Shineeke, 2004. Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya Abdul Halim, 2008:269 Menurut Boynton et. al., 2003:541 sampling audit menerapkan dua komponen risiko audit diantaranya: pertama, risiko sampling dalam pengujian subtantif atas detail atau rincian. Kedua, risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian. Dalam menyelenggarakan pengujian subtantif, auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi: Mulyadi dan Puradireja, 2000:278-279 a. Risiko alfa alpha risk atau kesalahan tipe I type I error Risiko alfa disebut dengan istilah risiko keliru menolak risk of incorret rejection, yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padalah kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. lihat lampiran 2.2 Kesalahan alfa alpha error atau risiko alfa ditentukan dengan menetapkan tingkat kepercayaan reliability level. Jika pengambilan sampel yang dilakukan auditor didasarkan pada reliability level 95, risiko alfa adalah sebesar 1 - 95 = 5. Kesalahan alfa berakibat dilakukan pengujian tambahan untuk memeriksa objek yang audit oleh auditor. Kesalahan alfa ditentukan oleh auditor berdasarkan pertimbangan biaya, pemeriksaan tambahan atau adjustment terhadap saldo yang keliru sebagai akibat kekeliruan dalam menolak suatu saldo akun. Contoh, auditor harus memeriksa catatan pengiriman barang yang diselenggarakan oleh klien, jika dari hasil prosedur audit konfirmasi piutang usaha keliru disajikan oleh klien. Dalam hal ini, prosedur audit terhadap catatan pengiriman barang tidak memerlukan biaya pemeriksaan yang lebih besar dari biaya konfirmasi, oleh karena itu keliru alfa ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang tinggi. Namun jika prosedur audit yang ditempuh oleh auditor memerlukan biaya yang besar, dalam hal auditor keliru menolak saldo akun yang secara material benar, auditor harus menetapkan kekeliruan alfa pada tingkat yang rendah sehingga besarnya sampel menjadi tinggi. b. Risiko beta beta risk atau kesalahan tipe II type II error Risiko beta disebut dengan istilah risiko keliru menerima risk of incorrect acceptance , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataanya saldo akun telah salah saji secara material. lihat tabel 2.2 Kesalahan beta beta error atau risiko beta secara kuantitatif dihitung dengan rumus berikut ini : R Kesalahan beta = IC x AR Keterangan : R : Risiko akhir yang ditanggung oleh auditor ultimate or audit risk IC : Risiko bahwa struktur pengendalian intern tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan yang material kekeliruan yang lebih besar dari jumlah yang dapat diterima oleh auditor AR : Risiko bahwa review analitik analytical review dan pengujian subtantif yang bersangkutan tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern. Misalnya berdasarkan pertimbangannya, auditor menentukan risiko akhir yang akan ditanggung R adalah sebesar 5 bahwa suatu saldo akun suatu golongan transaksi berisi kekeliruan moneter yang akan menyebabkan penyajian laporan keuangan yang secara material keliru. Auditor meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap struktur pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga IC ditetapkan sebesar 0.30, auditor juga meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap review analitik dan pengujian subtantif rinci dalam mendeteksi kekeliruan mterial, sehingga AR ditetapkan sebesar 0,30. berdasarkan berbagai risiko tersebut, besarnya kekeliruan beta risiko penerimaan yang keliru atas pengujian substantif rinci dihitung sebagai berikut : Risiko beta = R : IC x AR 0,50 : 0,30 x 0,30 Risiko beta = 0,55 atau 55 Risiko kesalahan penerimaan memiliki pengaruh terhadap ukuran sampel, yaitu, semakin rendah risiko yang ditetapkan, semakin besar ukuran sampel. Boyton et. all., 2003:606 Tabel 2.1 Risiko Beta dan Risiko Alfa Kondisi Sesungguhnya Nilai yang Tercantum di Buku Secara Material Benar Secara Material Salah Menerima nilai yang tercantum di buku sebagai jumlah yang benar Keputusan Benar Kesalahan Beta Kesalahan Tipe II Menerima nilai yang tercantum di buku sebagai jumlah yang salah Keputusan Alfa Keputusan Benar Kesalahan Tipe I Sumber : Mulyadi dan Puradiredja, 2000: 279 Dari ikhtisar ini nampak bahwa auditor menghadapi 4 empat kemungkinan hasil dari pengujian yang dilaksanakan: 1 Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang pada kenyataanya benar. Ini merupakan keputusan yang benar 2 Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataanya benar. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan alfa atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe I 3 Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material di anggap benar, yang pada kenyataanya keliru. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan beta atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe II 4 Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataanya memang keliru. Ini merupakan keputusan yang benar. Menurut Manggala 2001 menyatakan risiko beta bagi auditor dianggap lebih penting daripada risiko alfa karena opini yang diberikan akan membawa akibat yang lebih buruk. Artinya, apabila pemeriksa menyatakan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan yang material padahal sebenarnya mengandung kesalahan yang material, maka berbagai pihak yang menggunakan laporan keuangan yang telah diperiksanya tersebut akan salah pula di dalam membuat keputusan. Dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi: Abdul Halim, 2008:287 a. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah risk of assessing control risk too low Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan dengan efektivitas audit b. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi risk of assessing control risk too high Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan dengan efisiensi audit. Misalnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian subtantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektifan prosedur atau kebijakan struktur pengendalian intern. 3. Risiko Non Sampling Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko non sampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Risiko non sampling juga muncul karena auditor gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data. Menurut Nasution 2004 risiko non sampling dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu: a. Dari segi auditor Resiko non sampling yang berasal dari auditor biasanya disebabkan karena perencanaan dengan supervisi yang tidak cukup, kurangnya integritas sedangkan yang sebenarnya dapat diterima kewajarannya. b. Dari segi bukan auditor Komponen dari segi bukan auditor biasanya datang dari pihak ketiga atau management. Auditor dapat secara tidak langsung mengontrol kesalahan secara nonsampling yang disebabkan oleh pihak lain dengan menggunakan prosedur pemeriksaan yang lain. Selanjutnya Abdul Halim 2008 menyatakan, risiko non sampling timbul karena a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit c. Salah interpretasi hasil sampel Lebih lanjut Abdul Halim 2008 menyatakaan, walaupun tidak dapat diukur secara matematis, risiko non sampling ini dapat ditekan auditor dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan perancanaan yang tepat b. Melakukan pengawasan atau supervisi yang tepat c. Menerapkan standar pengendalian kualitas yang ketat atas pelaksanaan audit

D. Kerangka Pemikiran