Residen Narkoba Kerangka Berpikir

religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness, dan dimensi religiusitas thankfulness, sebagai alat ukur.

2.3 Residen Narkoba

Residen narkoba adalah sebutan untuk klien yang sedang mengikuti program rehabilitasi. BNN R.I. Departemen Sosial R.I. 2004. Residen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah residen yang sedang mengikuti rehabilitasi di BNN Lido Unit Pelaksana Teknis UPT Terapi dan Rehabilitasi, yakni residen primary green dan hope, dan reentry; male dan female. BNN Badan Narkotika Nasional merupakan sebuah lembaga yang menangani penyalahgunaan narkotika dan memiliki tahapan rehabilitasi yaitu fase detoksifikasi, fase entry unit, fase primary primary green house dan primary house of hope, dan yang terakhir adalah fase re-entry.

2.4 Kerangka Berpikir

Angka kekambuhan pada residen narkoba yang tinggi mendesak untuk mengupayakan program pemulihan yang komprehensif dan integratif, yaitu pemulihan yang menyangkut dimensi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, ini dikarenakan pemakai atau pecandu narkoba biasanya terganggu atau menderita secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Namun ternyata hal ini tidak menjamin kesembuhan mereka dari ketergantungan narkoba dan kepastian bahwa mereka tidak akan pernah relapse kambuh. Untuk dapat mempertahankan diri agar tidak relapse dan mempertahankan kepulihannya selama menjalani maupun pasca rehabilitasi, maka dibutuhkan adanya suatu kekuatan. Dalam hal ini kekuatan dimana mereka dituntut untuk bisa lepas dan bersih dari narkoba dan bertahan agar tidak relapse, serta dapat menjalani serangkaian program rehabilitasi yang penuh tekanan, yang menuntut kualitas yang ada pada diri mereka untuk tetap pulih, agar dapat melanjutkan hidupnya, sekaligus mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri. Kekuatan untuk tetap mampu bertahan dalam menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup, dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan tersebut dinamakan resiliensi Grotberg, 2003. Mengembangkan resiliensi merupakan salah satu aspek penting dalam membantu terwujudnya proses pemulihan yang berhasil Allegheny County Coalition for Recovery Child and Family Committee, 2006. Hal ini dikarenakan resiliensi merupakan faktor yang berperan penting untuk dapat bertahan mengatasi masalah dan mempertahankan diri dalam situasi yang menekan. Dalam mengembangkan resiliensi, peran religiusitas ternyata cukup penting, karena salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi seseorang adalah spiritual. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian Handayani 2010, diperoleh bahwa salah satu kekuatan karakter yang mempengaruhi resiliensi adalah spirituality. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Bogar Killacky 2006 yang mengidentifikasikan lima determinan dari resiliensi, diantaranya yaitu spiritualitas dan religiusitas, yang dikatakan bahwa spiritualitas dan religiusitas, keduanya adalah komponen yang penting bagi resiliensi seseorang, dimana kepercayaan ini dapat menjadi sandaran bagi individu dalam mengatasi berbagai permasalahan saat peristiwa buruk menimpa. Religiusitas dibutuhkan dalam mengembangkan resiliensi residen dalam menghadapi berbagai macam tantangan selama proses penyembuhan. Resiliensi memungkinkan residen untuk dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat mengurangi risiko kekambuhan serta dapat hidup secara normal kembali, seperti melanjutkan kuliah, mendapat pekerjaan yang layak, atau membina keluarga. Jadi dalam hal ini, dimensi religiusitas akan berkorelasi positif secara signifikan dengan resiliensi, dimana dimensi religiusitas yang tinggi diikuti pula dengan resiliensi yang tinggi dan dimensi religiusitas yang rendah akan memunculkan penurunan pula pada resiliensi residen. R E L I G I U S I T A S Social religiosity Thankfulness Forgiveness Involved God General religiosity RESILIENSI Unvengefulness God as judge

2.5 Hipotesis Penelitian