bagaimana individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun sesama penganut agamanya, bagaimana individu melambangkan Tuhannya yang
mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusannya, bagaimana individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa
kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar, bagaimana individu menggambarkan kekuasaan yang dimiliki Tuhan dan mempersepsi bahwa Tuhan
lah sebagai Penetap Takdir, bagaimana individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa dendam, dan bagaimana individu tersebut bersyukur.
2.2.2 Dimensi-dimensi religiusitas
Menurut Kendler, et al. 2003, dalam jurnal Dimension of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorders, ada tujuh
dimensi religiusitas, yaitu: 1. Dimensi religiusitas general religiosity
Dimensi yang pertama ini adalah dimensi yang menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan Tuhannya. Dimensi general religiosity
merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, termasuk perasaan sense tempat mereka selama
didunia; dan keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun saat mengalami keadaan bermasalah krisis.
2. Dimensi religiusitas social religiosity Dimensi religiusitas social religiosity adalah bagaimana individu tersebut
membina hubungannya dengan individu sesama manusia, lebih khususnya dengan
sesama penganut agamanya. Dimensi ini selain merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religious lainnya, juga menggambarkan bagaimana frekuensi
kehadiran individu di tempat beribadah, dan kaitannya dengan sikap dalam memandang dan menggunakan obat-obatan terlarang.
3. Dimensi religiusitas involved God Dimensi religiusitas involved God, yaitu segala sesuatu yang menurut
manusia melambangkan Tuhan. Dimensi ini mencerminkan sebuah kepercayaan dan keyakinan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam
urusan manusia. 4. Dimensi religiusitas forgiveness
Dimensi religiusitas forgiveness, bagaimana mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling maaf–memaafkan. Dimensi ini
merefleksikan sikap, perhatian, kasih sayang, dan pendekatan memaafkan kepada dunia.
5. Dimensi religiusitas God as judge Dimensi
ini mengambarkan
kekuasaan yang
dimiliki Tuhan.
Mencerminkan persepsi Tuhan sebagai Penetap Takdir, juga menegaskan tentang takdir, serta hukum dan nilai-nilai dari Tuhan.
6. Dimensi religiusitas unvengefulness Dalam dimensi ke enam ini, mengambarkan perilaku individu yang tidak
mendendam. Dimana dimensi religiusitas unvengefulness mencerminkan suatu perilaku yang tidak menaruh rasa dendam terhadap dunia.
7. Dimensi religiusitas thankfulness Dimensi yang terakhir ini adalah bagaimana individu mengambarkan rasa
syukur thankfulness. Dimensi ini merefleksikan perasaan berterimakasih, yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan Tuhan.
Sedangkan dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Fetzer 1999 yang berjudul Multidimensional Measurement Of Religiousness, Spiritually For
Use In Health Research menjelaskan 12 dimensi religiusitas, yaitu : Daily Spiritual Experience, Meaning, Values, Beliefs, forgiveness, Private Religious
Practices, ReligiousSpiritual Coping, religious support, ReligiousSpiritual History, Commitment, Organizational Religiousness, dan Religious Preference.
1. Daily Spiritual Experience Merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Daily Spiritual Experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transenden dalam
kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga Daily spiritual Experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan
kognitif, Underwood dalam Fetzer, 1999. 2. Meaning
Konsep meaning dalam hal religiusitas sebagaiman konsep meaning yang dijelaskan oleh Fiktor Vrankl yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan
hidup. Adapun meaning yang dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan
religiusitas atau disebut religion-meaning yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya. Pargament dalam Fetzer, 1999
3. Value Konsep value menurut Idler dalam Fetzer Institute,1999 adalah pengaruh
keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan sebagainya.
4. Belief Konsep belief menurut Idler dalam Fetzer, 1999 merupakan sentral dari
religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh suatu agama.
5. Forgiveness Dimensi Forgiveness menurut Idler dalam Fetzer, 1999 mencakup 5
dimensi turunan, yaitu: pengakuan dosa, merasa diampuni oleh Tuhan, merasa dimaafkan oleh orang lain, memaafkan orang lain, dan memaafkan diri sendiri.
6. Private Religious Practice Private religious practice menurut Levin dalam Fetzer, 1999 merupakan
perilku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.
7. Religious Spiritual Coping Religious Spiritual Coping menurut Pargament dalam Fetzer, 1999
merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode religious. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress, dan sebagainya. Menurut
Pargament dalam Fetzer, 1999 menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religious, yaitu:
a. Deferring Style, yaitu meminta penyelesian masalah kepada tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan
menyerahkan semuanya kepada Tuhan. b. Colaborative Style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya
senantiasa berusaha untuk melakukan coping. c. Self-Directing Style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam
menjalankan coping. 8. Konsep Religious Support
Konsep Religious Support menurut Krause dalam Fetzer, 1999 adalah aspek hubungan sosial antara individual dengan pemeluk agama sesamanya.
Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan al-Ukhuwah al-Islamiyah. 9. Religious spiritual history
Pengukuran area
ini dimaksudkan
untuk mengukur
sejarah keberagamaanspiritual seseorang. Terdapat empat aspek yang dapat diukur
berkaitan dengan
sejarah keberagamaan
seseorang: biografi
keagamaan, pertanyaan-pertanyaan
mengenai sejarah
keagamaanspiritual, pengalaman
keagamaanspiritual yang mengubah hidup, dan kematangan spiritual. 10. Commitment
Konsep Commitment menurut Williams dalam Fetzer, 1999 adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi
kepada agamanya.
11. Organizational Religiousness Konsep Organizational Religiousness menurut Idler dalam Fetzer, 1999
merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas didalamnya.
12. Religious Preference Konsep Religious Preference menurut Ellison dalam Fetzer, 1999 yaitu
memandang sejau mana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya.
Sementara menurut Glock and Stark 1974 ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama
ritualistik, dimensi pengalaman eksperiensial, dimensi pengetahuan agama intelektual dan dimensi konsekuensial.
1. Dimensi keyakinan Dimensi ini terdiri dari
pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui
kebenaran dari ajaran-ajaran tersebut. 2. Dimensi praktek agama
Dimensi ini mencakup pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-
praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting yaitu ritual dan ketaatan. 3. Dimensi pengalaman
Dimensi ini berisikan bahwa semua agama menganut pengharapan- pengharapan tertentu meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang
beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan akhir. Dimensi ini berkaitan dengan
pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat
adanya komunikasi walaupun kecil dengan esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan, dengan kenyataan akhir atau dengan otoriti transsendental.
4. Dimensi pengetahuan agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki minimal sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi konsekuensi Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan,
praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan
atau semata-mata berasal dari agama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi-dimensi religiusitas Kendler, et al., 2003 yaitu, dimensi religiusitas general religiosity, dimensi
religiusitas social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi
religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness, dan dimensi religiusitas thankfulness, sebagai alat ukur.
2.3 Residen Narkoba