berhubungan dengan kanker, tapi menyebabkan genital warts. Infeksi HPV berhubungan dengan kebiassaan seksual, berhubungan seksual di usia dini, dan
berganti-ganti pasangan seksual WHO, 2006.
2.1.5. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penting pada terjadinya karsinoma serviks adalah sebagai berikut :
Hubungan Seksual Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan
secara seksual, di mana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan
etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan
risiko terkena kanker serviks Rasjidi, 2008. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik
usia saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks Rasjidi, 2008.
Karakteristik Partner Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering
menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali Rasjidi, 2008.
Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan
risiko kanker serviks Rasjidi, 2008. Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko Rasjidi, 2008.
Agen Infeksius Human Papilloma Virus HPV. Terdapat sejumlah bukti yang
menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. Ada bukti lain yaitu onkogenitas virus papiloma hewan ; hubungan infeksi HPV serviks
dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan displasia ringan atau sedang; dan deteksi antigen HPV dan DNA dengan lesi
servikal. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan diplasia ringan, yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan diplasia
berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi karsinoma insitu Rasjidi, 2008.
Virus Herpes Simpleks. Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 HPV-2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu
telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. DNA sekuens juga telah
diidentifikasi pada sel tumor dengan menggunakan DNA rekombinan. Diperkirakan 90 pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih dari
60 pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks CIN mempunyai antibodi terhadap virus Rasjidi, 2008.
Merokok Sebagian kandungan rokok dapat dideteksi dalam mukus serviks, yang
mungkin bertindak sebagai bahan kokarsinogen. Polisiklik arometik hidrokarbon pada asap rokok menyebabkan rusaknya DNA; keadaan ini
telah ditunjukkan keberadaannya pada jaringan serviks uteri, yang pada perokok mempunyai kadar tinggi Sjamsuddin, 2001.
Usia Usia 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia
lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya
waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia Sjamsuddin,2001, Setyarini, 2009.
Kontrasepsi Oral Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan
hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan
risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan beberapa hubungan dari salah satu studi, bahkan
melaporkan proteksi terhadap penyakit yang invasif. Hubungan yang terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya bias karena
peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi yang lebih lanjut kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi
ini mengenai kontrasepsi oral Rasjidi, 2008. Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas
yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di USA ras negro,
hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin
mencerminakan pengaruh dari sosioekonomi Rasjidi, 2008. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk,
anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat folic acid, vitamin C, vitamin E, beta
karotenretinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan
yang kuat Sjamsuddin, 2001. Antioksidan dapat melindungi DNARNA terhadap pengaruh buruk
radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati kedelai, jagung, biji-
bijian dan kacang-kacangan. Vitamin C banyak terdapat dalam sayur- sayuran dan buah-buahan Sjamsuddin, 2001.
2.1.6. Patogenesis dan Patofisiologi