44
BAB IV METODE PENYUSUNAN SANAD DALAM SAHIH MUSLIM
A. Al-tahwîl dan Fungsinya
Di bagian awal penulis telah menyinggung bahwa, jika dibandingkan dengan kitab-kitab hadis yang ditulis oleh para ulama, baik yang terdulu maupun
yang sekarang, secara sekilas memang tidak ada perbedaan yang mendasar dari cara mereka menyusun hadis. Akan tetapi imam Muslim dengan kitab Sahîh-nya
menunjukkan ciri khas tersendiri ketika menyusunnya, terutama dalam menampilkan jalur periwayatan dari hadis-hadis yang beliau terima. Di sana akan
banyak dijumpai percabangan jalur sanad dari hadis-hadis yang diriwayatkannya, sedangkan di kitab sahîh al-Bukhâri maupun Kutub al-Sunan akan jarang
dijumpai Percabangan inilah yang lebih dikenal dengan istilah al-tahwîl, yang secara bahasa dapat berarti perpindahan.
a. Pengertian al-Tahwîl Dalam literatur kitab-kitab hadis, al-tahwîl biasanya disimbolkan dengan
huruf
ﺡ
h. Di kalangan ulama, masih ada yang bersilang pendapat, tentang
apakah huruf h tersebut adalah singkatan dari kata hâil pemisah, al-tahwîl pemindahan, sahha selamatbenar atau al-hadîts khabar.
1
Selain perselisihan pandangan tersebut, menurut al-Nawâwy, belum juga diketahui, siapa yang
pertama kali menggunakan rumus h tersebut.
2
1
Syams al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Rahmân al-Syakhâwî, Fath al-Mugîts Syarh al- fiyah al-hadîts
, Libanan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1403 H cet 1, juz 2
2
al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, editor; abd al-wahab Abd al-latif, Qâhirah: maktabah dâr al- turats,2005 cet. 5, h. 372
Sedangkan secara istilah, penulis belum menemukan para muhadditsûn terdahulu memberikan definisi secara gamblang, sebagaimana mereka
memberikan definisi pada hadis sahîh, hasan, mursal maudú` dan lain-lain. Penulis hanya menemukan mereka menjelaskan maksud simbol h ketika
membahas rumus yang sering digunakan oleh para periwayat dalam kitab-kitab mereka. Seperti dalam kitab fath al-Mugîts, terdapat sebuah judul al-Isyârah bi al-
Rumz , di sana al-Syakhâwî mengatakan ” para ahl-al hadîts ketika mereka
menulis hadis atau mengarang sebuah kitab dan mereka menemukan adanya pertemuan dua buah sanad atau lebih, maka ketika mereka mau berpindah dari
sanad satu ke sanad yang lain, mereka menulis dengan rumus H
ﺡ
.
3
Sesungguhnya huruh H yang sering disebutkan dalam sanad-sanad hadis maknanya adalah al-tahwîl yakni perpindahan dari sanad satu ke sanad yang lain
4
begitulah yang dikatakan Ibn al-salâh dalam Muqqadimah-nya. Hal senada juga dikatakan oleh al-Nawâwî, menurutnya ”apabila sebuah hadis memiliki satu sanad
atau lebih biasanya para ahli hadis menulis pada perpindahan sanad tersebut dengan rumus H”
5
Dari ucapan al-Sakhâwi, Ibn al-Salâh dan al-Nawâwî di atas, dapat diketahui bahwa yang menjadi fokus dari pembahasan mereka dan para ulama
terdahulu adalah rumus h yang sering digunakan oleh para muhaddits, bukan permasalahan tentang al-Tahwîl itu sendiri dari sisi istilah dan fungsinya.
3
al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, h. 372
4
Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fîulûm al-hadîts, Bairut: Dâr al-kutub al- `lmiyyah, 2006, cet 2, h. 230
5
al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, h. 372
Walaupun al-Tahwîl dari sisi istilah belum ada ulama yang membakukannya, tetapi menurut penulis, ucapan Ibn al-salâh di atas dapat
dijadikan sebagai pengertian secara istilah kata tersebut.
b. Fungsi al-Tahwîl Sebelum penulis memberikan contoh-contoh hadis yang memiliki al-tahwîl
sekaligus dengan variasi jumlahnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan terlebih dahulu al-tahwîl berdasarkan fungsinya.
Untuk dapat mengetahui fungsinya, langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan mengumpulkan sanad-sanad hadis yang ber-al-tahwîl,
kemudian dianalisis. Dan diantara fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan jalur periwayatan yang banyak menjadi satu jalur sanad.
Contohnya:
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻮﺑﹶﺃ
ِﺮﹾﻜﺑ ﻦﺑ
ﻲِﺑﹶﺃ ﹶﺔﺒﻴﺷ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪﻤﺤﻣ
ﻦﺑ ٍﺮﺸِﺑ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ﻦﺑﺍ ٍﺮﻴﻤﻧ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲِﺑﹶﺃ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ﻦﺑﺍ ﻰﻨﹶﺜﹸﳌﹾﺍ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪِﻟﺎﺧ
ﻲِﻨﻌﻳ ﻦﺑﺍ
ِﺙِﺭﺎﹶﳊﺍ ﺡ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ِﷲﺍﺪﻴﺒﻋ
ﻦﺑ ٍﺪﻴِﻌﺳ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻰﻴﺤﻳ
ِﲏﻌﻳ ﹸﻥﺎﱠﻄﹶﻘﻟﺍ
ﻢﻬﱡﻠﹸﻛ ﻦﻋ
ِﷲﺍِﺪﻴﺒﻋ ِﻦﺑﺍ
ﺮﻤﻋ ﺡ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﻮﺑﹶﺃ
ِﻊﻴِﺑﺮﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃﻭ
ٍﻞِﻣﺎﹶﻛ ﹶﻻﺎﹶﻗ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺣ
ﺩﺎﻤ ﻦﺑ
ٍﺪﻳﺯ ﺡ
ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﺮﻴﻫﺯ
ﻦﺑ ٍﺏﺮﺣ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﹸﻞﻴِﻋﺎﻤﺳِﺇ
ﺎﻌﻴِﻤﺟ ﻦﻋ
ﺏﻮﻳﹶﺃ ﺡ
ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﺪﻤﺤﻣ
ﻦﺑ ٍﻊِﻓﺍﺭ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻦﺑﺍ
ﻲِﺑﹶﺃ ٍﻚﻳﺪﹸﻓ
ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﻙﺎﺤﻀﻟﺍ
ﻲِﻨﻌﻳ ﻦﺑﺍ
ﹶﻥﺎﻤﹾﺜﻋ ﺡ
ﻭ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﹸﻥﻭﺭﺎﻫ ﺑﻦ
ٍﺪﻴﻌﺳ ﻲِﻠﻳَﻷﺍ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻦﺑﺍ
ٍﺐﻫﻭ ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ
ﹸﺔﻣﺎﺳﹸﺃ ﱡﻞﹸﻛ
ﹶﻻﺆﻫ ِﺀ
ﻦﻋ ٍﻊِﻓﺎﻧ
ﻦﻋ ِﻦﺑﺍ
ﺮﻤﻋ ﹸﻞﹾﺜِﻣ
ِﺚﻳِﺪﺣ ِﺚﻴﱠﻠﻟﺍ
ﻦﻋ ٍﻊِﻓﺎﻧ
6
6
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, Dar al- Fikr, 2002, cet 1, juz 2, h. 188
2. Menghindari adanya pengulangan materi matan dari madar
7
sanad hadis tertentu
Contohnya:
ﹶﺛﺪﺣ ﻰﹶﻠﻋ ﺕﹾﺃﺮﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻰﻴﺤﻳ ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺎﻨ
ﻦﻋ ٍﻚِﻟﺎﻣ ٍﻊِﻓﺎﻧ
ﺮﻤﻋ ِﻦﺑﺍ ﻦﻋ ﹰﺔﺼﹾﻔﺣ ﱠﻥﹶﺃ
ﹶﺫِﺇ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﱠﻥﹶﺃ ﻪﺗﺮﺒﺧﹶﺃ ﻦﻴِﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ ﻡﹸﺃ ﻦِﻣ ﹸﻥﱢﺫﺆﻤﹾﻟﺍ ﺖﹶﻜﺳ ﺍ
َﻷﺍ ﹶﻼﺼِﻟ ِﻥﺍﹶﺫ
ﺑﻭ ِﺢﺒﺼﻟﺍ ِﺓ ِﻦﻴﺘﹶﻔﻴِﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻊﹶﻛﺭ ﺢﺒﺼﻟﺍ ﺍﺪ
ﻡﺎﹶﻘﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﻞﺒﹶﻗ ﹸﺓﹶﻼﺼﻟﺍ
ٍﺪﻌﺳ ِﻦﺑ ِﺚﻴﱠﻠﻟﺍ ﻦﻋ ٍﺢﻣﺭ ﻦﺑﺍﻭ ﹸﺔﺒﻴﺘﹸﻗﻭ ﻰﻴﺤﻳ ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﺡ
ﻭ ﺮﻴﻫﺯ ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ
ﹶﻻﺎﹶﻗ ٍﺪﻴِﻌﺳ ﻦﺑ ِﷲﺍﺪﻴﺒﻋﻭ ٍﺏﺮﺣ ﻦﺑ ﺤﻳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ِﷲﺍِﺪﻴﺒﻋ ﻦﻋ ﻰﻴ ﺡ
ٍﺏﺮﺣ ﻦﺑ ﺮﻴﻫﺯ ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﱡﻠﹸﻛ ﺏﻮﻳﹶﺃ ﻦﻋ ﹸﻞﻴِﻋﺎﻤﺳِﺇ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ِﻹﺍ ﺍﹶﺬﻬِﺑ ٍﻊِﻓﺎﻧ ﻦﻋ ﻢﻬ ِﺩﺎﻨﺳ
ﻚِﻟﺎﻣ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺎﻤﹶﻛ
8
Pada hadis di atas yang menjadi madar sanad nya adalah Nâfi` sebagaimana yang yang dikatakan oleh imam Malik
7
Meminjam istilah yang digunakan oleh Juynboll dalam bukunya teori common link, madar yang berarti poros, maksudnya adalah, bahwa adanya periwayatan sebuah hadis yang
melalui beberapa jalur sanad, akan tetapi kesemuanya hanya disandarkan kepada seorang perawi saja. Lihat Ali Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis
Nabi, Yogyakarta, LKiS: 2007 cet I h. xix
Contohnya:
Al-Syafî’i Abd al-Azîz ibn M uham m ad
Al-Syafî’i Nabi
Nabi Nabi
Jabir Jabir
Jabir
Am r ibn Abî Am r Budak yang dim erdekakan oleh M ut alib
M ut alib
Ibrâhîm ibn M uham m ad Al-Syafî’i
M ut alib
Sulaim ân ibn Hilâl Seorang laki-laki
dari banî Salam ah
Dari bagan di atas, yang menjadi madarnya adalah Amar ibn Abî Amr. Lihat, Ali Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi, h. 59
8
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
3.Dengan mudah dapat diketahui adanya penambahan meteri matan dari salah satu jalur sanad walaupun berasal dari madar yang sama
Contohnya:
ﻦﻋ ﹶﺓﻭﺮﻋ ﻦﺑ ﻡﺎﺸِﻫ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻥﺎﻤﻴﹶﻠﺳ ﻦﺑ ﹸﺓﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪِﻗﺎﻨﻟﺍ ﻭﺮﻤﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻦﻋ ِﻪﻴِﺑﹶﺃ
ﺖﹶﻟﺎﹶﻗ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ :
ﻊِﻤﺳ ﺍﹶﺫِﺇ ِﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ ﻲﺘﻌﹾﻛﺭ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﹶﻥﺍﹶﺫَﻷﹾﺍ
ﺪﺣﻭ ﺎﻤﻬﹸﻔﱢﻔﺨﻳﻭ ﻲِﻠﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﺮﺠﺣ ﻦﺑ ﻲِﻠﻋ ِﻪﻴِﻨﹶﺛ
ٍﺮﻬﺴﻣ ﻦﺑﺍ ِﲏﻌﻳ ﺡ
ﻩﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﹶﺃ
ٍﺔﻣﺎﺳﹸﺃ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﺐﻳﺮﹸﻛ ﻮﺑ ﺡ
ﻦﺑ ِﷲﺍِﺪﺒﻋ ﻦﻋ ٍﺮﻴﻤﻧ ﻦﺑﺍﻭ ٍﺐﻳﺮﹸﻛ ﻮﺑﹶﺃﻭ ِﺮﹾﻜﺑ ﻮﺑﹶﺃ ﻩﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ٍﺮﻴﻤﻧ
ﺡ ِﺩﺎﻨﺳِﻹﹾﺍ ﺍﹶﺬﻬِﺑ ٍﻡﺎﺸِﻫ ﻦﻋ ﻢﻬﱡﻠﹸﻛ ﻊﻴِﻛﻭ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪِﻗﺎﻨﻟﺍ ﻭﺮﻤﻋ ﻩﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ِﺚﻳِﺪﺣ ﻲِﻓﻭ ﹶﺃ
ﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ ﻊﹶﻠﹶﻃ ﺍﹶﺫِﺇ ﹶﺔﻣﺎﺳﹸﺃ ﻲِﺑ
9
Pada hadis ke dua hadis di atas, yang menjadinya madar adalah Hisyâm dan penambahan yang terdapat pada jalur riwayat Abû Usâmah, yaitu lafaz idzâ talaa
al-fajru .. Karena hadis asal atau pertamanya dalam Sahih Muslim adalah sebagai
berikut:
ﺣ ﻦﻋ ِﻪﻴِﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹶﺓﻭﺮﻋ ﻦﺑ ﻡﺎﺸِﻫ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻥﺎﻤﻴﹶﻠﺳ ﻦﺑ ﹸﺓﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪِﻗﺎﻨﻟﺍ ﻭﺮﻤﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪ
ﺖﹶﻟﺎﹶﻗ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ
:
ﻊِﻤﺳ ﺍﹶﺫِﺇ ِﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ ﻲﺘﻌﹾﻛﺭ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺎﻤﻬﹸﻔﱢﻔﺨﻳﻭَ ﹶﻥﺍﹶﺫَﻷﹾﺍ
10
4. memberikan efisiensi penyebutan jalur sanad sebuah hadis sekaligus menunjukkan adanya mutâb’ah dari hadis tersebut
Contohnya:
ﻩﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﻰﻴﺤﻳ
ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ
ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﻢﻴﺸﻫ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ﹸﻥﺎﺒﻴﺷ ﻦﺑ
ﺥﻭﺮﹶﻓ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﺩﺎﻤﺣ ﻦﺑ
ﻲِﺑﹶﺃ ﹶﺔﻤﹶﻠﺳ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ﻮﺑﹶﺃ ِﺮﹾﻜﺑ
ﻦﺑ ﻲِﺑﹶﺃ
ﹶﺔﺒﻴﺷ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﻊﻴِﻛﻭ ﻦﻋ
ﹶﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺡ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ ﺪﻤﺤﻣ
ﻦﺑ ﻰﻨﹶﺜﻤﹾﻟﺍ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪﻤﺤﻣ
ﻦﺑ ٍﺮﹶﻔﻌﺟ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ِﷲﺍﺪﻴﺒﻋ ﻦﺑ
ٍﺫﺎﻌﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
9
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
10
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
ﻲِﺑﹶﺃ ِﻛ
ﹶﻼ ﺎﻤﻫ
ﻦﻋ ﹶﺔﺒﻌﺷ
ﺡ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﻭ
ﻮﺑﹶﺃ ٍﺐﻳﺮﹸﻛ
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻦﻴﺴﺣ
ﻦﺑ ﻲِﻠﻋ
ﻦﻋ ﹶﺓﺪِﺋﺍﺯ
ﱡﻞﹸﻛ ﹶﻻﺆﻫ
ِﺀ ﻦﻋ
ِﻚِﻠﻤﹾﻟﺍِﺪﺒﻋ ِﻦﺑ
ِﺮﻴِﻤﻋ ﻦﻋ
ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍِﺪﺒﻋ ِﻦﺑ
ﻲِﺑﹶﺃ ﹶﺓﺮﹾﻜﺑ
ﻦﻋ ِﻪﻴِﺑﹶﺃ
ِﻦﻋ ﻨﻟﺍ
ﱯ ﻰﱠﻠﺻ
ُﷲﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻞﹾﺜِﻤِﺑ
ِﺚﻳِﺪﺣ ﻲِﺑﹶﺃ
ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ
Adapun hadis yang dimaksud, adalah sebagai berikut :
ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﺪﻴِﻌﺳ ﻦﺑ ﹸﺔﺒﻴﺘﹸﻗ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ ﻮﺑﹶﺃ
ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍِﺪﺒﻋ ﻦﻋ ٍﺮﻴِﻤﻋ ِﻦﺑ ِﻚِﻠﻤﹾﻟﺍِﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﻲِﺑﹶﺃ ﺐﺘﹶﻛ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﺓﺮﹾﻜﺑ ﻲِﺑﹶﺃ ِﻦﺑ
ﺘﹶﻛﻭ ﻪﹶﻟ ﺖﺒ
ِﺽﺎﹶﻗ ﻮﻫﻭ ﹶﺓﺮﹾﻜﺑ ﻲِﺑﹶﺃ ِﻦﺑ ِﷲﺍِﺪﻴﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﹸﻥﺎﺘﺴِﺠِﺴِﺑ
ﹶﻻ ﹾﻥﹶﺃ ﹸﻥﺎﺒﻀﹶﻏ ﺖﻧﹶﺃﻭ ﻦﻴﻨﹾﺛﺍ ﻦﻴﺑ ﻢﹸﻜﺤﺗ
: ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﺖﻌِﻤﺳ ﻲِﻧِﺈﹶﻓ
ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﹶﻻ
ﹶﻏ ﻮﻫﻭ ِﻦﻴﻨﹾﺛﺍ ﻦﻴﺑ ﺪﺣﹶﺃ ﻢﹸﻜﺤﻳ ﹲﻥﺎﺒﻀ
11
.
B. Variasi Jumlah At-tahwîl Dalam Sahîh Muslim