Metodologi Penyusunan Hadis Funsi al-Tahwil dalam sahih Muslim

23

BAB III MENGENAL KITAB SAHIH MUSLIM

A. Metodologi Penyusunan Hadis

Di kalimat terakhir pada bab kedua di atas, penulis telah menyingung apa yang pernah dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Taqrîb al-Tahdzîb, yaitu ia memberi gelar kepada imam Muslim, sebagai imamnya para penulis. Pernyataan tersebut bukanlah tanpa alasan, karena bukti dari perkataan Ibnu Hajar dapat dilihat pada salah satu karya terbesarnya, seperti kitab Sahîh-nya sendiri. Sebuah karya yang dapat dijadikan inspirasi bagi para penulis setelahnya dalam segi metodologi penulisan hadis. Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqi sebagai salah seorang peniliti yang memberikan tahqîq-kan kepada kitab sahihnya mengatakan ”kitab sahih Muslim adalah sebuah kitab Hadis yang belum ada yang menyainginya dari sisi sistimetika, merangkum jalur hadis tanpa menambah ataupun menguranginya dan menjaga perpindahan sanad yang dapat disatukan tanpa ada penambahan sedikitpun dan beliau selalu berhati-hati dalam menjaga kesalahan lafaz dalam periwayatan hadis baik dari segi matan maupun sanad walaupun hanya sehuruf ” 1 Membuka dan membaca awal kitab al-Sahîh, ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembacanya dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain, karena sebelum memulai menulis hadis-hadis yang tersusun sesuai dengan judul bab per-bab, imam Muslim terlebih dahulu menulis abstraksi tentang apa yang 1 Komentar Muhammad Fuad di atas, dapat dilihat pada kata sambutan beliau dalam kitab sahih Muslim yang beliau tahqîq lihat Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, t.t.h, juz 1 h. د akan ia tulis. Isi dari abstraksi sebagaimana yang terlihat di awal kitab pada muqaddimah , bukanlah suatu hal yang akan menggambarkan secara umum isi kitab tersebut, akan tetapi ia memaparkan mengenai pengklasifikasian para periwayat dari jalur sanad yang ia riwayatkan hadisnya. 2 Pemaparan mengenai tingkatan para periwayat oleh imam Muslim, memiliki relefansi jika dilihat dalam konteks sejarah pada masanya. Perang ideologi di interent umat muslim masih hangat-hangatnya, hingga tidak mengherankan jika banyak tersebarnya hadis-hadis palsu yang berisikan tentang keutamaan suatu kelompok tertentu. 3 a. Penamaan Kitab Sahih Muslim Dalam muqaddimah kitab tersebut, sesuai dengan apa yang penulis ketahui, bahwa imam Muslim tidak berikan nama terhadap kitab sahihnya itu. Akan tetapi, di beberapa tempat dari buku sejarah, beliau menyebutkan nama kitab tersebut, terkadang dengan nama al-Musnad dan terkadang pula dengan nama yang lengkap yaitu al-Musnad al-Sahih sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Mizzî dalam Tahzîb al-Kamal. 2 Contohnya seperti dalam muqaddimahnya, ia mengatakan: Setelah hadis-hadis dari kelompok pertama, maka kami akan mengikutkan hadis-hadis yang di dalam sanadnya terdapat beberapa perawi yang tidak memiliki sifat al-hifz dan al-itqân ......., seperti; ‘Ata` ibn al-Sâib, Yâzid ibn Abû Ziyâd dll. Lihat Muslim ibn al-Hajjâj, Sahîh Muslim , Beirut: Dâr al-Fikr, 1992, h. 4 3 Perang antar aliran atau mazhab tertentu,sehingga membuat para pengikutnya menjadi fanatic terhadap kelompok masing adalah salah satu faktor penyebab timbulnya hadis-hadis palsu. Hal itu dikarenakan, mereka ingin menyampaikan bahwa kelompok merekalah yang paling baik dan menyerukan agar orang lain masuk kedalam kelompok mereka, untuk mewujudkan hal tersebut, mereka lalu membuat hadis-hadis palsu yang disandarkan kepada Nabi saw, berkaitan keutamaan kelompok mereka. Selain karena fanatanik kelompok, ada factor-faktor lain penyebab timbulnya hadis palsu, yaitu: membuat hadis-hadis fadâil amâl agar umat mau bertaqarrub kepada Allah, karena kebencian terhadap Islam, ingin mendapat perhatian pemerintah, mencari kekayaan dan ingin tenar. Lihat Mahmûd Tahan, Taisîr Mustalah al-Hadîts Beirut: Dâr al-fikr, t.t.h, h. 76- 77 ﺎﹶﻗ ﹶﻝ ﻦﻴﺴﹸﳊﺍ ﻦﺑ ٍﺪﻤﺤﻣ ﻲِﺴِﺟﺮﺳﺎﹶﳌﺍ : ﺖﻌِﻤﺳ ﻲِﺑﹶﺃ ﻝﻮﹸﻘﻳ : ﺖﻌِﻤﺳ ﺎﻤِﻠﺴﻣ ﻝﻮﹸﻘﻳ : ﺖﹾﻔﻨﺻ ﺍﹶﺬﻫ ﺪﻨﺴﹸﳌﺍ ﺢﻴِﺤﺼﻟﺍ ﻦِﻣ ﹶﻼﹶﺛ ِﺙ ِﺔﹶﺋﺎﻣ ِﻒﹾﻟﹶﺃ ٍﺚﻳِﺪﺣ ٍﺔﻋﻮﻤﺴﻣ 4 Artinya: al-Husain ibn Muhammad al-Mâsarjisî mengatakan bahwa dia telah mendengar bapaknya mengatakan saya telah mendengar Muslim mengatakan al- Musnad al-Sahîh yang saya karang ini terdiri dari tiga ratus ribu hadis yang didengar secara langsung ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻲِّﻜﻣ ﻦﺑ ﻥﺍﺪﺒﻋ : ﺖﻌِﻤﺳ ﺎﻤِﻠﺴﻣ ﻝﻮﹸﻘﻳ : ﺖﺿﺮﻋ ﻲِﺑﺎﺘِﻛ ﹶﺬﻫ ﺍ ﺪﻨﺴﹸﳌﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﻲِﺑﹶﺃ ﹶﺔﻋﺭﺯ ، ﱡﻞﹸﻜﹶﻓ ﺎﻣ ﺭﺎﺷﹶﺃ ﻲﻠﻋ ﻲِﻓ ﺍﹶﺬﻫ ِﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ ﻪﹶﻟ ﹰﺔﻠِﻋ ﻭ ﺳﺒ ﺒﺎ ﻪﺘﹾﻛﺮﺗ 5 Artinya: Makkî ibn ‘Abdân berkata bahwa ia telah mendengar Muslim berkata saya pernah perlihatkan kitab al-Musnad-ku ini kepada Abu Zur‘ah, maka setiap apa yang ia isyaratkan kepada saya dalam kitab ini terdapat hadis-hadis yang memiliki cacat dan sebab-sebab tertentu maka saya tinggalkan Walaupun demikian, nama kitab sahih Muslim adalah nama yang lebih dikenal orang dibandingkan dengan nama kitab al-Musnad al-Sahih. Seperti nama kitab Sahih al-Bukahri lebih dikenal orang dibandingkan dengan nama lengkap kitab tersebut yaitu al-Jâmi‘ al-Musnad al-sahîh al-Mukhtasar min umûri Rasûlillah sallahu `alaihi wa sallam wa sunanihi wa ayyâmihi 6 . b. Ketentuan Dasar Penerimaan Hadis 4 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir dan Husain Ahmad Agha, Beirut: Dar al-Fikr, juz 18 h. 301 5 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 301 6 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, Riyadh : maktabah al-Ma`arif, 1991, cet, 2, h. 97 Masih di dalam muqaddimah-nya, imam Muslim selain mengklasifikasikan hadis sesuai dengan tingkatan para periwayatnya, yang insya Allah akan dibahas pada bagian selanjutanya dari bab ini, beliau juga menulis enam bab yang secara global menurut penulis isinya adalah bentuk peringatan kepada para pembaca untuk benar-benar meneliti orang-orang yang mengaku bahwa hadis-hadis yang diucapkan mereka adalah benar-benar dari Nabi saw. Pada bab pertama, imam Muslim menulis dengan judul bab wajib meriwayatkan hadis yang bersumber dari para periwayat yang telah terkenal kekredibilitasnya atau kesahihannya dan meninggalkan para periwayat pendusta atas Rasulullah saw. Ia mengatakan; ﺐِﺟﺍﻮﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ ،ﱃﺎﻌﺗ ُﷲﺍ ﻚﹶﻘﹶﻓﻭ ،ﻢﹶﻠﻋﺍﻭ ِﺢﻴِﺤﺻ ﻦﻴﺑ ﺰﻴِﻴﻤﺘﻟﺍ ﻑﺮﻋ ٍﺪﺣﹶﺃ ﱢﻞﹸﻛ ﻰﹶﻠﻋ ﻦﻴِﻤِﻬﺘﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﺎﻬﹶﻟ ﻦﻴِﻠِﻗﺎﻨﻟﺍ ِﺕﺎﹶﻘِﺛ ﻭ ﺎﻬِﻤﻴِﻘﺳﻭ ﺕﺎﻳﺍﻭﺮﻟﺍ . ﻑﺮﻋ ﺎﻣ ﱠﻻِﺇ ﺎﻬﻨِﻣ ﻱِﻭﺮﻳ ﹶﻻ ﹾﻥﹶﺃ ﻬﻨِﻣ ﻲِﻘﺘﻨﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﻭ ﻪﻴﹶﻠِﻗﺎﻧ ﻲِﻓ ﺓﺭﺎﺘﺴﻟﺍ ﻭ ِﻪِﺟِﺭﺎﺨﻣ ﹶﺔﺤِﺻ ﻦﻳِﺪِﻧﺎﻌﻤﹾﻟﺍﻭ ِﻢﻬﺘﻟﺍ ِﻞﻫﹶﺃ ﻦﻋ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺎﻣ ﺎ ِﻉﺪِﺒﻟﺍ ِﻞﻫﹶﺃ ﻦِﻣ . Artinya: ”ketahuilah semoga Allah memberikan taufik kepadamu, sesungguhnya wajib kepada semua orang yang belajar hadis mengetahui perbedaan antara sahih dan cacadnya riwayat-riwayat. Keredibilitasa pada periwayatnya agar terhindar dari periwayat yang muttahham. Tidak boleh seorangpun meriwayatkan suatu hadis tanpa ia mengetahui sahihnya tempat periwayatan serta terjaganya yang penukilan dan harus menjauhi orang-orang yang muttaham dan orang-orang yang diancam masuk neraka dari golongan pembuat hadis-hadis palsu.” 7 7 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6 Setelah mengeluarkan pernyataan diatas, beliau mengatakan ”dan adapun dalilnya atas perkataan kami diatas adalah firman Allah ﺎﻳ ﺎﻬﻳﹶﺃ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺍﻮﻨﻣﺁ ﹾﻥِﺇ ﻢﹸﻛَﺀﺎﺟ ﻖِﺳﺎﹶﻓ ٍﺄﺒﻨِﺑ ﺍﻮﻨﻴﺒﺘﹶﻓ ﹾﻥﹶﺃ ﻮﺒﻴِﺼﺗ ﺎﻣﻮﹶﻗ ٍﺔﹶﻟﺎﻬﺠِﺑ ﻮﺤِﺒﺼﺘﹶﻓ ﻰﹶﻠﻋ ﺎﻣ ﻢﺘﹾﻠﻌﹶﻓ ﻦﻴِﻣِﺩﺎﻧ ﳊﺍ ﺕﺍﺮﺠ : 6 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu . ِﻦﺗﹶﺍﺮﻣﺍﻭ ﹲﻞﺟﺮﹶﻓ ِﻦﻴﹶﻠﺟﺭ ﹶﺎﻧﻮﹸﻜﻳ ﻢﹶﻟ ﹾﻥِﺎﹶﻓ ِﳑ ﻦﻤ ﹶﻥﻮﺿﺮﺗ ِﻣ ﻦ ِﺀﺍﺪﻬﺸﻟﺍ ،ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ : 282 Artinya: Jika tidak ada saksi dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai ridhai dari para saksi ﺮﻌﻤِﺑ ﻦﻫﻮﹸﻜِﺴﻣﹶﺄﹶﻓ ﻦﻬﹶﻠﺟﹶﺃ ﻦﻐﹶﻠﺑ ﺍﹶﺫِﺎﹶﻓ ٍﻑﻭﺮﻌﻤِﺑ ﻦﻫﻮﹸﻗِﺭﺎﹶﻓ ﻭﹶﺃ ٍﻑﻭ ﻭ ﺍﻭﺪِﻬﺷﹶﺃ ﻭﹶﺫ ﻱ ٍﻝﺪﻋ ﻢﹸﻜﻨِﻣ ﻕﻼﻄﻟﺍ : 2 Artinya: Apabila mereka para istri yang ditalak telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah kembali kepada mereka dengan baik atau lepasanlah mereka dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu.QS. al-talâq: 2 Kemudian imam Muslim mengatakan ”maka pengambilan dalil dari ayat- ayat yang telah kami sebutkan adalah bahwa berita yang dibawa oleh orang-orang yang dikenal fasik adalah gugur atau tertolak dan persaksian orang-orang yang tidak adil juga ditolak” 8 Tidak hanya dalil al-Qur`an yang ia jadikan dalil tetapi ia juga mengeluarkan hadis-hais Nabi saw sebagai penguat dari pernyataannya di atas, seperti hadis-hadis berikut dibawah ini: ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ِﻝﻮﺳﺭ ﻦﻋ ﻲﻨﻋ ﹶﺙﺪﺣ ﻦﻣ ﺏِﺬﹶﻛ ﻪﻧﹶﺃ ﻱﺮﻳ ٍﺚﻳِﺪﺤِﺑ ﻦﻴِﺑِﺫﺎﹶﻜﻟﺍ ﺪﺣﹶﺃ ﻮﻬﹶﻓ 9 Artinya: Dari Rasulullah saw, berliau bersabda orang berbicara mengatas namakan saya, yang diyakini ia berdusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta Pada bab kedua, beliau membawakan hadis-hadis yang berisikan ancaman bagi orang-orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad, seperti hadis-hadis dibawah ini: 8 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6 9 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6 ﺎﻴِﻠﻋ ﻊِﻤﺳ ﻪﻧﹶﺃ ٍﺵﺍﺮِﺣ ِﻦﺑ ﻲِﻌﺑﺭ ﻦﻋ ﻲِﺿﺭ ُﷲﺍ ﻪﻨﻋ ﺐﹸﻄﺨﻳ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹸﻝﻮﺳﺭ ِﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﹶﻻ ﺍﻮﺑِﺬﹾﻜﺗ ﻲﹶﻠﻋ ﻪﻧِﺈﹶﻓ ﻦﻣ ﺏِﺬﹾﻜﻳ ﻲﹶﻠﻋ ِﺞِﻠﻳ ﺭﺎﻨﻟﺍ 10 Artinya: Ali Ra. Pernah berkhutabah dalam khutbahnya dia berkata: Rasulullah saw telah bersabda janganlah kalian berdusta atas namaku karena orang yang berdusta atas namaku maka akan dilemparkan kedalam api neraka ﱠﻥﹶﺃ ﹶﻝﻮﺳﺭ ِﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ ﺪﻤﻌﺗ ﻲﹶﻠﻋ ﺎﺑِﺬﹶﻛ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﻦِﻣ ِﺭﺎﻨﻟﺍ 11 Artinya: Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka tempat kembalinya adalah di dalam neraka Sekedar untuk menguatkan apa yang telah dipaparkan pada bab pertama dan kedua. Pada bab ketiga ini, imam Muslim membawakan hadis marfu`, mauquf dan maqtu yang mencerikatan larangan untuk meriwayatkan hadis-hadis yang didengar oleh seseorang, tanpa meneliti terlebih dahulu apakah hadis tersebut sahih atau tidak. berikut adalah hadis-hadis yang dimaksud: 10 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 7 11 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 7 ﻦﻋ ﻲِﺑﹶﺃ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﹶﻝﺎﹶﻗ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻰﹶﻔﹶﻛ ِﺀﺮﻤﹾﻟﺎِﺑ ﺎﺑِﺬﹶﻛ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﺙﺪﺤﻳ ﱢﻞﹸﻜِﺑ ﺎﻣ ﻊِﻤﺳ 12 Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata, Rasulullah saw bersabda Cukuplah seseorang disebut sebagai pembohong jika dia menceritakan setiap yang ia dengar ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺮﻤﻋ ﻦﺑ ِﺏﺎﱠﻄﹶﳋﺍ ﻲِﺿﺭ ﻰﹶﻟﺎﻌﺗ ُﷲﺍ ِﺐﺴﺤِﺑ ﻪﻨﻋ ِﺀﺮﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ِﺬﹶﻜﹾﻟﺍ ِﺏ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﺙﺪﺤﻳ ﱢﻞﹸﻜِﺑ ﺎﻣ ﻊِﻤﺳ 13 Artinya: Umar ra. Berkata Cukuplah seseorang disebut sebagai pembohong jika dia menceritakan setiap apa yang ia dengar . ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﺑِﺍ ٍﺐﻫﻭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻲِﻟ ﻚِﻟﺎﻣ ﻢﹶﻠﻋِﺍ ﻪﻧﹶﺃ ﺲﻴﹶﻟ ﻢﹶﻠﺴﻳ ﹲﻞﺟﺭ ﹶﺙﺪﺣ ﱢﻞﹸﻜِﺑ ﺎﻣ ﻊِﻤﺳ ﹶﻻﻭ ﹸﻥﻮﹸﻜﻳ ﺎﻣﺎﻣِﺇ ﺍﺪﺑﹶﺃ ﻮﻫﻭ ﹸﺙﺪﺤﻳ ﱢﻞﹸﻜِﺑ ﺎﻣ ﻊِﻤﺳ 14 Artinya: Ibn Wahab mengatakan, bahwa imam Malik pernah berkata kepadaku ketahuilah sesungguhnya tidak akan selamat seseorang yang mengatakan setiap 12 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8 13 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8 14 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8 apa yang ia dengar dan dia tidak akan menjadi seorang pemimpin selamanya ketika dia mesih tetap suka menceritakan setiap apa yang ia dengar Selain itu juga imam Muslim mewanti-wanti kepada kepada para pembaca kitab sahihnya, agar berhati-hati dalam menerima hadis dari orang-orang yang dianggap lemah. Warning ini ditulisnya pada bab ke empat dalam mukadimahnya Selanjutnya pada bab kelima imam menulis sebuah judul yang menjelaskan bahwa sanad adalah bagian dari agama anna al-Isnad min al-din dan periwayatan harus dari para periwayat yang kredibel, dan untuk mengatakan kekurangan menjarhdari seorang periwayat dalam batas-batas yang masih dalam batas-batas tertentu bukanya hanya boleh hukumnya, bahkan wajib hukumnya dan perbuatan seperti itu bukanlah dinamakan gibah yang diharamkam, justeru hal tersebut dapat menjaga adanya celaan terhadap kemulyaan syariaat. Pernyataan imam Muslim pada bab kelima di atas menurut penulis adalah bentuk pengaminannya terhadap pernyataan-pernyataan para pendahulunya yang mengatakan, bahwa sanad bagian dari agama, seperti Ibnu Sirrin, Tawus, sa`ad ibn Ibrahim, Ibnu Mubarrak dan lain-lain. Berikut ini adalah kutipan dari pernyataan keempat tokoh terbut: ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﻦﻳِﺮﻴِﺳ : ﱠﻥِﺇ ﺍﹶﺬﻫ ﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﻦﻳِﺩ ﺍﻭﺮﹸﻈﻧﺎﹶﻓ ﻦﻤﻋ ﹶﻥﻭﹸﺬﺧﹾﺄﺗ ﻢﹸﻜﻨﻳِﺩ 15 Artinya: Muhammad Ibn Sirin berkata: sesungguhnya sanad adalah bagian dari masalah agama, maka telitilah orang-orang yang hadis mereka kalian terima 15 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 10 ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﺑِﺍ ﻦﻳِﺮﻴِﺳ : ﻢـﹶﻟ ﺍﻮﻧﻮﹸﻜﻳ ﹶﻥﻮﹸﻟﹶﺄﺴﻳ ِﻦﻋ ِﻹﺍ ِﺩﺎﻨﺳ ﺎﻤﹶﻠﹶﻓ ﺖﻌﹶﻗﻭ ﹸﺔﻨﺘِﻔﻟﺍ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ﺍﻮﻤﺳ ﺎﻨﹶﻟ ﹸﻟﺎﺟِﺭ ﻢﹸﻜ ﻴﹶﻓ ﹶﻈﻨ ﺮ ﻰﹶﻟِﺇ ِﻞﻫﹶﺃ ِﺔﻨﺴﻟﺍ ﹸﺬﺧﺆﻴﹶﻓ ﹸﺜﻳِﺪﺣ ﻢﻬ ﺮﹶﻈﻨﻳﻭ ﻰﹶﻟِﺇ ِﻞﻫﹶﺃ ِﻉﺪِﺒﹾﻟﺍ ﹶﻼﹶﻓ ﹸﺬﺧﺆﻳ ﹸﺜﻳِﺪﺣ ﻢﻬ 16 Artinya: Ibn sirin berkata: pada mulanya kaum muslimin tidak menanyakan sanad, namun setelah terjadinya fitnah apabila mendengar hadis mereka selalu mengatakan. Sebutkan kepada kami sanad-sanad kelian. Apabila diperoleh dari Ahlus-sunnah, hadis itu diterima sebagai dalil dalam agama, dan apabila diperoleh dari orang-orang penyebar bid`ah, hadis itu ditolak ِﷲﺍﺪﺒﻋ ﻝﺎﹶﻗ ﻦﺑ ِﻙﺭﺎﺒﻤﹾﻟﺍ ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ِﻹﺍ ﺩﺎﻨﺳ ﻦِﻣ ِﻦﻳﺪﻟﺍ ﹶﻻﻮﹶﻟﻭ ِﻹﺍ ﺩﺎﻨﺳ ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻟ ﻦﻣ َﺀﺎﺷ ﺎﻣ َﺀﺎﺷ 17 Artinya: Abdullah ibn Mubarrak pernah berkata: al-Isnad bagian dari agama, seandainya tidak ada Isnad maka sudah dipastikan seseorang akan mengatakan setiap yang dia ingin Dan pada bab enam dari muqaddimah-nya, imam Muslim menulis judul bab sihah al-Ihtijaj bi al-hadits mu`an`an . Bab ini berisikan pernyataan- 16 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 10 17 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 11 pernyataannya akan kebolehan berhujjah dengan hadis mu`an`an tentunya dengan pernyaratan-persyaratan tertentu dan Masih menurutnya, pernyatan tersebut adalah pernyataan yang disepakati oleh para ahli ilmu periwayatan baik yang klasik maupun yang kontemporer. Sekaligus pada bab ini, ia mengkritik orang- orang yang berseberangan dengan pendapatnya. 18 c. Susunan dan Jumlah Bab Perbab dalam Sahih Muslim Untuk mengetahui secara global isi dari kitab sahih muslim. Penulis mencoba mengutip setiap tema yang terdapat dalam kitab tersebut, sebagaimana yang terlihat pada bagan dibawah berikut: ِإ ْﺳ ُﻢ ِﻜﻟا َﺘ ِبﺎ َر ْﻗ ﻢ ُ ِﻜﻟا َﺘ ِبﺎ ِإ ْﺳ ُﻢ ِﻜﻟا َﺘ ِبﺎ َر ْﻗُﻢ ِﻜﻟا َﺘ ِبﺎ 18 Berikut ini adalah terjemahan dari kritikan beliau terhadap orang-oranh yang berseberangan dengannya. Sesungguhnya setiap perawi yang tsiqah meriwayatkan sebuah dari seseorang yang kwalitasnya sama dengan dia dan ada kemungkinan si perawi bertemu dengan orang dan mendengar langsung dari dia disebabkan mereka berdua hidup sezaman walaupun belum ada informasi yang pasti bahwa mereka pernah berkumpul dan tidak ada juga informasi yang pasti bahwa mereka pernah berbicara secara verbal maka dengan demikian periwayatan tersebut sahih dan berhujah dengan riwayat tersebut adalah harus. Kecuali terdapat petunjuk yang sangat jelas, yang mengindikasikan si perawi tidak pernah bertemu dengan orang tersebut atau dia tidak pernah medengar satu hadis pun dari dia dan masalah lain yang masih samara dan memungkinkan untuk kami bahas jadi kasus periwayatan seperti ini menurut kami adalah periwayatan yang diterima dengan cara mendengarkan langsung, kecuali ada keterangan lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Dan dikatakan kepada orang yang telah membawakan pandangan baru, kami akan memaparkannya untuk ditolak: anda telah mengatakan bahwa hadis ahad yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah yang didapat dari orang yang tsiqah juga adalah bisa dijadikan hujjah dan wajib diamalkan kemudian setelah itu anda mengatakan periwayatan tersebut dapat diterima kecuali dengan syarat kedua orang tersebut pernah ketemu sekali atau lebih atau rawi tersebut pernah mendengar hadis secara langsung dari dia. Apakah anda mendapatkan syarat ini yang anda mensyaratkannya dari seseorang yang harus diikuti ucapannya? Kalau tidak ada lalu mana dalil dari ucapanmu itu.Apabila dia mengaku syarat yang ia tetapkan adalah merupakan kutipan dari ucapan para ulama terdahulu maka mentalah buktinya. Dan sudah tentu dia tidak akan mendapatkan jalannya ataupun orang lain. Selanjutnya jika dia masih tetap mengaku bahwa apa yang ia sangka adalah dalil yang dapat dijadikan hujjah, maka katakan kepada dia, dalil macam seperti apalagi? Apabila dia masih berdalih dengan mengatakan saya mengatakan hal tersebut karena saya telah menemukan riwayat yang diriwayatkan oleh para perawi dulu maupun sekarang yang belum jelas jalur periwayatannya dan perawi tersebut juga belum pernah mendengar lihat Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 21 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﻘﻟﺍ ﺴ ﻣﺎ ﺔ ﻭ ﳌﺍ ُـ ﺤ ِﺭﺎ ِﺑ ﲔ ﻭ ِﻘﻟﺍ ﺼ ِﺹﺎ ﻭ ﺪﻟﺍ ﻳ ﺕﺎ 28 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻹﺍ ﻳﻤ ﻥﺎ 1 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹸﳊﺍ ﺪ ﻭﺩ 29 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﱠﻄﻟﺍ ﻬ ﺭﺎ ﺓ 2 ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﹾﻗ ِﻀ ﻴﺔ 30 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳊﺍ ﻴ ﺾ 3 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹸﻠﻟﺍ ﹶﻘ ﹶﻄ ﺔ 31 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺼﻟﺍ ﹶﻼ ﺓ 4 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﳉﺍ ﻬ ﺩﺎ ﻭ ﺴﻟﺍ ﻴﺮ 32 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳌﺍ ﺴ ِﺟﺎ ِﺪ ﻭ ﻣﻮ ِﺿﺍ ِﻊ ﺼﻟﺍ ﹶﻼ ﺓ 5 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻹﺍ ﻣ ﺭﺎ ﺓ 33 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺻ ﹶﻼ ِﺓ ﳌﺍ ُـ ﺴ ِﻓﺎ ﺮ ﻭﹶﻗ ﺼ ِﺮﻫ ﺎ 6 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺼﻟﺍ ﻴﺪ ﻭ ﱠﺬﻟﺍ ﺑِﺋﺎ ﺢ 34 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹸﳉﺍ ﻤﻌ ﺔ 7 ﻭﻣ ﺎ ﻳ ﺆ ﹶﻛ ﹸﻞ ِﻣ ﻦ ﹾﻟﺍ ﺤ ﻴﻮ ﻥﺍ ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﺿ ِﺣﺎ ﻲ 35 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺻ ﹶﻼ ِﺓ ِﻌﻟﺍ ﻴﺪ ﻳﻦ 8 ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﺷ ِﺮﺑ ﺔ 36 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺻ ﹶﻼ ﺓ ِﻹﺍ ﺳِﺘ ﺴ ﹶﻘ ﺀﺎ 9 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﱢﻠﻟﺍ ﺒ ﺱﺎ ﻭ ﺰﻟﺍ ﻳﻨﺔ 37 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹸﻜﻟﺍ ﺴ ﻮ ﻑ 10 ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﺩ ﺏﺍ 38 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳉﺍ ﻨِﺋﺎ ﺰ 11 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺴﻟﺍ ﹶﻼ ﻡ 39 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺰﻟﺍ ﹶﻛ ﺓﺎ 12 ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﹾﻟﹶﻔ ﻅﺎ ﺏﺩَﻷﺍ ﻦِﻣ ﺎﻫِﺮﻴﹶﻏ ﻭ 40 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺼﻟﺍ ﻴﻡﺎ 13 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺸﻟﺍ ﻌﺮ 41 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻹﺍ ﻋِﺘ ﹶﻘ ﻑﺎ 14 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺮﻟﺍ ﺅﻳ ﺎ 42 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳊﺍ ﺞ 15 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﻔﻟﺍ ﻀ ِﺋﺎ ِﻞ 43 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﻨﻟﺍ ﹶﻜ ﺡﺎ 16 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﻓ ﻀ ِﺋﺎ ِﻞ ﺼﻟﺍ ﺤ ﺑﺎِﺔ 44 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﻟﺍﺮ ﺿ ﻉﺎ 17 ﺭ ِﺿ ﻲ ُﷲﺍ ﻋﻨ ﻬ ﻢ ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﺒﻟﺍ ﺮ ﻭ ﺼﻟﺍ ﹶﻼ ﺓ ﺩﻵﺍﻭ ﺍ ﺏ 45 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﱠﻄﻟﺍ ﹶﻼ ﻕ 18 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﻘﻟﺍ ﺪ ﺭ 46 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﱢﻠﻟﺍ ﻌ ﻦ 19 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻌﻟﺍ ﹾﻠﻢ 47 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻌﻟﺍ ﺘﻖ 20 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﺬﻟﺍ ﹾﻛ ﺮ ﺪﻟﺍﻭ ﻋ ﺀﺎ ﻭ ﺘﻟﺍ ﻮﺑ ﺔ ﻭ ِﻹﺍ ﺳِﺘ ﻐﹶﻔ ﺭﺎ 48 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺒﻟﺍﻴ ﻉﻮ 21 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺘﻟﺍ ﻮﺑ ﺔ 49 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳌﺍ ﺴ ﹶﻗﺎ ﺔ 22 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﺻ ﹶﻔ ِﺕﺎ ﹸﳌﺍﻨ ِﻓﺎ ﻖ ﻭﹶﺃ ﺣ ﹶﻜ ِﻣﺎ ِﻬ ﻢ 50 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﻔﻟﺍ ﺮِﺋﺍ ﺾ 23 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﹶﳉﺍ ﻨِﺔ ﻭ ِﺻ ﹶﻔِﺔ 51 ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﳍﺍﺒ ﺕﺎ 24 ﻧِﻌﻴ ِﻤ ﻬﺎ ﻭﹶﺃ ﻫِﻠ ﻬﺎ ِﻛﺘ ﺏﺎ ِﻔﻟﺍ ﺘﻦ ﻭ ﹶﺃﺷ ﺮ ِﻁﺍ ﺴﻟﺍ ﻋﺎ ﺔ 52 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﻮﻟﺍ ِﺻ ﻴﺔ 25 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺰﻟﺍ ﻫ ﺪ ﻭ ﺮﻟﺍ ﹶﻗِﺋﺎ ﻖ 53 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﻨﻟﺍ ﹶﺬ ﺭ 26 ِﻛﺘ ﺏﺎ ﺮﻴِﺴﹾﻔﺘﻟﺍ 54 ِﻛﺘ ﺏﺎ َﻷﺍ ﻳﻤ ﻥﺎ 27 Jika dilihat dari susunan kitab perkitab bukan berarti buku yang terdapat dalam kitabnya, maka sahih muslim termasuk dalam klasifikasi kitab, yang diberi nama dengan al-Jawâmi`.sebagaimana beberapa kitab yang digolongkan dalam kategori al-Jawâmi` seperti: Jâmi‘ al-Razâq, Jâmi‘ al-Tsurî, Jâmi‘ al-Tirmizî dan lain-lain. 19 Sedangkan dimaksud dengan al-jâmi` di sini adalah setiap kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis sesuai dengan berbagai macam tema yang terdapat didalamnya 20 , dengan kata lain, al-jâmi` tidak hanya memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan salah satu cabang ilmu dalam Islam, seperti Akidah, Hukum, tata krama,tafsir sejarah dan lain-lain 21 . 19 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, Riyadh : maktabah al- Ma`arif, 1991 cet, 2, h. 97 20 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h. 97 21 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h. 97

B. Pandangan Para Ulama Mengenai Hadis-Hadis Yang Terdapat Dalam Kitab Sahih Muslim