15
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaraan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah adalah
bagaimana membangun dan menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan pembangunan pemerintahan yaitu
mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan
pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahan legitimasi, pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan
jaman. Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah: Pertama: Perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh
masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa
kemauannya. Kedua: Pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat communuty development sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya
harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pemerintah yang
16 efektif adalah pemerintahan yang mampu melibatkan rakyat dalam proses
kebijakkan publik dan menjadikan rakyat sebagai subjek dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 150 yaitu dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah ini disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu
bentuk kesatuan sistem perencanaan nasional. Hal ini juga terdapat pada Undang- Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
pasal 33 yaitu: 1.
Kepala daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah di daerahnya.
2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, kepala
daerah di bantu oleh kepala Bappeda. 3.
Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi perencanaan pembangunan antar kabupatenkota. Menurut undang-undang ini adalah Bappeda mempunyai peranan yang
penting di dalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan daerah yang direncanakan oleh Bappeda di mulai dari tingkat desakelurahan, kecamatan,
kabupaten dan kota hingga tingkat provinsi melalui Musrembang Musyawarah perencanaan pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan daerah ini
diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi pembangunan daerahnya.
17 Dengan cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat
banyak, sehingga pembangunan yang di laksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku dalam
pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah
yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan
dilaksanakan. Dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukannya partisipasi
masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu, Sehingga perencanaan daerah harus dilakukan
dengan model dari bawah battom-up planning atau yang disebut sebagai perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang
bertujuan melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat baik langsung maupun tiak langsung. Akan tetapi pada kenyataannya
perencanaan itu sendiri masih banyak dilakukan dari atas top-down planning. Demikian halnya dengan desa, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat
dalam merencanakan program-program pembangunan. Masyarakat dibina dan dibimbing untuk menyusun rencana program-program pembangunan. Akan tetapi
kesadaran masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan masih sangat kurang. Tidak tahu pasti, apakah di karenakan kurangnya dukungan
dari atas ataukah masyarakat sendiri yang tidak mau berpartisipasi. Dari informasi yang didapat, penulis melihat bahwa masih kurangnya masyarakat yang mau
berpartisipasi dalam merencanakan pogram-program pembangunan. Butuhnya
18 seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi dan mengajak masyarakatnya untuk
berpartisipasi dalam merencanakan program-program pembangunan. Dengan adanya dukungan dari atas, masyarakat akan tergerak untuk
berperanserta dalam perencanaan pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Dari pandangan tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat mau
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan memerlukan adanya rangsangan dari atas, dalam hal ini seorang kepala Desa. Sangat diharapkannya seorang
pemimpin yang mampu untuk berperan aktif mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi. Perlunya seorang pemimpin yang demokratis agar mau
membimbing, menggerakkan masyarakatnya dan mampu bertanggung jawab serta bekerjasama dalam membangun dan menata kembali daerahnya dengan tujuan
yang telah di tetapkan. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian
ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh gaya kepemimpinan kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah