14
B. Perumusan Masalah
Dengan terus berkembangnya sistem administrasi perpajakan yang merupakan dampak dari kemajuan teknologi yang diharapkan dapat terjadi
perubahan yang akan berpengaruh peningkatan penerimaan pajak. Dengan adanya sistem pembayaran online PBB diharapkan dapat mempermudah
masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran pajak terutang.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat suatu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah reformasi administrasi perpajakan
melaui payment online system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh bukti empiris tentang besarnya pengaruh reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system terhadap
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya yaitu:
a. Bagi Wajib Pajak Sebagai bahan pengetahuan lebih mendalam mengenai teknologi yang
berkembang dan sudah mulai diterapkan, dimana kontribusinya pihak wajib pajak dapat mengetahui tujuan dari perkembangan teknologi yang
ada.
15 b. Bagi Kantor Pajak
Sebagai bahan pengetahuan akademik sehingga dapat dijadikan suatu pegangan dalam menggambarkan pengaruh sistem payment online
system menurut persepsi wajib pajak. c. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar pada program study sehingga dapat diterapkan di lapangan dan
untuk menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang.
d. Bagi Penulis Menggali ilmu pengetahuan dan menguji pengetahuan yang didapat
selama belajar di perguruan tinggi untuk dapat diaplikasikan dalam menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai hasil
yang diharapkan, dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh tidak hanya dari segi ilmu akuntansi pajak saja tetapi bagaimana seberapa
besar mengetahui penggunaan teknologi yang ada berguna bagi masyarakat.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pajak
1. Pengertian pajak
Menurut Anggara 2010:174, Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam menghasilkan pendapatan daerah. Masalah yang tengah
dihadapi oleh pemerintah daerah adalah lemahnya kemampuan pendapatan daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan belanja pembangunan
daerah yang setiap tahunnya semakin meningkat. Menurut waluyo 2007:2, Pajak merupakan penerimaan negara
yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional. Dibawah ini merupakan
definisi pajak sebagai berikut: “Iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
”. Menurut Soemitro 2009:1, pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut S.I Djajadiningrat dalam Resmi 2009:1, pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang
17 disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Menurut Dr. Feldman dalam Resmi 2009:2, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya
kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum.
Jadi pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan rakyat kepada Negara menurut peraturan-peraturan umum undang-undang yang tidak
mendapatkan balas jasa secara langsung untuk membiayai pengeluaran rutin Negara yang tak lain juga diperuntukkan untuk kesejahteraan umum.
2. Fungsi pajak
Menurut Mardiasmo 2009:2 fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam 2 dua fungsi, yaitu:
a. Fungsi Budgetair sumber dana bagi pemerintah fungsi ini bertujuan untuk memasukan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-
banyaknya antara lain mengisi anggaran pendapatan dan belanja Negara APBN sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan,
sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai.
18 b. Fungsi Regulerend mengatur fungsi pajak yang secara tidak langsung
dapat mengatur dan menggerakan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang
demikian maka dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi.
Menurut Resmi 2009:3, terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulared pengatur:
a. Fungsi budgetair Sumber Keuangan Negara Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai Sumber Keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti: Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah PPnBM, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan lain-lain. b. Fungsi Regulered Pengatur
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social
dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
19 Berdasarkan fungsi pajak diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi regulerend yaitu bersifat mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
3. Sistem Perpajakan
Menurut Resmi, 2009:11, System perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh
wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara, system pemungutan pajak dapat
dibedakan atas:
a. Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemungut pajak fiskus untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar pajak yang terutang oleh seseorang.contoh : Pajak bumi dan bangunan PBB dan BPHTB
b. Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang peenuh kepada wajib pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.contoh: pajak penghasilan PPH
c. Withholding System adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong besarnya pajak
yang terutang.
20 Adapun dengan adanya sistem perpajakan di Indonesia
akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana
akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak
untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit akan berdampak pada penurunan tingkat
kepatuhan wajib pajak. Di Indonesia, menerapkan keiga sistem tersebut. Official assessment
system diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya
PBB yang terhutang setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
Terutang SPPT yang dikeluarkan oleh KPP dimana tempat objek pajak tersebut terdaftar.
Sedangkan Self assessment sistem contohnya diterapkan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh baik untuk Wajib Pajak Badan maupun
Wajib Pajak Orang Pribadi dan SPT masa PPN, sementara withholding tax system diterapkan dalam mekanisme pemotonganpemungutan sesuai PPH
Pasal 21, PPH Pasal 22, PPH Pasal 23, PPH Pasal 26, PPH Pasal 4 ayat 2, PPH Pasal 15 dan PPN Fauzia, 2009.
21
4. Pengelompokan Pajak
Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo dalam Rapina et al 2012:7 dibagi menjadi 3 bagian yaitu: menurut golongannya, sifatnya, dan
lembaga pemungutnya. 1. Pengelompokkan pajak menurut golongannya:
a. Pajak Langsung Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Pengelompokkan pajak menurut sifatntya:
a. Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif
Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
22 3. Pengelompokkan pajak menurut lembaga pemungutnya:
a. Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai. b. Pajak Daerah