PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.

(1)

PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(Studi kasus di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

SKRIPSI

Disusun Oleh : PUTRI YUDHA NIRWANA

0713010079/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN

PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN

WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN

PENERIMAAN PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN

(Studi kasus di wilayah Desa Sedengan mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

Dianjukan Oleh:

Putri Yudha Nirwana

0713010079/FE/EA

Telah disetujui untuk lisan oleh:

Pembimbing Utama

DRA.EC.Rr. Dyah Ratnawati, MM NIP.196702131991032001

Tanggal ………/………/………

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” JAwa Timur

Drs. E.c. RA. Suwaidi, MS. NIP. 19600 330 1986031 003


(3)

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN

PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK

TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN

(Studi kasus di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

Disusun oleh :

PUTRI YUDHA NIRWANA 0713010079/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 24 Februari 2012

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama

Ketua

Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi Dra. Ec. Rr Dyah Ratnawati.MM

NIP.196702131991032001

Sekretaris

Rina Mustika, SE. MM

Anggota

Dra. Ec. Rr Dyah Ratnawati. MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi


(4)

Hal

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI………..……iv

DAFTAR TABEL………ix

DAFTAR GAMBAR……….xi

DAFTAR LAMPIRAN………xii

ABSTRAKSI………xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Rumusan Masalah...7

1.3. Tujuan Penelitian...7

1.4. Manfaat Penelitian...8

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANG MODEL…9 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu...9

2.2. Landasan Teori...14

2.2.1. Keuangan Daerah...14

2.2.2. Pajak……...17

2.2.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak………22


(5)

2.2.4.2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan………27

2.2.4.3. Sifat Pajak Bumi dan Bangunan………...…27

2.2.4.4. Ketentuan Umum………..28

2.2.4.5. Subjek Pajak……….30

2.2.4.6. Tarif Pajak……….30

2.2.4.7. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak...31

2.2.4.8. Tahun Pajak Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang………..………..31

2.2.5. Pemahaman akan Undang-Undang Perpajakan…...………..32

2.2.6. Kesadaran Wajib Pajak membayar Pajak………...33

2.2.7. Kepatuhan Wajib Pajak………...…………34

2.2.8. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang Undang-undang dan Peraturan Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan……….36

2.2.9. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan…...……….37

2.2.10. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan……….38

2.3. Kerangka Pikir………..………40

2.3.1. Diagram Kerangka Pikir………….………...41


(6)

BAB III METODE PENELITIAN...41

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...41

3.1.1. Definisi Operasional...42

3.1.2. Pengukuran Variabel...45

3.2. Teknik Penentuan Sampel...48

3.2.1. Populasi...48

3.2.2. Sampel...49

3.3. Teknik Pengumpulan Data...50

3.3.1. Jenis dan Sumber Data... ...50

3.3.2. Metode Pengumpulan Data...50

3.4. Uji Kualitas Data………...51

3.4.1. Uji Validitas...52

3.4.2. Uji Reliabilitas….……….…………..52

3.4.3. Uji Normalitas...53

3.5. Uji Asumsi Klasik...53

3.6. Teknik Analisis ...56

3.7. Uji Hipotesis...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...60

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...60

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Sedengan Mijen...60


(7)

4.1.2. Struktur Organisasi………...….61

4.1.3. Job Description………..…62

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……….…..64

4.2.1. Deskripsi Identitas Responden………64

4.2.1.1. Jenis Kelamin………..……64

4.2.1.2. Umur………...……65

4.2.1.3. Pekerjaan……….66

4.2.1.4. Pendidikan………...67

4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden………....68

4.2.2.1. Pemahaman Wajib Pajak (X1)……….68

4.2.2.2. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)…………69

4.2.2.3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)……….70

4.2.2.4. Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)………72

4.3. Uji Kualitas……….73

4.3.1. Uji Validitas………73

4.3.2. Uji Reliabilitas……….76

4.3.3. Uji Normalitas……….77

4.4. Uji Asumsi Klasik……….78

4.4.1. Multikolinieritas………78

4.4.2. Heteroskedastisitas………..79

4.5. Analisis Regresi Linier Berganda………80


(8)

4.5.2.1. Uji Kecocokan Model (Uji F)……….…83

4.5.2.2. Uji Pengaruh (Uji t)………...84

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian………..86

4.7. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian...89

4.8. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu……….90

4.9. Keterbatasan Penelitian………92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...93

4.1. Kesimpulan...93

4.2. Saran………93

DAFTAR PUSTAKA KUISIONER


(9)

No

Tabel Hal

1.1. Data penerimaan PBB di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian

Sidoarjo...4

2.1. Persamaan Dan Perbedaan Pada Penelitian Terdahulu Dengan

Penelitian Sekarang Tujuan Penelitian...13

4.1. Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………65

4.2. Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan Umur……….65

4.3. Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan………...66

4.4. Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan………67

4.5. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Pemahaman Wajib

Pajak………68

4.6. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak………...69

4.7. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kepatuhan Wajib

Pajak………71

4.8. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Keberhasilan

Penerimaan PBB………...72

4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Wajib Pajak………...73

4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak…...74


(10)

4.13. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian………76

4.14. Hasil Uji Normalitas………77

4.15. Hasil Uji Multikolinieritas………...79

4.16. Hasil Uji Heteroskedastisitas………...80

4.17. Hasil Estimasi Koefisien Regresi………81

4.18. Hasil Uji F...83

4.19. Nilai Koefisien Determinasi (R Square)………..…84

4.20. Hasil Uji t...85

4.21. Rangkuman Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang Dilakukan Sekarang………..91


(11)

No

Tabel Hal

2.1. Kerangka Pikir………...40


(12)

TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(Studi Kasus Di Wilayah Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

Putri Yudha Nirwana

ABSTRAK

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber pembiayaan daerah dengan jumlah wajib pajak terbesar dibandingkan dengan pajak-pajak lainnya, dan merupakan satu-satunya pajak property di Indonesia yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Akan tetapi di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo pada tahun 2006 hingga 2010, terjadi kenaikan dan penurunan jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Responden penelitian adalah wajib pajak rumahan (wajib pajak orang pribadi) di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak serta kepatuhan wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo.

Key Word : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,

Kepatuhan Wajib Pajak, Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemerintah dalam menjalankan tugasnya dan melakukan pembangunan,

pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan

dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa hasil

kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk iuran masyarakat

adalah pajak. Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran

yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan

pengeluaran pemerintahan. (Supadmi, 2006)

Pajak merupahkan iuran wajib yang diberikan rakyat kepada pemerintah.

Pajak mempunyai fungsi yaitu fungsi Penerimaan (Budgetair) yaitu Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan fungsi Mengatur (Regulator) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang

sosial dan ekonomi. (Sholicha & Istiqomah, 2005)

Saat ini pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri

Indonesia. Sebagian besar sumber penerimaan negara yang tertuang dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Mengingat

begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat


(14)

penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi

peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya self

assesment system. (Muliari dan Setiawan, 2009)

Sistem self assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang

tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem

tersebut. Harahap (2004:43) menyatakan bahwa dianutnya sistem self assessment

membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat

untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung

sistem self assessment. Wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan

melaporkan pajak tersebut. (Muliari dan Setiawan, 2009)

Reformasi pajak sebenarnya lebih diarahkan pada upaya untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak, terutama dalam hal pembayaran pajak.

Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar dalam nominal

besar melainkan wajib pajak yang mengerti dan mematuhi hak dan kewajiban

dalam bidang perpajakan serta telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Pemerintah pun telah berusaha keras untuk meningkatkan kesadaran masyarakat


(15)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak baru yang mulai berlaku pada

tanggal 1 januari1986 berdasarkan UU No 12 tahun 1985. UU ini diubah dengan

UU No 12 tahun 1994 yang mulai berlaku terhitung 1 januari 1995. Pajak Bumi

dan Bangunan bermaksud mengenahkan pajak atas Bumi dan Bangunan. Pasal 1

UU Pajak Bumi dan Bangunan. Bumi adalah permukaan bumi (perairan) dan

tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah teknik yang

ditanam atau diletakkan secara tepat pada tanah dan atau perairan yang

diperuntuhkan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha, atau tempat yang

dapat diusahakan. (Sholichah & Istiqomah, 2005)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenahkan atas harta tak

bergerak. Yang dipentingkan adalah obyeknya, maka status orang atau badan

yang dijadihkan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan disebut sebagai pajak obyektif yang dipungut dengan

surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap tahun dikeluarkan.

(Soemitro dan Muttaqin, 2001).

Pajak bumi dan bangunan memberikan peranan penting sebagai sumber

pembiayaan daerah. Pajak bumi dan bangunan merupahkan salah satu sumber

penerimaan negara yang telah diundangkan dan telah mengalami beberapa


(16)

Pajak Bumi dan Bangunan merupahkan Wajib Pajak (WP) terbesar

dibandingkan dengan pajak-pajak lainnya dan merupahkan satu-satunya pajak

property di Indonesia yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun

kenyataanya, tidak menutup kemungkinan dapat mengalami penurunan yaitu

seperti yang ada pada Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo.

Tabel 1.1.

Data penerimaan PBB di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo

N o Tahu n Pokok Ketetapan PBB (RP) Realisasi Penerimaan PBB (Rp) Selisih Pokok Ketetapan PBB dengan Realisasi Penerimaan PBB Presenta se (%) Obyek Pajak (Targe) Objek Pajak (Reali sasi) Selisih Obyek pajak (Target) dengan Obyek Pajak (Realisasi) Present ase (%)

1 2006 44.786.727 25.696.549 19.090.178 57,37 % 1189 697 492 58,62%

2 2007 59.423.337 46.884.243 12.539.094 78,90% 1347 901 446 66,89%

3 2008 70.289.833 51.762.598 18.527.235 73,64% 1217 922 295 75,76%

4 2009 72.482.128 47.706.428 24.775.700 65,82% 1242 899 343 72,38%

5 2010 101.550.689 81.676.736 71.521.668 80,43% 1477 1195 282 80,90%

Sumber: Kantor Kecamatan Krian Sidoarjo

Berdasarkan tabel 1.1. di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian

Sidoarjo dapat dijelaskan bahwa presentase realisasi penerimaan PBB tahun 2006

dan tahun 2007 mengalami peningkatan yang tinggi. Peningkatan ini disebabkan

banyak wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak karena pada tahun ini

petugas pajak melakukan pemberitahuan pajak terutang kepada wajib pajak


(17)

perbandingan antara rencana dengan realisasi pada tahun 2006 dan tahun 2007

mencapai nilai sebesar 21,53 %.

Pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan

presentase dari perbandingan antara rencana dengan realisasi pada tahun 2008 dan

2009 mencapai nilai sebesar 7,82 %. Penurunan di karenahkan banyak wajib pajak

yang mempunyai tanah di sekitar daerah yang akan dibangun Perumahan Griya

Krian Resident tidak membayar pajak dikarenahkan pada tahun itu di desa

Sedengan Mijen mau dibangun Perumahan Griya Krian Resident sehingga pihak

perumahan mau membeli tanah di sekitar daerah yang dibangun Perumahan.

Karena warga yang merasa tanahnya akan dibeli oleh pihak Perumahan Griya

Krian Resident sehingga hampir semua warga yang memiliki tanah di sekitar

Perumahan itu tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Hal ini

mengakibatkan realisasi penerimaan pajak menurun.

Penerimaan pajak pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup

tinggi. Kenaikan presentase dari perbandingan antara rencana dengan realisasi

pada tahun 2009 dan 2010 mencapai nilai sebesar 14,61 %. Kenaikan ini

disebabkan karena banyak waib pajak yang membayar tunggakan pajak pada

tahun sebelumnya sehingga mengakibatkan meningkatnya realisasi objek pajak

dan realisasi penerimaan pajak meningkat.

Pada tahun 2009 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami

penurunan yang cukup tinggi, hal ini pemahaman Wajib Pajak atas ketentuan

maupun peraturan perpajakan yang berlaku sangat penting sehingga wajib pajak


(18)

pajak yaitu PBB, selain itu pemahaman dan kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak

mengenai perpajakan, kepatuhan Wajib Pajak juga harus diperhatikan oleh

segenap pihak instansi yaitu kantor pelayan pajak dalam proses pembayaran atau

pelunasan pajak serta pelayan petugas pajak juga perlu diperhatikan.

(Supriyati & Hidayati, 2008)

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka perlu diperhatikan

pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, serta kepatuhan Wajib Pajak

yang merupahkan factor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dalam penelitian ini alasan saya memilih Desa

Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo adalah karena pada desa ini banyak

wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya dalam membayar pajak Bumi

dan Bangunan sehingga penerimaan PBB Di Desa Sedengan Mijen Kecamatan

Krian Sidoarjo sedikit, serta alasan saya memilih judul ini karena karena saya

ingin mengetahui faktor-faktor yang menjadi pengaruh penerimaan PBB.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan

penelitian dalam judul “ Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan “ (Studi Kasus di Wilayah Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diasumsikan sebelumnya

maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah tingkat Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen Kecamatan

Krian Sidoarjo.

2. Apakah tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh terhadap

Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen

Kecamatan Krian Sidoarjo.

3. Apakah tingkat Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen Kecamatan

Krian Sidoarjo.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk membuktikan adanya pengaruh antara tingkat Pemahaman Wajib Pajak

terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa

Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo.

2. Untuk membuktikan adanya pengaruh antara Kesadaran Perpajakan Wajib

Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa


(20)

3. Untuk membuktikan adanya pengaruh antara Kepatuhan Wajib Pajak terhadap

Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Sedengan Mijen

Kecamatan Krian Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan

Dapat memberikan informasi tentang indikator-indikator yang mempengaruhi

keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. Khususnya adalah bagaimana

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, serta Kepatuhan

Wajib pajak.

b. Bagi Wajib Pajak

Memberikan dasar yang kuat bahwa pemahaman yang diberikan oleh

pemerintah pada Wajib Pajak mutlak diperluhkan dalam rangka untuk

meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan pemahaman, Kesadaran

dan Kepatuhan Wajib Pajak.

c..Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah

diperoleh selama masa studi dan untuk memperoleh pengalaman dalam


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan, (2009)

a. Judul

Pengaruh Persepsi tentang sanksi Perpajakan dan Kesadaran Waib Pajak

Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pribadi di Kantor Pelayan Pajak Pratama

Denpasar Timur.

b. Rumusan Masalah

1). Apakah persepsi tentang sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan

pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Denpasar Timur?

2). Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan pelaporan

wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar

Timur?

c. Hipotesis

1). Diduga persepsi tentang sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan

pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Denpasar Timur?

2). Diduga kesadaran wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan pelaporan

wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar


(22)

d.Kesimpulan

1). Persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak

orang pribadi.

2). Kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.

2. Mu’Minatus Sholichah dan Istiqomah (2005)

a. Judul

Perilaku Wajib Pajak terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik.

b. Rumusan Masalah

1). Apakah ada pengaruh tingkat kesadaran Wajib Pajak, Tingkat

pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak secara simultan

berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten

Gresik?

2). Apakah ada pengaruh tingkat kesadaran Wajib Pajak, Tingkat

pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak secara simultan

berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten


(23)

c. Hipotesis

1). Diduga tingkat kesadaran Wajib Pajak, Tingkat pemahaman Wajib Pajak

dan kemampuan Wajib Pajak secara simultan berpengaruh terhadap

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik?

2). Diduga tingkat kesadaran Wajib Pajak, Tingkat pemahaman Wajib Pajak

dan kemampuan Wajib Pajak secara parsial berpengaruh terhadap

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik?

d. Kesimpulan

1). Terbukti kebenarannya yang ditunjukan oleh Fhitung lebih besar Ftabel yaitu

4,651 lebih besar 2,790 dengan demikian tingkat kesadaran wajib

pajak,Tingkat pemahaman Wajib Pajak dan Tingkat Kemampuan Wajib

Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan.

3. Supriyati dan Nur Hidayati (2008)

a. Judul

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak.

b. Rumusan Masalah

1.) Apakah pengetahuan tentang pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak?

2). Apakah Persepsi terhadap petugas pajak memiliki pengaruh terhadap


(24)

3). Apakah Persepsi terhadap kriteria Wajib Pajak patuh memiliki pengaruh

terhadap kepatuhan Wajib?

c. Hipotesis

1). Diduga pengetahuan tentang pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

2). Persepsi terhadap petugas pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

3). Persepsi terhadap kriteria Wajib Pajak patuh memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan Wajib.

d. Kesimpulan

1). Dari hasil pengujian, terlihat bahwa hanya variabel pengetahuan tentang

pajak yang memiliki pengeruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2). Hasil pengujian menunjukan bahwa persepsi Wajib Pajak terhadap tugas

pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3). Hasil pengujian ini menunjukan bahwa persepsi Wajib Pajak terhadap

kriterian Wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan


(25)

Tabel 2.1. : Persamaan Dan Perbedaan Pada Penelitian Terdahulu Dengan

Penelitian Sekarang

No NAMA PENELITI

JUDUL VARIABEL

1. Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan, (2009)

Pengaruh Persepsi tentang sanksi Perpajakan dan Kesadaran Waib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pribadi di Kantor Pelayan Pajak Pratama Denpasar Timur

Persepsi tentang sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak dan Kepatuhan pelaporan Wajib Pajak pribadi.

2 Mu’Minat us Sholichah dan Istiqomah (2005) a

Perilaku Wajib Pajak

terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik.

Perilaku Wajib Pajak, Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

3 Supriyati dan Nur Hidayati

(2008)

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Pengetahuan Pajak, Persepsi Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak. 4 Putri Yudha Nirwana (2011) Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan “ (Studi Kasus di Wilayah Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo).

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.


(26)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Keuangan Daerah

Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Penyelenggaraan tugas oleh Pemerintah Pusat yang dilaksahnakan oleh perangkat

Daerah dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(Bratakusumah, 2001:172)

Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi

(Bratakusumah, 2001:172-174) adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu :

Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang

diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Lainnya yang Dipisahkan dan


(27)

2. Dana Perimbangan terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil

Adalah bagian Daerah yang Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan penerimaan Sumber

Daya Alam (SDA).

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

3. Pinjaman Daerah.

4. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

yang dipisahkan.

5. Lain-lain Penerimaan yang sah.

Lain-lain penerimaan yang sah antara lain Hibah, Dana Darurat, dan

penerimaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dana Perimbangan merupahkan sumber pembiayaan yang berasal dari

bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan atas Hak Tanah dan

Bangunan, dan Penerimaan dari sumber daya alam, serta dana alokasi umum dan

alokasi khusus. Dana Perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

mengigat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan

melengkapi. (Bratakusumah, 2001, 167).

Penerimaan Negara yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat dan 90 % untuk daerah.


(28)

imbangan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk daerah. Penerimaan

Negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan

sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80%

untuk Pemerintah Daerah. ( Bratakusumah, 2001:176-178 )

Pinjaman Daerah dari dalam Negeri bersumber dari Pemerintah Pusat,

Lembaga Keuangan Bukan Bank, Masyarakat, dan Sumber lainnya diberitahukan

kepada Pemerintah dan mengikuti ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku. (Bratakusumah, 2001:191).

Pinjaman Daerah dari luar negeri dapat berupa pinjaman Bilateral atau

pinjaman Multilateral. Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar Negeri harus

memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah Pusat.

(Bratakusumah, 2001:192)

Dana Alokasi Umum dimaksudkan untuk menjaga pemerataan kemampuan

keuanganantar daerah dan untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam

rangka pelaksanaan Desentralisasi, sedangkan Dana Alokasi Khusus dialokasikan

untuk membantu pembiayaan tertentu.

Pajak dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan Undang-Undang penentuan

tarif dan tata cara pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan

peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Nomor 34 tahun

2000. Jenis pungutan untuk Retribusi mempunyai pengertian lain dibandingkan

dengan pajak Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan


(29)

untuk mendapatkan prestasi dari pemerintah,misalnya pembayaran uang kuliah,

karcis masuk terminal, dan kartu langganan. (Waluyo dan IIyas, 2002:09)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditetapkan dengan

peraturan daerah paling lambat satu bulan setelah Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) ditetapkan. Perubahan Anggaran dan Belanja Daerah

ditetapkan dengan peraturan daerah selambat-lambatnya tiga bulan sebelum

berakhirnya tahun anggaran. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah paling lambat tiga bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. (Bratakusumah, 2001:205)

2.2.2. Pajak

Ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak sudah ada sejak zaman dahulu,

walaupun pada saat itu belum dinamakan “pajak”, namun masih merupahkan

pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada rajanya. Perkembangan

selanjutnya pemberian tersebut menjadi upeti yang sifat pemberiannya dipaksakan

dalam artian bahwa pemberian tersebut bersifat “wajib” dan ditetapkan secara

sepihak oleh Negara. Pajak yang semula merupahkan pemberian sukarela berubah

menjadi pungutan yang sifatnya wajib, hal tersebut wajar karena kebutuhan

negara akan dana semakin besar dalam rangka untuk memelihara kepentingan

Negara yaitu untuk mempertahankan Negara dan melindungi rakyatya dari

serangkaian musuh maupun untuk melaksahnakan pembangunan, dengan


(30)

perkembangan masyarakat dan Negara, baik di bidang ekonomi, social, dan

kenegaraan. (Munawir, 1997:3)

Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan

sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada Negara, tetapi coraknya

bermacam-macam bergantung pada pendekatannya. Dalam hal inilah pajak dapat

didekati atau ditinjau dari berbagai aspek yaitu: (Waluyo dan IIyas, 2002:6)

1. Aspek Ekonomi

Dari sudut ekonomi, pajak merupahkan penerimaan Negara yang digunahkan

untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai

motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.

2. Aspek Hukum

Hukum pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan yaitu

Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan secara ketat. Peraturan yang

ditingkatkan lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang

tingkatnya lebih tinggi.

3. Aspek Keuangan

Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi, hanya

meniti beratkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian yang sangat

penting dalam penerimaan Negara. Jika dilihat dari Penerimaan Negara, kondisi

keuangan negara tidak lagi semata-mata berasal dari penerimaan Negara berupa

minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupa untuk menjadihkan pajak sebagai


(31)

efektif dan produktif pemungutan pajak dalam fungsinya pengumpulan

penerimaan berupa pajak.

4. Aspek Sosiologi

Pada aspek sosiologi ini, ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut

akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang

disampaikan kepada masyarakat.

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian

defisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi

tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama, demikian halnya yang

diutarahkan oleh Markus (2005:01) pengertian pajak “pajak” adalah sebagian

harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang, wajib diberikan

rakyat kepada Negara tanpa mendapata kontraprestasi secara individual dan

langsung dari Negara, serta bukan merupahkan pinalti, yang berfungsi:

I. Sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara, dan sisanya, jika ada,

digunakan untuk pembangunan, serta

II. Sebagai instrument atau alat untuk mengatur kehidupan.

Definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pada pajak,

sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur. Apabila

memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak dapat

dibedahkan dari berbagai macam ragamnya yaitu dari segi ekonomi, segi hukum,


(32)

Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli

lainnya adalah sebagai berikut: (Waluyo dan IIyas, 2002:5)

1. Pengertian Pajak menurut Prof. Edwin R.A Seligman dalam buku Essay

in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatahkan adanya konstribusi

seseorang yang ditujuhkan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang diajuhkan

secara khusus pada seseorang.

2. Pengertian Pajak menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economics of

public finance memberikan batasan pajak seperti diatas hanya mengantikan

without reference dengan with little reference.

3. Pengertian Pajak menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam buku De over

heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan) : Pajak adalah prestasi yang

dipaksahkan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha ( menurut norma-norma

yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi dan semata-mata

digunahkan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

4. Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam buku De

Economische betekenis belastingen (terjemahan) : Pajak adalah prestai kepada

pemerintah yang terutang melalui norma - norma umum dan yang dapat

dpaksahkan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditujuhkan dalam hal

individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran Pemerintah.

5. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari disertainya yang berjudul Pajak

berdasarkan azas Gotong Royong menyatahkan pajak adalah iuran wajib berupa

uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,


(33)

mencapai kesejahteraan umum.Dari definisi diatas tidak tampak istilah “

dipaksakan “ karena bertitik tolak pada istilah “ iuran wajib “. Sisi laninnya yang

berhubungan dengan kontraprestasi menekankan pada mewujudkan kontraprestasi

itu diperluhkan pajak.

6. Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum

Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) menyatahkan “Pajak adalah iuran kepada

kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksahkan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang

digunakan untuk menbayar “pengeluaran umum”.

Pengertian tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan tentang

ciri-ciri yang melekat dari pengetikan pajak yaitu : (Waluyo dan Ilyas 2002 : 5 - 6)

a. Pajak dipungut berdasarkan undang – undangserta aturan pelaksanaannya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pisat maupun pemerintah

negara.

d. Pajang diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai pabrik investment. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain


(34)

2.2.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak

Pemahaman akan teori pemungutan Pajak berikut ini diharapkan

memberikan suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi

menjadi beban semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang menyenangkan dalam

hidup masyarakat, Waluyo dan IIyas (2002:14), menjelaskan bahwa teori-teori

pemungutan pajak yang dimaksud yaitu:

1. Teori Asuransi

Perjanjian Asuransi diperluhkan pembayaran premi. Premi tersebut

dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha untuk melindungi orang dan segala

kepentingan, misalnya kesalamatan atau keamanan harta bendanya. Teori

Asuransi ini menyamahakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak,

walaupun kenyataannya menyatahkan hal hal tersebut dengan premi tidaklah

tepat.

2. Teori Kepentingan

Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari

masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang

pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya, oleh karena

itu, pengeluaran Negara untuk melindunginya dibebankan pada masyarakat.

3. Teori Daya Pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak

dalam jasa-jasa yang diberihkan oleh Negara kepada masyarakat berupa


(35)

perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak menurut daya pikul

seseorang.

4. Teori Bakti

Teori Bhakti disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan

pada pendapat bahwa Negara mempunyai hak mutlak untuk memngut pajak. Di

lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu

kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya kepada Negara, dengan demikian

dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.

5. Teori Asas Daya Beli

Teori berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat

dianggapa sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan

individual atau Negara sehingga lebih menitiberatkan pada fungsi mengatur.

Pencapaian tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh asas-asas

pemungutan dalam memilih aternatif pemungutannya, dengan demikian, terdapat

keserasian pemungutan pajak dengantujuan dan asas yang masih diperluhkan lagi,

yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu.Asas-asas pemungutan pajak

sebagai mana dikemuhkakan oleh Adem Smith dalam buku “ An Inquiri into the

Nature and Cause of the Wealth of Nations” menyatahkan bahwa pemungutan

pajak hendaknya didasarkan sebagai berikut (Waluyo danIIyas, 2002:12):

1. Azaz Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenahkan kepada orang

pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability


(36)

Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbang uang untuk

pengeluaran Pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang

diterima.

2. Azaz Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentuhkan sewenag-wenag. Oleh karena itu, Wajib

pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus

dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Azaz Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat

yang tidak menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak

memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.

4.Azaz Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiaban pajak bagi

Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin demikian pula beban yang dipikul

wajib pajak.

Menurut Richard A.Musgrave dan Peggy B.Musgrave dalam buku Public

Finance isn Theory and Practice terdapat dua macam asas keadilan dalam

keadilan pemungutan pajak , yaitu: ( Waluyo dan IIyas, 2002: 12 )

1. Benefit Principle

Dalam sistem perpajakan yang adil, setiap wajib pajak harus membayar sejalan

dengan manfaat yang dinikmati pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Ex-penditure Approach.


(37)

2. Ability Principle

Dalam pendekatan ini disarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas

kemampuan membayar.

Masalah Keadilan dalam pemungutan pajak, dibebankan secara lain

dalam: (Waluyo dan IIyas, 2002:13)

1. Keadilan Horizontal

Pemungutan pajak adil secara horizontal apabila beban pajaknya sama tas semua

wajib pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan

yang sama, tanpa membedahkan jenis penghasilan atau sumber penghasilan.

2. Keadilan Vertikal

Keadilan dapat dirumuskan (Horizontal dan Vertikal) bahwa pemungutan pajak

adil apabila orang dalam kondisi ekonomi yang sama dikenahkan pajak yang

sama, demikian sebaliknya.

Sebagai perwujudan dari adanya reformasi (Rusjdi, 2007) di bidang

perpajakan diantaranya kebijakan perpajakan yang baru dikeluarkan oleh

pemerintah, antara lain:

1. UU Nomor 12 tahun `1994 tentang perubahan atas UU Nomor 12 Tahun 1985

tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 200 tentang Penetapan Besarnya Nilai

Jual Kena Pajak untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Kepitusan Menteri Keuangan Nomor 1007/KMK/.04/1985 tentang pelimpahan

wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dan/atau


(38)

4. Keputusan Mnteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998 tentang penentuan

klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak

Bumi dan Bangunan.

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.04/1985 tentang tata cara

penagihan PBB dan penunjukan pejabat yang berwenang mengeluarkan surat

paksa.

2.2.4. Pajak Bumi dan Bangunan 2.2.4.1. Definisi PBB

Pengertian Bumi menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai berikut:

“Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan

bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak

perairan) serta laut wilayah republik Indonesia”.

Pengertian bangunan menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai

berikut: “ Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara

tepat ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal,tempat usaha dan tempat

diusahakan”.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak negara yang sebagian besar

penerimaannya merupahkan pendapatan daerah yang diantara lain dipergunakan

untuk penyedian fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai


(39)

2.2.4.2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subjek dalam

Pajak Bumi dan Bangunan adalah (Achmad dan Husain, 1997, 434) :

1. Jika suatu subjek pajak memanfaatkan atau menggunahkan bumi dan bangunan

milik orang lain bukan karena suatu hak berdasarkan Undang-Undangatau bukan

perjanjian, maka subjek pajak yang memanfaatkan atau menggunahkan bumi

dan bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.

2. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadilan, maka

orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunahkan objek pajak tersebut

ditetapkan sebagai wajib pajak.

3. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di dalam luar wilayah letak objek

pajak, sedang untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau

badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai wajib pajak.

2.2.4.3. Sifat Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenahkan atas harta tak

bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena

itu keaadan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek pajak tidak penting

dan tidak mempengaruhi besarnya pajak, maka sebab itu pajak bumi dan

bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak

objektif tetapi dipunggut dengan surat ketetapan pajak yang pada perinsipnya


(40)

2.2.4.5. Ketentuan Umum

BAB 1, Pasal 1 : Umum ( Undang-Undang Pajak : 2007 )

a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.

b. Bangunan adalah konsruksi tehnik yang ditanam atau diletakan secara tepat

pada tanah atau perairan.

c. Nilai jual objek pajak adalah harga rata–rata yang diperoleh dari transaksi jual

beli secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai objek

pajak ditentukan melalaui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis

atau nilai perolehan baru atau nila jual pajak pengganti.

d. Surat keputusan objek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak

untuk melaporkan data objek pajak menurut ketentuan undang – undang.

e. Surat pemberitauaan pajak terutang yang dipergunakan oleh direktorat jendral

pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib pajak.

(Mardiasmo, 2002 : 315-316 )

BAB II, Pasal 2 : Obyek Pajak ( Undang-Undang Pajak : 2007 )

1. Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan bangunan.

2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diatur

oleh mentri keuangan.

Pasal 3 :

(1). Obyek pajak yang tidak dikenahkan pajak bumi dan bangunan adalah


(41)

a. Digunahkan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang

ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b. Digunahkan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu.

c. Merupahkan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman

nasional,tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara

belum dibebani suatu hak.

d. Dipergunahkan oleh perwakilan diplomatic.

d. Dipergunahkan oleh badan atau perwakialn organisasi internasional

yang ditentuhkan oleh menteri keuangan

(2). Obyek pajak yang dipergunahakn oleh Negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

(3). Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan 8

juta untuk setiap bangunan

2.2.4.5Subjek Pajak

BAB III, Pasal 4 ( Undang-Undang Pajak : 2007 )

(1). Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai uatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat ata bumi, dan atau


(42)

(2). Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenahkan

membayar pajak menjadi wajib pajak menurut Undang-Undang ini.

(3). Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya,direktur

jenderal pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal

(1) sebagai wajib pajak.

(4). Subyek pajak sebagaiamana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat

memberikanketerangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia

bukan wajib pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.

(5). Bila keterangan yang diajuhkan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud

dalam ayat (4) disetujui maka direktur jenderal pajak membatalkan penerapan

sebagai wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu

bulan sejak diterimahnya ssurat keterangan dimaksud.

(6). Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disetujui, maka direktur jenderal

pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan denggan disertai

alasan-alasannya.

(7). Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimahnya keterangan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), direktur jendral pajak tidak

memberikan keputusan, maka keterangan yang diajuhkan dianggap tidak

disetujui.

2.2.4.6. Tarif Pajak


(43)

Tarif pajak yang dikenahkan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 % (lima

persepuluh persen), yang berlaku secara menyeluruh terhadap obyek pajak

macam apapun diseluruh wilayah Indonesia, karena dikenal sebagai tarif

tunggal.

2.2.4.7. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak

BAB 5 Pasal 6 ( Undang-Undang Pajak : 2007 )

1. Dasar pengenaanpajak adalah Nilai Jual Objek Pajak.

2. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ditetapkan

setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu

ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

3. Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan

serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100%

(empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak.

4. Besarnya presentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah dengan memperhatikan kondis ekonomi nasional.

5. Cara Menghitung Pajak : Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara

mengalihkan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.

2.2.4.8. Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang

BAB VI Pasal 8 ( Undang-Undang Pajak : 2007 )

(1).Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin. Jangka waktu satu tahun


(44)

(1). Saat yang menentuhkan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek

pajak pada tanggal 1 januari.

(1) . Tempat pajak yang terutang:

a.Untuk daerah Jakarta, di wilayah daerah khusus Ibukota Jakarta

b.Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten atau Kota.

2.2.5. Pemahaman akan Undang-Undang Perpajakan

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari

bahan yang dipelajari (www.google.com). Pemahaman WP terhadap

Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan PBB berfungsi penting karena ini merupahkan

elemen sikap dari sikap Wajib Pajak terhadap Undang-Undang dan peraturan

perpajakan, dan sikap Wajib Pajak mempengaruhi perilaku perpajakan, dan

akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan perpajakan. (Sudibyo,

1999 : 5)

Pelawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang ada atau

terjadi dalam upaya pemungutan pajak. Hambatan tersebut dapat dikelompokan

menjadi: (Suandy, 2005:16-17)

a. Perlawanan Pasif

Perlawanan secara pasif ini berkaitan erat dengan keadaan social ekonomi


(45)

b. Perlawanan Aktif

Perlawanan pajak secara aktif ini merupahkan serangkaian usaha yang dilakukan

oleh wajib pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak

yang seharusnya dibayar.

Perlawanan secara aktif dapat dibagi menjadi:

a. Penghindaran Pajak ( tax avoidance)

merupahkan usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara

memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal.

b. Penggelapan Pajak ( Tax evasion )

merupahkan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan

perpajakn seperti memberikan data-data palsu atau menyembunyikan data.

2.2.6. Kesadaran wajib Pajak Membayar Pajak

Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti dengan

jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam

banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun

maksud/niat.(www.google.com)

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.


(46)

(1). Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.

(2). Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

(3). Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

(4). Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

(5). Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.

(6). Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

(Muliari dan Setiawan, 2009:5 )

Guna menumbuhkan toleransi masyarakat telah menggugah kesadaran

tentang tentang arti penting pajak bagi pemerintah untuk pembiayaan

pembangunan, perlu diadahkan soaialisasi dan pendidikan dilapisan masyarakat.

Upaya ini dapat ditempuh antara lain dengan memberikan bimbingan dan

penyuluhan secara intensif sehinggga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat

untuk membayar pajak. Kesadaran untuk membayar pajak barua akn timbul

apabila masyarakat dapat merasakan hubungan langsung antara pembayaran pajak

dengan manfaat yang diterima, sehingga merekapun akan terdorong untuk patuh

membayar pajak. ( www.Google.com)

2.2.7. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995:654), kepatuhan

memiliki kata dasar patuh, patuh berarti suka menuruti perintah ; taat kepada


(47)

disepakati dan ditentuhkan, kepatuhan menurut arti katanya berarti sifat patuh,

keadaan taat.

Jadi kepatuhan dalam hal perpajakan berarti merupahkan suatu

ketaatan melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang

diwajibkan, diharuskan, dilaksahnakan menurut peraturan perundang-undangan

perpajakan. Pemberian sanksi akan dikenahkan kepada pelanggar ketentuan

perpajakan, yang dimaksudkan untuk mencegah tingkah laku yang tidak

dikehendaki sehingga akan tercipta kepatuhan yang lebih baik dari wajib pajak.

Kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.544/KMK.04/2000, wajib pajak patuh adalah sebagai berikut.

(1). Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua

tahun terakhir.

(2). Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

(3). Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

(4). Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan

yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima persen.

(5). Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh

akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan

pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.


(48)

2.2.8. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang Undang-undang dan Peraturan Perpajakan Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Landasan pengaruh pemahaman wajib pajak terhadap penerimaan pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) dengan mengacu pada teori kepentingan. Teori ini

dalam ajaranya yang semula hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang

harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas

kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk

perlindungan atas jiwa orang orang itu beserta harta bendanya. Oleh karena itu,

sudah sewajarnya jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Negara dibebankan

kepada mereka. (Resmi, 2004:5).

Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dikarenahkan kurangnya

pengetahuan sebagian besar wajib pajak tentang pajak; serta persepsi wajib pajak

tentang pajak dan petugas pajak masih rendah. Sebagian besar wajib pajak

memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang diperoleh

dari radio, televisi, majalah pajak, surat kabar, internet, buku perpajakan,

konsultan pajak, seminar pajak dan adapula yang diperoleh oleh wajib pajak.

Namun frekuensi kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. (Supriyadi & Hidayati,


(49)

2.2.9. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Landasan Kesadaran Perpajakan mengacu Teori kewajiban pajak mutlak

atau teori bakti, maka teori ini berlawanan dengan teori asuransi teori kepentingan

dan teori daya pikul yang tidak mengutamakan kepentingan Negara diatas

kepentingan warganya. Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa Negara

mempunyai hak mutlak untuk memngut pajak. Di lain pihak, masyarakat

menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan

tanda baktinya kepada Negara, dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada

hubungan masyarakat dengan Negara. (Waluyo dan IIyas, 2002:12).

Kesadaran bernegara merupahkan sikap sadar mempunyai negara dan

sikap sadar terhadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupahkan konstelasi

komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi memahami dan

merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang

merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk

rela memberikan konstribusi dana untuk pelaksanaan. Fungsi pemerintahan cara

membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 2003:218).

Pengertian komponen kognitif, afektif dan konatif dapat dijelaskan sebagi

berikut (Schiffman dan kanuk, 1994:242)

1. Komponen Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari

pengalaman langsung atas sikap terhadap obyek dari variasi sumber


(50)

2. Komponen afektif merupahkan sebuah emosi konsumen atau perasaan

terhadap keistimewaan produk atau merek.

3. Komponen konatif adalah perhatian atas kemungkinan atau tendensi

bahwa seorang individual akan berusaha melakukan tindakan khusus atau

berprilaku hormat dalam sikap terhadap obyek.

2.2.10. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Landasan Kepatuhan wajib pajak mengacu pada teori Teori Asas Daya

Beli. Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan

masyarakat dianggapa sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan

kepentingan individual atau Negara sehingga lebih menitiberatkan pada fungsi

mengatur. (Waluyo dan IIyas, 2002:12).

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah

memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak

sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.

Paradigma baru yang menempatkan aparat pemerintah sebagai abdi negara dan

masyarakat (wajib pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja

pelayanan publik. Aparat Pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas

pelayanan dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib

pajak. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara


(51)

perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT),

penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan

kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. ( Supadmi, 2006)

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan Teori penelitian terdahu, maka dapat diambil premis-premis

dan akan dijadihkan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Adapun premi-premis

tersebut adalah sebagai berikut:

Premis 1 : Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.

Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan

memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(Muliari dan Setiawan, 2009)

Premis 2 : Pemahaman Wajib Pajak terhadap Undang-Undang dan

peraturan perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan, dan sikap

Wajib Pajak mempengaruhi perilaku perpajakan Wajib Pajak

dan akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan

perpajakan. (Sholichah dan Istiqomah, 2005).

Premis 3 : Self Assessment system adalah pemungutan pajak yang

memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada

Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar

dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.


(52)

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(X3)

UJI STATISTIK

REGRESI LINIER BERGANDA

2.3.1. Diagram Kerangka Pikir

Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya dapat dibuat suatu kerangka

jalur yang dijelaskan dalam bentuk skema, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Diduga bahwa tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak serta tingkat Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh secara

signifikan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa

Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo PEMAHAMAN WP ATAS

PBB (X1)

KESADARAN PERPAJAKAN PBB

(X2)

TINGKAT KEBERHASILAN PENERIMAAN PBB


(53)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Menurut Nazir (1998:152) Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperluhkan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang diajuhkan BAB 1 dan hipotesis pada BAB II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Definisi operasional ini, hal-hal yang perlu didefinisikan dan diamati adalah keberhasilan penerimaan PBB di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah Pemahaman WP atas PBB (X1), Kesadaran Perpajakan WP (X2) dan Kepatuhan WP (X3), sedangkan yang


(54)

 

A. Independent Variabel (Variabel Bebas) terdiri dari:

1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)

Pemahaman Wajib Pajak adalah Tingkat pemahamn Wajib Pajak terhadap Undang-Undang dan Peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan pentingnya membayar pajak Bumi dan Bangunan. Variabel ini diukur dengan menggunahkan instrument yang dikembangkan oleh Agnelya Ralen Cova (2004) dengan indikator sebagai berikut

a. PBB merupahkan sarana atau sumber pendapatan daerah.

b. PBB dikenahkan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan adalah objeknya.

c. Subjek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh manfaat dari objek pajak.

2. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

Kesadaran Perpajakan adalah Rasa yang timbul dari dalam diri Wajib Pajak atas kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah ditetapkan pemerintah.


(55)

 

Variabel ini diukur dengan menggunahkan instrument yang dikembangkan oleh Luluk Uswatun Hasanah (2004) dengan indikator, sebagai berikut :

a. PBB sebagai sumber pendapatan daerah.

b. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan

c. PBB harus dibayar karena kewajiban Warga Negara.

3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksahnakan.Selain itu, Wajib Pajak paham terhadap UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah yang benar dan membayar pajak tepat pada waktunya.

Variabel ini diukur dengan menggunahkan instrument yang dikembangkan oleh Furry Retno Indah sari (2005) dengan indikator, sebagai berikut :

a. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami Undang-Undang Perpajakan.

b. Mengisi, formulir pajak dengan benar.


(56)

 

B. Dependent Variabel (Variabel Terikat)

Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) :

Keberhasilan penerimaan PBB adalah peningkatan sikap mendukung wajib pajak merupahkan salah satu elemen tindakan dari sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan Perpajakan. Komponen tindakan dari sikap merupahkan aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang, dengan demikian, keberhasilan penerimaan diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh wajib pajak terhadap PBB (Sudibyo, 1994:4-5). Variabel ini diukur dengan menggunahkan instrument yang dikembangkan oleh Furry Retno Indah sari (2005) dengan indikator, sebagai berikut :

a. Penyuluhan Pajak dari Petugas Pajak.

b. Batas Pembayaran Pajak.

c. Pengawasan terhadap Pajak terutang oleh petugas Pajak.


(57)

 

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman atas Wajib Pajak (X1)

Pengukuran menggunahkan skala interval dengan metode pengukuran

semantic diferencial (Sumarsono, 2004:25). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini merupahkan pengembangan dan modifikasi dari instrument yang digunahkan dalam penelitian oleh Agnelya Ralen Cova (2004).

Variabel diukur dengan 3 (tiga) pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 7 (tujuh).

1 2 3 4 5 6 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Skala dalam nilai 1 sampai 3 menunjukan bahwa pemahaman atas Wajib Pajak cenderung sangat tidak setuju mengenai informasi akan pajak dan pemahaman terhadap Undang-Undang dan peraturan pajak yang berlaku. Skala dengan nilai 4 mempunyai nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan setuju yang berarti Wajib Pajak mempunyai pemahaman yang cukup. Skala 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju yang menunjukan tingkat pemahaman wajib pajak yang tinggi.


(58)

 

2. Kesadaran atas Wajib Pajak (X2)

Pengukuran menggunahkan skala interval dengan metode pengukuran semantic diferencial (Sumarsono, 2004:25). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupahkan pengembangan dan modifikasi dari instrument yang digunahkan dalam penelitian oleh Luluk Uswatun Hasanah (2004).

Variabel diukur dengan 4 (empat) pertanyaan.Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 7 (tujuh).

1 2 3 4 5 6 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Skala dengan nilai 1 sampai 3 menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak dalam hal mengetahui manfaat dari pajak masih rendah.Skala dengan nilai 4 merupahkan nilai tengah yang berarti wajib pajak cukup mengerti manfaat pajak. Skala dengan nilai 5 sampai 7 menunjukan tinggginya tingkat kesadaran wajib pajak.

3. Kepatuhan atas Wajib Pajak ( X3)

Pengukuran menggunahkan skala interval dengan metode pengukuran semantic diferencial (Sumarsono, 2004:25). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupahkan pengembangan dan modifikasi dari instrument yang digunahkan dalam penelitian oleh Furry Retno Indah sari (2005).


(59)

 

Variabel diukur dengan 3 (tiga) pertanyaan.Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 7 (tujuh).

1 2 3 4 5 6 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Skala dengan nilai 1 sampai 3 menunjukan rendahny a tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh wajib pajak, ditunjuhkan dengan kemampuan untuk menghitung sendiri pajaknya dengan benar, melaporkan dan membayar pajaknya tepat waktu.Skala dengan nilai 4 merupahkan nilai tengah yang berarti wajib pajak mempunyai tingkat kepatuhan yang cukup. Skala dengan nilai 5 sampai 7 menunjukan tinggginya tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh wajib pajak.

4. Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)

Pengukuran menggunahkan skala interval dengan metode pengukuran semantic diferencial (Sumarsono, 2004:25). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupahkan pengembangan dan modifikasi dari instrument yang digunakan dalam penelitian oleh Furry Retno Indah sari (2005).


(60)

 

Variabel diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 7 (tujuh).

1 2 3 4 5 6 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Skala dengan nilai 1 sampai 3 menunjuhkan kurangnya pelayanan petugas pajak dalam memberikan penyuluhan atau informasi-informasi, mengadahkan seminar perpajakan dan pengawasan untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Skala dengan nilai 4 merupahkan nilai tengah berarti petugas pajakcukup berhasil dalam memberikan pelayanan. Skala dengan nilai 5 sampai 7 menunjuhkan berhasilnya pelayanan petugas pajak.

3.2. Teknik Pengumpulan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpula. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Rumahan (Wajib Pajak Orang Pribadi) di wilayah Sedengan Mijen Kecamatan Krian yang berjumlah 3883 wajib pajak.


(61)

 

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Untuk menentuhkan jumlah sampel yang digunahkan dalam objek penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi itu (Sugiyono, 2006:74).

Ukuran Sampel dari populasi yang ditentuhkan dengan menggunahkan rumus Slovin yang dikutib (Umar, 2008 : 65), yaitu:

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Ukuran Populasi yang berjumlah

E = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kealahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu 10 %


(62)

 

Maka :

n = 99,97 ≈ 100 responden

Untuk lebih relevan maka peneliti mengambil sampel sebesar 100 responden Wajib Pajak PBB.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang bersumber dari tanggapan responden atas data daftar pertanyaan yang tertera dalam angket. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Kecamatan Krian Sidoarjo.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai penunjang keberhasilan penelitian yang meliputi:


(63)

 

a. Wawancara

Pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah disiapkan dan diberihkan secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data yang diperluhkan.

b. Observasi

Pengumpulan data melalui pengamatan objek secara langsung dan mencatat segala data yang diperluhkan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan penulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.4. Uji Kualitas Data

Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan uji reliabilitas artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan kurang valid.


(64)

 

3.4.1. Uji Validitas

Menurut Sumarsono (2004:31) Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan.Valid tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan.Apabila korelasi antara skor total dengan masing-masing pertanyaan signifikan, maka dapat dikatahkan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas. Dan kriteria pegujian sebagai berikut:

 Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% berarti pertanyaannya valid

 Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari 5% berarti peryantaan tidak valid.

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupahkan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatahkan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah kuesioner atau stabil dari waktu ke waktu.

Hasil kuesioner dikatahkan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Suatu variabel dikatahkan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60 (Ghazali, 2001:140).


(65)

 

Dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika nilai alpha > 0,60 berarti pernyataan reliabel

 Jika nilai alpha < 0,60 berarti pernyataan tidak reliable

3.4.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat atau variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak (Sumarsono, 2004: 40), untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal, dalam penelitian ini digunahkan metode Kolmogorov-Sminorv.

Menurut Sumarsono (2004: 43) pedoman dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut :

1.Jika nila signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusinya adalah tidak normal.

2.Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusinya adalah normal.

3.5. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendorong keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.


(66)

 

1. Multikolinieritas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemuhkan adanya korelasi antar variabel independent dapat menggunahkan uji multikolinieritas, karena dalam model regresi linier yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.

Identifikasi cara statistic ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung VIF (Varians Inflation Factor).

Rumus VIF =

Pada VIF menyatahkan tingkat pembekalan varians.Apabila varians > 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.(Ghozali, 2001: 57)

Menurut Ghozali (2005:92) deteksi tidak adanya Multikolinieritas, yaitu :

Mempunyai nilai VIF < 10.

Mempunyai angka tolerance >0,1. 2. Autokorelasi

Tujuan pengujian ini adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan


(67)

 

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamahkan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemuhkan pada regresi yang datanya time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan, dan seterusnya (Santosa, 2000:216), dalam pengujian ini, uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunahkan bukan data time series.

3. Heteroskedastisitas

Tujuan pengujian ini adalah menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.Jika variance dari residul satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas, jika variance berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika terjadi heteroskedastisitas. (Santosa, 2000:208).

Menurut Santosa (2000:210), untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

 Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas heteroskedastisitas.


(68)

 

3.6. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunahkan adalahregresi linier berganda yang digunahkan untuk mengetahui pengaruh variabel terikat (Y) yaitu keberhasilan penerimaan PBB, sedangkan variabel bebasnya terdiri dari : Pemahaman WP (X1), Kesadaran Perpajakan WP (X2), dan Kepatuhan WP (X3), dengan

persamaan yang dipergunahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y=β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ e……….(Anonim, 2003: L21)

Keterangan: Y = Keberhasilan Peneriman PBB β 0 = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi pemahaman WP atas PBB

β2 = Koefisien Regresi Kesadaran Perpajakan PBB

β3 = Koefisien Regresi Kepatuhan WP

X1 = Pemahaman WP atas PBB

X2 = Kesadaran Perpajakan WP

X3 = Kepatuhan WP


(69)

 

3.7. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunahkan uji hipotesis yaitu uji kecocokan model dan secara parsial (uji t). Langkah-langkah penyajian yang dilakukan untuk masing-masing uji hipotesis antara lain sebagai berikut:

a. Uji Kecocokan Model (Geodness of Fit)

Penggunaan alat ini bertujuan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan dan untuk mengetahui pengaruh Variabel Bebas (X) terhadap Variabel Terikat (Y). Pengujian ini dilakukan dengan caramenganalisisi Probabilitas atau Signifikannya, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Hipotesis

a) HO : β1= β2= β3= 0

(Tidak ada kecocokan model antara variabel X1, X2, X3 terhadap Y)

b) Ha = β1≠β2≠β3≠0

(Ada ada kecocokan model antara variabel X1, X2, X3 terhadap Y)

2. Nilai Tingkat Signifikan 5%

3.Kriterian pengujian adalah sebagai berikut:

a). Jika tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka HO diterima Ha ditolak,


(70)

 

b). Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka HO diterima Ha diterima,

artinya ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.

b.Uji t

Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independent secara individual dalam menerangkan varians variabel dependent.

Uji yang digunakan disini adalah untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Pengujian ini dilakukan dengan cara menganalisis probabilitas atau signifikan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Ho : β1 = 0 (tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel X1, X2, X3

terhadap Y)

Ha : β1 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel X1,X2,X3

terhadap Y)

3. Nilai tingkat signifikan 5%

4. Kriteria penguijian sebagai berikut

a. Jika Tingkat signifikan (p-value) >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signigfikan antara variable X1,X2,X3


(71)

 

b. Jika Tingkat signifikan (p-value) <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signigfikan antara variable X1,X2,X3


(1)

94

hidup masyarakat yang lain, serta dengan adanya pajak, negara akan semakin

maju.

2.

Bagi Pemerintah

a.

Hendaknya lebih sering mengadakan sosialisasi tentang perpajakan

kepada masyarakat agar para wajib pajak memiliki pemahaman yang

cukup untuk keberhasilan penerimaan PBB pemerintah, serta lebih

meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak sehingga para wajib pajak

mengerti tentang arti pajak buat negara, sehingga wajib pajak dapat

membayar pajak tepat waktu.

b.

Hendaknya bisa memberikan sanksi yang tegas kepada aparat pajak yang

sudah menyalahgunakan pajak untuk kepentingan pribadi dan

menyengsarakan rakyat serta menyalahgunakan kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah dalam masalah pajak.

3.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Agar dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan perbandingan dan

tambahan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti serta mengembangkan hasil penelitian

yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti penyuluhan

petugas pajak tentang Pajak Bumi dan Bangunan, maupun penambahan


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks : Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan skripsi Jurusan akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Anonim, 2003, Undang-Undang Pajak dan PTKP 2007, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Anwar, Saifuddin, 2007, Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran, Penerbit Pustaka Pelajar, Edisi 2.

Bratakusumah, 2001, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Devano Sony, Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta : Prenada Media Group.

Fitriandri, Birowo, 2005, Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan Program SPSS, Edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

--- www.Google.com

Harahap, Abdul Asri, 2004 Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi.

Ismawan Indra, 2001, Memahami Reformasi Perpajakan 2000. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.


(3)

Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi 2006, Penerbit Andi, Yokyakarta.

Markus, Muda, 2005, Undang-Undang Pajak-Pajak Pusat Terbaru, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Munawir, 1997, Perpajakan, Cetakan Pertama, Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Feldmann, De over heidsmiddelen Van Indonesia, Tentang Pengertian Pajak

Nazir, Muhammad, 1998, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indo, Jakarta

Resmi, Siti, 2004, Perpajakan, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Rusjidi, Muhammad, 2007, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan ha katas Tanah dan Bangunan dan Bea Materai, Edisi Kedua, PT.Indexs, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2000, Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Suparmoko, M. 2003, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi Kelima, Penerbit BPFE, Yokyakarta

Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Kelima, Penerbit CV. Alphabeta, Bandung.


(4)

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi : Bererta Contoh Interprestasi hasil Pengolahan data, Edisi Revisi, Penerbit UPN “Veteran” Jawa Timur

Soemahamidjaja, Soeparman, Pajak berdasarkan Azas Gotong Royong. Tetang Pengertian Pajak

Soemitro, Rahmat dan Zaenal Mutaqqin, 2001, pajak Bumi dan Bangunan, Edisi Revisi , Ravika aditama , Jakarta.

Schiffman and Kanuk , 1994, Consumer Behavior, Fifth Edition, Prentice –Hall International, New York

Smeets, De Economische betekenis belatingen. Tentang Pengertian Pajak.

Tjahjono Achmad dan Husein. F, Perpajakan, Penerbit UPP AMP YKPN.

Umar, Husein, 2004, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Baru Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

--- Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

--- Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000. Tentang Pajak Bumi dan Retribusi Daerah.

--- Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000. Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan

Waluyo, Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan, 2009, Pengaruh Persepsi tentang sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Jurnal Akuntansi, Universitas Udayana.

Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah, 2005, Perilaku Wajib Pajak Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik, Jurnal Logos, Vol.3, No.1 , 1 Juli 2005

Supriyati dan Nur Hidayati, 2008, Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol.7, 1 Mei 2008, Hal 41-50.

Ni Luh Supadmi, 2006, “ Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan, Jurnal Akuntansi, Hal 1-14.

Skripsi

Kurniawati, Vitriani Budi, 2006, Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat pada WP Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Cova, Agnelya Ralen, 2004, Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Kelun Madiun), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Syahra, Retti Nor Alfi 2004, Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Kepatuhan WP Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus


(6)

diKabupaten Sumenep), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Hasanah, Luluk Uswatun, Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat pada WP Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


Dokumen yang terkait

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Ngadiluwih Kota Kediri).

0 0 107

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus Di Wilayah Kelurahan Krembung Kecamatan Krembung Sidoarjo).

0 6 115

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Krembung Kelurahan Krembung Sidoarjo).

0 0 115

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto).

0 1 109

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo).

0 1 113

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

0 1 12

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi kasus di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

0 0 20

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto)

0 0 22

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Krembung Kelurahan Krembung Sidoarjo)

0 0 27